Raline sudah mengemasi barang-barang dirinya, Xavin, dan Zio yang akan mereka bawa ke New York, tentu saja Angela akan ikut Bersama mereka. Raline hanya berharap kalau ibu mertuanya nanti tidak melakukan hal yang menyebalkan di saat mereka sudah tinggal serumah, ia tidak ingim jika mertuanya itu yang menjadi duri dalam rumah tangga Xavin dan Raline, karena jika dilihat-lihta kalau Angela memang tidak sudak dengan pernikahan Xavin dengan Raline, lebih tepatnya ia tidak suka jika Raline yang menggantikan posisi Grace, tetapi kali ini ia akan berusaha menerima Angela sebagai mertuanya dan menerima mertuanya itu untuk tinggal serumah dengan mereka, walau sangat menyebalkan jika mengingat kalau Angela adalah mertuanya, ia tidak suka dengan mertuanya yang banyak omong seperti itu, tetapi ini adalah pilihannya, pilihannya untuk menikah dengan Xavin, ia juga harus menanggung risiko bahwa Angela adalah mertuanya. Untung saja ada ibunya Raline yang menasihati anaknya itu untuk menjadi istri dan menantu yang baik, ya setidaknya agar sang mertua tidak terlalu menganggapnya buruk.
Raline memastikan lagi agar tidak ada barang yang tertinggal untul dibawa ke New York, sebenarnya tidak semua dibawa hanya yang penting-penting saja, sebelum mereka ke bandara, mereka menjemput Angela dulu di rumahnya, baru sama-sama mereka ke bandara dengan menggunakan taksi. Satu mobil dengan Angela saja sudah membuat Raline muak apalagi satu rumah dengannya. Sepertinya kesabaran Raline benar-benar diuji. Xavin duduk di jok depan samping supir, sedangkan Raline dan Angela duduk di jok belakang dengan Zio yang ada di tengah-tengah mereka. Raline lebih memilih mendengarkan music melalui earphonenya daripada ia harus mengobrol dengan Angela, entahlah Raline sama sekali tidak bisa berpura-pura suka kepada orang yang tidak ia sukai. Raline bukan tipe orang yang fake, ia akan dengan terang-terangan menunjukkan atau mengatakan apa yang ia tidak sukai.
Angela pun mencabut earphone dari telingan Raline, ia tidak suka dengan orang yang malah asyik sendiri, padahal di sampingnya ada orang yang lebih layak diajak ngpbrol, daripada hanya mendengarkan music yang tidak penting. Belum apa-apa Angela sudah murka dengan Raline, dan belum apa-apa Angela sudah membuat Raline muak dengan segala tingkahnya, tetapi ia akan ingat pesan ibunya untum tetap berbuat kepada mertuanya, meskipun ia jahat. Ya bisa dibilang Angela tidak jahat, tetapi sangat menyebalkan. “Bu, aku sedang mendengarkan music, kenapa harus dicabut?” Raline masih berusaha bertananya dengan nada lembut padahal di hatinya sudah sangat kesal, ia berusaha menjadi menantu yang baik, agar Angela tidak terus-terusan menganggapnya buruk.
“Kau in benar-benar Wanita yang buruk, bisa-bisanya kau mendengarkan musik padahal di sini ada suami, mertua, dan anak. Kau harus belajar banyak tentang etika dan tatakrama, kau tidak bisa menjadi Wanita yang menyebalkan seperti ini terus, kau ini Wanita yang berpendidikan tinggi, tetapi etika nol besar, pantas saja kau hanya menjadi model yang dibutuhkan hanya wajah, bukan otak. Putraku memang tidak pantas bersanding denganmu, andai saja umur Grace lebih lama lagi, aku pasti akan sangat Bahagia memiliki menantu sepertinya, yang sangat sopan santun dan tahu tatakrama.” Angela benar-benar merendahkan Raline, ia menganggap Raline terlalu hina, padahal Raline hanya mendengarkan music, tetapi sampai dikaitkan dengan etika dan tatakrama, yang lebih parah lagi Angela sampai menyinggung soal profesinya. Angela benar-benar sengaja memancing emosinya.
Raline menghela napas pelan. “Aku hanya mendengarkan music tapi ibu merendahkanku seperti itu? Kau benar-benar Wanita yang buruk, yang harus belajar etika itu kau bukan aku, dan kau merendahkan profesi model? Kau bilang hanya mengandalkan otak? Kau benar-benar tidak tahu tentang dunia model, lebih baik kau diam, tidak usah berkomentar apa-apa.” Raline yang sedari tadi ingin menahan emosinya, tetapi tidak mampu ia tahan sebab Angela benar-benar menyebalkan.
Xavin mengembuskan napas beratnya. Ia sudah muak mendengar perdebatan yang tidak usai ini. “Raline kau harus mengalah, tidak perlu jawab apa yang ibu katakana, kau lebih mud aitu artinya kau yang harus mengalah.”
Angela benar-benar tersenyum puas ketika Xavin membelanya, ia bisa melihat Raline yang menampilkan raut kekesalan karena Xavin yang tidak membela dirinya, kemudian tidak ada lagi yang bersuara, rasanya Raline ingin berteriak, ia ingin mencaci maki suami dan mertuanya ini.
Tak lama kemudian terdengar suara dari Zio. “Daddy kenapa membela nenek? Kata Mommy Grace kita harus membela yang benar, dan tadi Zio sendiri dengar kalau nenek yang memulai berkomentar tentang Mommy Ra hanya karena mendengarkan music, menurut Zio itu bukan sesuatu yang salah.” Zio hanya tidak suka jika ayahnya membela Angela yang jelas-jelas bersalah dan menyalahkan Raline.
Angela langsung membuka suaranya. Bisa-bisanya Zio, si bocah 3 tahun lebih membela ibu sambungnya daripada nenek kandungnya sendiri. “Zio, apa yang daddy katakana itu benar, mommy tidak seharusnya menjawab perkataan nenek, karena apa yang nenek katakana itu benar, nenek hanya melarang mommy mendengarkan music di saat ada yang bisa diajak ngobrol, apa yang mommy Ra itu lakukan salah, kita tidak boleh mendengarkan yang lain jika ada orang lain di dekat itu,”
Zio menoleh ke arah Raline yang lebih memilih menatap di luar jendela daripada ia terus menggubris omongan yang akan membuatnya sakit hati dan ujung-ujungnya ia disalahkan. “Mommy, apa benar yang dikatakan nenek?” tanya Zio dengan polosnya.
Raline menoleh ke arah Zio. “Dengarkan saja apa yang nenek katakan ya, mommya memang salah, mommy bukan ibu yang baik untuk Zio, mommy bukan istri yang baik buat daddy, dan mommy bukan menantu yang baik buat nenek.” Raline menahan sesaknya saat mengatakan hal itu. Ia merasa gagal menjadi Wanita. “Mommy bertahan hanya karena menjalankan amanah dari mommy Grace, jadi Zio tegu raja mommy kalau nakal, kalau tidak bisa menjadi ibu yang baik buat Zio.”
Zio menggeleng, ia merasa kalau Raline adalah pengganti Grace yang paling tepat. “Tidak, aku bersyukur mommy Ra menjadi mommyku, mommy Ra adalah ibu yang baik dan hebat. Zio sayang sama mommy Ra.”
Raline mengelus kepala Zio dengan penuh kasih sayang, ia tersenyum tipis. “Kau adalah salah satu alasan mommy bertahan.”
Xavin yang mendengar hal itu sangat sesak, entah kenapa hati Xavin tidak rela mendengar kata-kata itu, ia lebih senang mendengar kalau Raline bertahan karena memang ingin menghabiskan hidupnya dengan Xavin. Katakanlah Xavin egois. Xavin tidak mencintai Raline, tetapi Xavin tidak ingin Raline pergi dari hidupnya, ia menginginkan Raline menjad ibunya Zio, ia menginginkan Raline yang menjadi istrinya, meskipun ia tidak mencintai Wanita itu.
“Kenapa alasannya karena aku? Apa mommy tidak mencintai daddy? Kata mommy perempuan dan laki-laki itu menikah karena saling mencintai, apa mommy dan daddy juga saling mencintai?” Zio yang baru berumur tiga tahun sudah bisa mempertanyakan hal itu.
Pertanyaan itu tidak mampu dijawab oleh Raline, ia hanya terdiam, begitupun dengan Xavin dan Angela mereka sama-sama bungkam. Sampai akhirnya taksi yang mereka tumpangi membawa mereka sampai ke tujuan yaitu bandara.
***