Bab 11 | Ketakutan Kasih

1196 Kata
Kasih terbangun sekitar pukul sebelas siang, keadaannya sudah cukup membaik. Hari ini dia ingin menemui Ayahnya di mana mereka telah memiliki janji temu saat makan siang. Ayahnya baru saja pulang dari Macau dan hanya akan berada di Jakarta hingga pernikahan Kasih yang akan diselenggarakan di minggu ini juga, tepatnya tiga hari lagi. Kini semua orang telah mengetahui jika dia calon istri dari seorang Byantara Abimana Wijaya, dia juga tidak menutup mata pada gosip yang mengatakan jika dia menikah karena harta dari keluarga Wijaya, gosip itu begitu santer akhir-akhir ini, banyak artikel yang mengatakan tentang kemungkinan dirinya yang mau menikahi seorang pria cacat. Saat dirinya telah bersiap untuk mendatangi kantor ayahnya, sebuah pesan singkat dia terima. -Kasih, Ayah minta maaf, ada keadaan darurat yang membuat Ayah harus kembali lagi ke Macau, kita berbicara setelah pernikahanmu ya, sayang. Ayah benar-benar minta maaf.- Pesan itu membuat bahu Kasih lemas dan dia menghela napasnya dengan mendesah panjang. Kenapa menemui Ayahnya begitu sulit? Ayahnya itu tidak mencoba menghindar kan? Apa jangan-jangan wasiat yang dikatakan Ayahnya hanyalah akal-akalan Ayahnya? Pikiran itu tiba-tiba saja terlintas di benak Kasih. “Tidak … Tidak mungkin Ayah akan sejauh itu tega padaku.” Tau-tau air matanya sudah menetes, dia mengusap wajahnya kasar dan kembali menghela napasnya panjang. Lalu tangannya reflek menyentuh perutnya. Dia harus memeriksakan dirinya. Kasih akhirnya mengubah tujuannya menuju ke rumah sakit. Berada di ruang dokter obgyn untuk pertama kali seumur hidupnya dan sendirian adalah hal yang tidak pernah Kasih bayangkan, namun kini dia harus mengalaminya. Telapak tangannya terasa dingin dan berkeringat, jantungnya berpacu cepat, rasanya pemeriksaan berjalan begitu cepat hingga Kasih bisa melihat senyum terkembang di bibirnya yang membuat jantung Kasih berpacu lebih cepat. “Anda Bisa melihat di sini Ibu Lavina, ini janinnya, sesuai dengan tanggal haid terakhir Ibu, maka usia kandungannya saat ini enam minggu.” Ucap dokter itu dengan penuh sukacita. Kasih justru meneteskan air matanya, air mata kebahagiaan yang tiba-tiba menyeruak namun air mata itu juga menyuarakan ketakutannya akan kehadiran sosok di rahimnya yang mungkin akan ditolak oleh Ayahnya. Kasih reflek mengusap lembut perutnya, rasa cinta itu langsung muncul begitu saja untuk buah hatinya, rasa cinta dan ingin melindunginya dengan sekuat tenaga apapun yang terjadi. Tanpa sadar dirinya sudah terisak-isak, kehadiran buah hatinya mungkin akan mengubah tujuan hidupnya secara keseluruhan. “Anda pasti sangat bahagia, Ibu Lavina, akan lebih membahagiakan lagi jika suami Anda bisa ikut hadir di sini, namun mungkin anda memiliki rencana lain untuk memberikan kejutan padanya. Maka harapan saya di hari kontrol selanjutnya, beliau ikut datang mendampingi anda, karena menjaga kehamilan adalah tanggung jawab suami dan istri, kalian harus saling bekerja sama untuk menjaganya.” Ucap Dokter itu yang membuat Kasih hanya mengangguk seadanya. “Saya akan meresepkan beberapa vitamin dan obat anti mual ya, Ibu.” “Baik, Dok. Terima kasih.” Kasih melangkahkan kakinya dengan terseok-seok seolah tidak memiliki tenaga sesaat setelah keluar dari ruang pemeriksaan. Dia lalu duduk di salah satu kursi yang ada di sepanjang koridor rumah sakit itu. Tatapannya beralih kepada perutnya, lalu tangannya reflek mengusapnya lembut, air matanya kembali jatuh dengan senyuman yang penuh arti terukir di bibirnya. Bagaimana jika Byan membenci buah hati mereka? Bagaimana jika Byan tidak mau mengakuinya? Bagaimana jika Byan menolak kehadirannya? Begitu banyak hal yang berkecamuk dalam hatinya, ketakutan-ketakutannya yang membuat rasa sayang pada buah hatinya semakin menguat. Namun hatinya terasa teriris sembilu membayangkan jika dia nantinya akan menjadi seorang anak yang dibenci oleh Ayahnya bahkan tidak diakui. Bagaimana Kasih mampu melihatnya tumbuh menjadi seorang anak yang seperti itu? Hidupnya akan benar-benar merana. “Tidak, sayang. Bunda tidak akan membiarkan itu terjadi, kamu akan memiliki kehidupan yang bahagia apapun yang terjadi. Bunda yang akan menjaminnya dengan nyawa Bunda.” Bisik Kasih dengan penuh cinta, mengusap lembut perutnya. Dia akan mengatakan tentang kehamilannya pada Byan nanti malam dan harus siap dengan segala resikonya. Kasih lalu beranjak dari rumah sakit dan menuju ke swalayan untuk membeli bahan masakan untuk dua hari ke depan, sesuatu yang telah rutin dia lakukan semenjak menikah dan tidak lagi bekerja. Pening itu kembali Kasih rasakan sesaat setelah dia keluar dari swalayan, dia bahkan membutuhkan waktu untuk meredakan peningnya. “Kasih … Kamu baik-baik saja?” Tau-tau suara Arvin mengejutkan Kasih, pria itu langsung menyentuh bahu Kasih yang langsung ditepis Kasih dengan kasar. “Apa yang kamu lakukan di sini? Menjauh dariku!” Kasih membentaknya namun Arvin tidak mengindahkannya. Kasih akhirnya memilih kembali melanjutkan langkahnya, pernikahannya tinggal menghitung hari dan dia tidak ingin ada gosip yang merugikannya maupun Byan. Namun, baru beberapa langkah dia melanjutkan langkahnya, kepalanya terasa dipukul palu godam, membuat dunianya seolah berputar dan kegelapan seakan-akan melahapnya dan Kasih tidak lagi ingat apapun yang terjadi lagi setelah itu. *** Kasih mengerjap-ngerjapkan matanya perlahan dengan pening yang masih dia rasakan. “Kamu sudah sadar?” Tanya Arvin yang menatapnya dengan cemas, sedang Kasih langsung terperanjat duduk dengan keterkejutan yang luar biasa. “Apa yang kamu lakukan? Aku di mana?” Kasih menatap Arvin dengan tajam, lalu dia memperhatikan ruangan itu, jelas dia familiar dengan ruangan tersebut, itu apartemen Arvin. “Kamu hamil, Kasih.” Ucapan Arvin tidak menjawab pertanyaan Kasih. “Siapa Ayahnya? Kamu baru menikah dengan Byan 3 hari lagi. Kamu sudah sejauh itu dengan Byan?” Arvin menatap Kasih dengan tajam. “Bukan urusanmu, lancang sekali kamu membawaku ke sini!” Kasih membentaknya dan berusaha turun dari ranjang yang menjijikan itu tempat di mana Arvin mengambil kesuciannya dan tempat di mana dia melihat perselingkuhan Arvin dan Luna. “Kamu pingsan dan aku menolongmu, memanggilkanmu dokter untuk memastikan keadaanmu, beginikah caramu berterima kasih?!” Arvin ikut emosi. “Kamu tidak perlu menolongku dan membawaku ke tempat menjijikan ini!” Kasih mengatakannya dengan tegas dan mata yang berkilat penuh amarah. “Anak siapa itu, Kasih Agnibrata?” Teriak Arvin dengan sorot mata yang penuh amarah namun juga terlihat ada luka di sana yang tidak coba disembunyikan oleh pria itu. Kasih menatap Arvin tajam. “Byantara akan membunuhmu jika tau kamu selingkuh dan hamil, kamu sengaja menikah dengannya untuk mengarang cerita jika itu nantinya adalah anak dia?!” Arvin seolah memberikan peringatannya. Mendengar ucapan itu dari mulut Arvin, Kasih tertawa miris yang terdengar begitu menyesakkan. “Tiga tahun kita bersama ternyata seperti itu penilaianmu terhadapku. Memang pilihan yang sangat tepat aku memutuskanmu. Kamu tidak lebih dari seorang bajingan.” Kasih mengacungkan jarinya dan menunjuk dengan tajam pada Arvin. “Aku bukan dirimu! Yang begitu hina dengan meniduri banyak p*****r di luar sana! Kamu memang benar-benar b******n!” Kasih memberikan tamparannya pada Arvin lalu berlalu dari sana. Arvin yang tidak terima langsung berteriak sebelum “Aku akan mengagalkan pernikahanmu dengan Byantara, Kasih! Aku tidak akan membiarkanmu menikah dengan pria itu dalam keadaan kamu sudah hamil! Aku bisa menikahimu dan mengakui anak itu sebagai anakku! Kamu hanya akan menemui nerakamu jika tetap melanjutkan pernikahanmu dengan Byan! Aku mencintaimu dengan semua keadaanmu, Kasih!” Arvin menatapnya dengan amarah namun juga hati yang terluka, mengetahui jika wanita yang masih memenuhi seluruh hati dan pikirannya telah memadu kasih begitu jauh dengan pria lain. “Tutup mulutmu dan jangan mengurusi hidupku! Sampai kapan pun aku tidak akan pernah mau berhubungan denganmu lagi!” Setelah mengucapkan kalimat itu Kasih langsung membanting pintu apartemen Arvin dengan kuat dan pergi dari sana.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN