Bab 10

1086 Kata
Anne memberikan nasihat kepada putrinya agar tidak kabur seperti ini jika ada masalah dengan sang suami, harus diselesaikan dengan baik-baik, jangan sampai orang lain ikut campur atas permasalah rumah tangga mereka. Anne sangat paham dengan karakter putrinya yang sangat keras dan tidak terbantahkan, tetapi Raline juga harus mendengarkan apa yang diinginkan oleh sang suami karena sekarang ia bukan lagi Wanita lajang yang bisa melakukan semaunya tanpa memikirkan orang lain. Semuanya sudah berbeda saat ia memutuskan untuk menikah dengan Xavin, saat itu pula ia harus menjadi istri yang baik, bukan hanya istri yang baik, tetapi ia juga harus menjadi menantu yang baik untuk Angela dan ibu yang baik untuk Zio, karena setiap pilihan memiliki risiko. “Ra, ibu tidak suka kalau kabur terus setiap ada masalah dengan Xavin, ini masalah rumah tangga kalian, sudah seharusnya kalian selesaikan secara bersama-sama bukan kabur seperti ini, sekarang kau adalah istri Xavin, bukan lagi Wanita lajang yang bisa melakukan semuanya sendiri, kau sekarang sudah berbeda dengan Raline sebelumnya. Ibu harap kau bisa paham akan hal itu.” Begitulah nasihat Anne, ibunya, ia tidak ingin kalau Raline gagal mempertahan rumah tangganya karena yang namanya pernikahan itu sakral, janji di hadapan Tuhan yang harus dipenuhi. “Kau harus menjaga pernikahanmu, jangan sampai pernikahanmu retak hanya karena sesuatu yang sepele. Pernikahan itu suci dan sakral, kau harus mempertahankan sampai akhir hayatmu. Kau paham apa yang ibu maksud, kan?” Raline mendengarkan semua nasihat ibunya, tetapi yang menjadi permasalahannya sekarang bukan tetap bertahan atau mempertahankan, namun ini tentang Raline yang tidak ingin tinggal dengan mertua, tetapi ia tidak tahu bagaimana caranya menolak agar Angela tidak ikut tinggal dengan mereka. Xavin adalah orang yang keras ia tidak mungkin mendengarkan omongan Raline yang memintanya agar Angela tidak ikut dengan mereka. “Tapi, Bu, Raline tidak mau kalau tinggal sama Ibunya Xavin, aku merasa tidak cocok dengan dia. Aku tidak mau kalau rumah tangga aku nanti seperti neraka kalau tinggal Bersama ibunya Xavin.” Mungkin kalau mertuanya selembut Anne, Raline bisa pertimbangkan hal itu, tetapi masalahnya Angela tidak seperti Anne, dan ia malas kalau harus terus berdebat dengan ibunya Xavin. Akan banyak ketidak cocokan yang mereka alami nantinya. Anne mengelus rambut putrinya lembut. “Anggap saja ibu mertuamu adalah ibu kandungmu, kau coba saja dulu, tinggal dengan ibu mertua tidak seburuk itu kok. Mertua tidak akan jahat kalau menantunya tidak buruk, yang harus kau tunjukkan adalah kau bisa menjadi istri, ibu, dan menantu yang baik untuk mereka, jangan buat pandangan ibunya Xavin makin buruk terhadapmu, ibu tidak pernah mengajarkanmu untuk lari dari masalah, yang harus kau lakukan sekarang adalah mencoba ikhlas atas setiap takdir yang terjadi pada hidupmu. Ibu yakin kau bisa melalui itu semua dengan suka cita. Raline anak ibu adalah perempuan yang kuat.” Nasihat dari Anne memang sangat melegakan, ia beruntung memiliki ibu yang pengertian seperti ibunya, tahu memberikan solusi terbaik, mungkin ini semua karena jam terbang Anne dalam mengarungi hidup ini lebih tinggi daripada Raline. “Sekarang kau pulang dan membicarakan masalah itu baik-baik dengan suamimu. Ibu tidak mau lihat lagi setiap kau ada masalah lari ke ibu lagi, sekarang anak ibu sudah dewasa, sudah jadi istri orang harus bsa menyelesaikan semuanya sendiri, oke?” Raline menghela napas pelan, lalu beranjak dari duduknya, dan ia segera pamit untuk pulang ke rumah suaminya, memang seharusnya kalau masalah rumah tangga harus diselsaikan dengan kepala dingin ia tidak bisa terus-terusan kabur seperti ini, ia harus bisa menyelesaikan masalah rumah tangganya dengan kepala dingin, biar bagaiman pun juga masalah rumah tangganya dengan Xavin adalah masalah rumah tangga mereka berdua. Saat sampainya di rumah ia mendapati Xavin yang sedang memasak di dapur, ia baru tahu ternyata Xavin memiliki sisi semanis ini, di balik sifatnya yang keras dan menyebalkan, ia bisa terlihat sangat seksi saat memegang pisau dan segala peralatan dapur itu. Raline pun mendekat ke arah Xavin dan berdeham cukup keras. “Xav … “ Xavin menoleh sekilas, kemudian ia melanjutkan aktivitas memasaknya tanpa menggubris panggilan Raline. Entahlah, untuk saat ini ia malas untuk berdebat dengan Raline. Raline yang merasa terabaikan langsung mematikan kompor dan itu membuat amara Xavin semakin memuncak. “Apa maumu, Ra?” “Maafkan aku, maafkan aku yang egois,” ujar Raline seraya menunduk, ini seperti bukan Raline, karena ia bukan Wanita yang mudah mengumbar kata maaf, tetapi entah ada keberanian dari mana akhirnya kata itu pun terlontar dari bibirnya. Xavin mengangkat wajah Raline dan menatap mata Wanita itu dengan datar. “Aku tidak salah dengan, seorang Raline minta maaf?” Xavin terkekeh pelan, Wanita sekeras Raline melontarkan kata maaf itu adalah sesuatu yang sangat langka, apalagi ini di hadapan Xavin, apakah Raline sekarang mulai tunduk dengan Xavin? Ralie memutar bola matanya malas, ia menyesal karena melontarkan kata maaf yang pada akhirnya direspons seperti itu oleh Xavin. Padahal ia menurunkan egonya dengan melontarkan kata maaf, tetapi sekarang ia malah mendapat respons seperti itu, benar-benar menyebalkan. “Aku tarik kata-kata itu. Anggap saja aku tidak pernah mengatakan hal itu.” Raline pun berbalik meninggalkan Xavin. Namun, Xavin langsung maju beberapa Langkah dan memeluk istrinya dari belakang. “Aku sedang tidak mood untuk berdebat.” Aroma Raline masih sama, masih menjadi aroma yang memabukkan. Dan karena pelukan seperti ini, ia jadi menginginkan Raline. “Ra, aku menginginkanmu.” Raline melepaskan pelukan Xavin dan berbalik menatap sang suami. “Kau menginginkanku? Tapi sayangnya aku tidak menginginkanmu.” Ia sengaja ingin membuat suaminya tersiksa. Pasti Xavin akan merasa sakit hati tertolak seperti ini. Raline Kembali melangkah, tetapi langsung ditarik oleh Xavin, pria itu langsung mencium Wanita itu dengan kasar, memaksa Raline untuk membuka mulutnya, hingga Wanita itu terbuai permainan Xavin, tetapi hanya sampai di situ, Raline tidak ingin memberikannya yang lebih untuk Xavin, ia langsung mendorong sang suami. “Kalau kau belum mencintaiku jangan pernah menyentuhku, karena aku bukan hanya pemuas nafsu, aku hanya ingin dicintai seperti layaknya seorang istri dan saat kita melakukan hubungan intim bukan hanya karena nafsu semata, tetapi karena aku atau pun kau menginginkannya atas dasar cinta. Aku bukan jalang untuk memuaskan nafsumu.” Xavin terdiam, kemudian menatap punggung itu yang meninggalkannya. Ia harus mandi air dingin malam ini untuk melampiaskan nafsunya, padahal ia memiliki istri, tetapi seperti bujangan saja. Sejujurnya Raline pun menginginkan Xavin, tetapi ia bertekad sejak kejadian malam itu yang Xavin mengatakan kalau mereka hanya partner ranjang, ia tidak mau lagi memberikan tubuhnya jika Xavin masih menganggapnya hanya sebatas partner ranjang, mereka adalah suami dan istri yang istri yang sah. Raline bukan jalangnya Xavin. Ia ingin mereka melakukan hubungan mereka karena ada cinta di antara keduanya, bukan hanya sebagai pemuas nafsu. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN