Raline mengenakan gaun tidur tipis tanpa pakaian dalam, sehingga tonjolan di balik gaun itu sangat terlihat jelas. Wanita itu sengaja memancing gairah Xavin, padahal ia sudah mandi air dingin di saat malam-malam seperti ini, anggap saja ini pembalasan untuk Xavin yang berani-beraninya membuat Raline kesal. Ia tahu kalau saat ini Xavin sedang mabuk kepayang, ada sesuatu yang minta dituntaskan, ada sesuatu yang harus dipuaskan. Benar-benar menyebalkan memiliki istri seperti Raline, hanya ia istri yang berani memancing suami dengan cara seperti itu. Kalau Raline Wanita lain pasti dengan terang-terangan akan memberikan tubuhnya untuk Xavin, Cuma Wanita gila yang tidak mau disentuh oleh pria seksi yang tampan seperti Xavin, tubuh atletis itu membuat hampir semua Wanita ingin menyentuh dan melihatnya, tetapi Raline justru mempermainkan Xavin, lihat saja nanti Xavin akan membuat Raline tidak berkutik di bawahnya, yang ada hanya desahan dan erangan yang terdengar.
Setelah menidurkan Zio di kamarnya, Raline pun Kembali ke kamar ia dan Xavin, dulu kamar itu milik Xavin dan Grace, sekarang Grace sudah tidak ada lagi, yang ada hanya Xavin dan Raline. Sedikit informasi semenjak usia Zio dua tahun sudah diajarkan untuk tidur sendiri, dan makin ke sini ia sudah berani tidur sendiri walau harus ditemani dulu sampai terlelap. Kembali ke Raline, Wanita itu sedang rebahan di atas di Kasur king size seraya memainkan ponselnya, sedangkan Xavin baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut setengah basah dan handuk putih melilit perutnya sampai sebatas perut.
Jujur saja, Raline berhasrat melihat Xavin seperti itu, tetapi ia tidak boleh kalah, Raline pun mengalihkan perhatiannya ke ponsel tanpa memandang Xavin lagi, tanpa tahu malu Xavin menurunkan handuk yang melilit pada tubuhnya hingga menampakkan sesuatu yang besar dan Panjang, tentu saja hal itu membuat Raline kesal setengah mati, ternyata Xavin sengaja ingin membalas Raline, kali ini Raline tidak boleh menyerah, ia tidak boleh tergoda duluan, harus Xavin yang menyentuhnya terlebih dahulu, dan sial tubuh Raline saat ini menegang. Akhirnya Raline pun memutuskan untuk memejamkan matanya, persetan dengan apa yang dilakukan oleh suami laknatnya itu.
Dari ekor matanya Xavin bisa melihat kilat gairah dari wajah istrinya, dan betapa lucunya saat Raline mencoba menepih hasratnya dengan berpura-pura tidur seperti itu, memangnya hanya Raline yang bisa menyiksanya seperti itu? Memangnya hanya Xavin yang memiliki gairah? Memangnya enak dibalas pancingannya? Xavin merasa kalau dirinya telah menang, ia berhasil membalas Raline. Pria itu pun langsung mengambil boxer dari dalam lemari kemudian segera mengenakannya, hanya boxer tanpa atasan, ia biarkan dadanya telanjang, lalu ia menyusul Raline dan tidur di sebelah Wanita itu. Raline sedikit menggeser tubuhnya agar menjauh dari Xavin, ia tidak ingin jika dirinya jatuh ke dalam pesona Xavin malam ini, niat hati ia ingin menggoda suaminya, tetapi justru ia yang tergoda dan ini benar-benar sangat menyebalkan, lebih menyebalkan daripada perkiraan Raline.
Aroma tubuh Xavin semakin menyeruak, membuat Raline semakin jatuh pada pesona itu, Raline sudah tidak bisa menahan gairahnya, jujur saja ia sudah kalah, ia yang tergoda, dan ia ingin disentuh dan dipuaskan oleh pria itu, tetapi tidak untuk malam ini, egonya terlalu tinggi untuk meminta sentuhan dari pria itu, tadi sore ia menolak Xavin, mana mungkin malam ini ia meminta, yang ada harga diri Raline akan hancur, ia tidak ingin Xavin merasa dirinya menang karena berhasil menggoda Raline. Daripada ia merasa panas dingin yang menyebalkan seperti ini, lebih baik sekarang ia tidur saja di kamar Zio, itu jauh lebih baik daripada ia tidak bisa tidur semalaman hanya karena fantasi liarnya dengan Xavin.
Ah Raline b**o, itu suamimu. Kau bisa melakukan kapan saja dengan suamimu, kenapa kau harus menahannya?
Raline pun beranjak dari ranjang tersebut, tetapi langsung ditahan oleh Xavin. “Kau mau ke mana? Kalau kau menginginkannya kita bisa melakukannya malam ini.” Xavin berkata dengan suara seraknya yang sialnya terdengar sangat seksi, ini benar-benar membuat Raline jadi gila, kenapa ia harus memiliki suami semenyebalkan Xavin?
Raline masih dengan egonya, ia melepaskan tangan Xavin yang kini sedang menggenggam tangannya. “Tidak, aku tidak mau memberikan tubuhku untukmu sebelum kau mencintaiku, aku tidak akan jatuh pada pesonamu, Tuan Xavin.” Raline berbohong, sejak tadi ia sudah berfantasi liar tentang Xavin, tetapi ia tidak mau kalah di hadapan suaminya ini, Raline tetaplah Raline, Wanita dengan sejuta egonya, ia lebih memilih menahan hasratnya daripada ia mengakui kekalahannya itu akan membuat harga dirinya hancur.
Xavin terkekeh pelan, lalu beranjak dari ranjang lalu memeluk tubuh Raline dari belakang. “Akui saja kalau kau menginginkanku malam ini, jangan menyiksa dirimu seperti itu, aku suamimu aku bisa memberikan apa yang kau inginkan, kita melakukannya pun sampai pagi tidak masalah, itu bukan dosa, Raline.” Xavin dengan sengaja meletakkan tangannya pada area sensitive Raline yang di atas, lalu ia memainkannya dengan secara perlahan, ia sengaja memancing istrinya itu agar ia melupakan egonya. Xavin benci ketika Raline mengedepankan egonya daripada hasratnya, ini bukan hanya Raline yang tersiksa, tetapi juga Xavin. Xavin jauh lebih tersiksa.
Raline menggigit bibir bawahnya agar ia tidak mengerang karena sentuhan nakal tangan Xavin, ia harus menjadi Raline yang tetap tidak mudah jatuh pada sentuhan Xavin. Ia pun segera melepaskan tubuhnya dari pelukan Xavin, ia tidak boleh tergoda akan sentuhan nikmat yang ia dapatkan tadi. “Kau benar, aku memang menginginkanmu malam ini, tapi aku masih dalam pendirianku, kalau kau belum mencintaiku aku tidak akan memberikan tubuhku untukmu.”
Xavin menghela napas beratnya. “Kalau selamanya aku tidak bisa mencintaimu, bagaimana? Apa aku harus mencari Wanita lain di luar sana untuk memuaskan hasratku?”
“Itu terserahmu, jika kau mau, kau bisa belajar mencintaiku, tetapi jika kau ingin mencari Wanita lain untuk memuaskan hasratmu aku pun tidak masalah.” Raline menjeda kalimatnya. “Aku bertahan dengan pernikahan ini karena Grace, karena ada Zio yang membutuhkan ibu, aku tidak mau menjadi istri yang hanya dijadikan pemuas nafsu saja, aku tidak mau, aku bukan jalang. Aku menginginkan pernikahan yang benar-benar pernikahan bukan hanya untuk menuntaskan kebutuhan biologis. Sekali lagi kukatakan semua pilihan ada padamu, Xavin.” Raline berusaha kuat dengan mengatakan hal itu, padahal jauh di lubuk hatinya terdalam ia menginginkan Xavin mencintainya dan menyentuhnya karena atas dasar cinta, dan mungkin ia akan hancur jika mengetahui kalau suaminya bermain dengan Wanita lain. Setelah itu ia keluar dari kamar itu dan meninggalkan Xavin yang masih diam terpaku.
Bagaimana aku bisa mencintai Wanita lain sedangkan Wanita yang kucintai masih Grace? Apa aku bisa mencintai Raline?
***