Bab 14

1116 Kata
Matahari pagi sudah meninggi, sepasang suami itu istri itu masih terlelap di atas ranjang akibat malam Panjang yang mereka lakukan hingga kelelahan. Keduanya saling berpelukan seakan itu adalah posisi paling nyaman untuk saat ini. Hanya selimut putih polos yang menutupi tubu polos mereka sampai sebatas d**a. Di antara keduanya, sang suami lah yang lebih dahulu terjaga, ia memegang kening sang istri, ia bersyukur karena panasnya sudah lumayan reda. Pria itu tersenyum tipis saat memperhatikan wajahnya sebegitu dekat ini, wajah yang cantik, pahatan yang hampir sempurna, bibir tipis namuan berisi yang berwarna merah muda alami, hidung mancung yang mungil sangat indah berada di tengah wajahnya, pipinya yang tirus, dagunya yang sediki lonjong, bulu matanya yang lentik, serta senyumannya yang manis ketika sudut bibirnya terangkat, ditambah lagi dengan lesung yang ada di kedua pipinya. Xavin akui Raline adalah Wanita yang cantik, bahkan sangat cantik, bahkan hampir semua pria di negeri ini mengagumi kecantikannya. Xavin mencium leher jenjang putih istrinya dengan penuh hasrat, ia menginginkannya lagi, tetapi ia tidak ingin memaksa karena tahu pasti istrinya ini sangat kelelahan karena tenaga Xavin yang begitu kuat semalam. Hasrat yang ia tahan berhari-hari akhirnya terlampiaskan semalam sehingga ia sama sekali tidak merasakan Lelah. Setelah selesai puas dengan leher istrinya ia beralih ke bibir, ia meletakkan jarinya di bibir istrinya itu dan lalu ia mainkan dengan gemas. Raline adalah candu, bahkan saat Bersama Grace ia tidak merasakan secandu ini, permainannya yang lihai membuat Xavin panas dingin sehingga mudah terpuaskan. Satu hal yang Xavin syukuri adalah meskipun Raline model yang cantik dan seksi tapi ia adalah yang pertama mengambil keperawanannya, saat mereka resmi menjadi suami dan istri. Tak lama kemudian Raline pun terjaga dari tidurnya, lalu ia menggeliat dan membuka matanya dengan perlahan dan mata dirinya dan Xavin bertemu. Pria itu masih terus menatapnya tanpa berpaling sedikit pun. Xavin tersenyum tipis. “Cantik, istriku benar-benar cantik.” Ia membelai bibir istrinya. “Benda kenyal yang selalu membuat candu. Aku menginginkanmu lagi.” “Lagi?” Raline pun mengangguk “Oke, tapi satu ronde saja ya, setelah itu kita mandi.” Xavin menaikkan sebelah alisnya, tidak percaya dengan ucapan sang istri yang ternyata tidak menolaknya. “Kau serius?” Raline mengangguk. “Tapi kau yang memimpin.” “Oke.” Mereka pun langsung melanjutkan kegiatan panas yang semalam, tentu saja kali ini Xavin yang berada di atasnya Raline. Xavin selalu menyukai mendengar Raline menyebutkan namanya dalam penyatuan mereka, itu terdengar sangat seksi dan membuat hasrat Xavin semakin meningkat, begitu Raline, ia menyukai saat Xavin menyebutka namanya, ia menyukai pria ini dalam memuaskan dirinya, Bagaimana caranya ia tidak mencintai Xavin, sedangkan pria ini selalu punya daya Tarik yang membuat Raline semakin jatuh cinta. Dengan lihai Xavin memainkan tubuh Raline hingga Wanita itu panas dingin dan merasakan sensasi yang luar biasa, pagi ini mereka merasakan sensasi yang luar biasa, Di kamar ini yang menjadi saksi penyatuan panas antara Raline dan Xavin. Setelah selesai melakukan hubungan panas, mereka pun langsung mandi, tentu saja mandi bareng, tetapi mandi yang benar-benar mandi, tidak ada lagi penyatuan panas, hanya saja Xavin masih memainkan bagian sensitifnya Raline. Bagi Xavin, Raline itu candu yang sangat amat enak. *** Sedari tadi Angela hanya menggerutu kesal karena sudah siang, Raline menampakkan batang hidungnya. Tidak masak dan tidak memandikan Zio, akhirnya Angela yang memasak dan memandikan Zio. Karena baru pindah, mereka memang belum memiliki asisten rumah tangga, nanti sajalah Xavin yang akan mencari asisten rumah tangga untuk mengurus rumah ini. Angela tidak peduli apa yang mereka lakukan di kamar, tetapi Raline tidak boleh lupa akan tugasnya sebagai istri dan suami, masa yang harus melakukan tugas itu adalah mertua. Benar-benar istri yang tidak bisa diandalkan. Sudah Angela katakan bahwa Raline hanya menang wajah, tetapi tidak bisa melakukaan tugasnya dengan baik sebagai ibu dan istri. Setelah selesai membuat sarapan, Angela pun langsung menata makanan itu di atas meja, dan menyuruh cucunya untuk segera makan. “Zio, ayo makan, nenek sudah membuatkanmu nasi goreng.” Zio yang sedang main mobil-mobilan, langsung beralih ke meja makan dan mulai menikmati sarapan setelah disiapkan oleh sang nenek. “Nek, Daddy sama Mommy di mana? Tadi malam Zio tidur sendiri,” adu Zio setelah ia menyelesaikan suapan pertamanya. “Nenek juga tidak tahu, tapi sepertinya mereka tidur di kamar sebelah.” Angela mengikuti Zio sarapan, tetap saja dalam hatinya ia menggerutu kesal karena memiliki menantu yang menyebalkan seperti Raline. Tak lama kemudian, Xavin dan Raline menyusul ke meja makan dengan keadaan wajah mereka yang sudah fresh, dan rambut mereka yang masih setengah basah. Keduanya langsung menempati kursi kosong yang tersedia. “Jadi istri itu harus bertanggung jawab, jangan bangun kesiangan, harus tahu tugasnya itu memasak dan mengurus anak, jangan Cuma jago di ranjang, tapi harus jago di dapur dan urusan anak. Ini Grace tidak salah apa memilihmu menjadi istrinya Xavin. Ibu jadi sanksi kalau kau bisa menjadi istri dan ibu yang baik.” Padahal masih pagi tapi Angela sudah membuat mood Raline menjadi memburuk. Namun kali ini Raline tidak membalas, ia mencoba untuk bersikap biasa saja menghadapai sosok ibu mertuanya yang menyebalkan. Ia pun tetap memakan sarapan tersebut meski ia sudah tidak berselera lagi karena ucapan Angela yang membuatnya sakit hati. Xavin menoleh ke arah Raline yang memasang wajah kesal, ia hanya kesal tidak membalas apa-apa omongan ibunya. “Bu, sudahlah jangan diperpanjang, Raline juga masih lelah. Ini masih pagi, jangan mencari keributan.” Angela melotot tajam dan membanting sendoknya saat mendengar ucapan Xavin, mereka semua terkejut, terutama Zio, karena kemarahan neneknya yang begitu besar. “Xavin, sejak kapan kau menjadi anak yang tidak sopan kepada ibumu? Selama ini ibu mendidikmu menjadi pria yang baik yang menghargai Wanita yang melahirkanmu, tetapi sekarang bisa-bisanya kau mengatakan ibumu mencari keributan.” Angela terkekeh pelan, lalu menoleh kepada Raline. “Oh jangan-jangan menantu sialan ini yang telah mencuci otakmu agar membenci ibumu sendiri? Selama kau dengan Grace kau sangat sopan kepada ibu, tetapi setelah Bersama Raline kau berubah, ibu tidak mengenali lagi anak yang Ibu lahirkan.” Padahal sedari tadi Raline hanya diam saja, tetapi ibu mertuanya ini masih saja menyalahkannya, Meja makan yang harusnya tenang tanpa keributan, tetapi sekarang seperti neraka. Raline menoleh ke arah Zio yang menampakkan wajah ketakutannya, ia pun berdiri dan langsung menggendong bocah tiga tahun itu. “Tidak baik ribut di depan anak kecil.” Raline menoleh sekilas ke arah Xavin. “Selesaikan masalahmu dengan ibu, sekarang aku bawa Zio jalan-jalan dulu.” Setelah itu Raline pun langsung keluar dari rumah itu meningglkan Xavin dan Angela yang masih memanas, lebih tepatnya Angela yang menatap putranya itu dengan tatapan penuh amarah, sedangkan Xavin menghela napas berkali-kali untuk mengontrol emosinya. Selama ini ia selalu berusaha menjadi anak yang baik untuk orang tuanya, bahkan tadi pun ia tidak bermaksud untuk bersikap kurang ajar. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN