Bab 1 | Dijual Oleh Ayahnya
Lavina Kasih menutup ponselnya setelah membaca headline berita yang mengabarkan tentang kebangkrutan keluarga Agnibrata, keluarganya, bisnis ayahnya benar-benar jatuh dan hancur sepeti efek domino dan terjadi begitu cepat. Luluh lantak dan tidak menyisakan apapun.
Wanita itu hanya menyunggingkan senyum mirisnya, dia tidak merasa sedih atau terluka dengan itu, sejak dulu sebenarnya dia tidak peduli apa yang dilakukan oleh Ayahnya ataupun istri kedua ayahnya dan saudara tirinya itu. Satu-satunya yang membuatnya bertahan tinggal bersama keluarganya hanyalah wasiat Bundanya yang sangat ia jaga dan dia hormati, dia ingin selalu berbakti dan mengabdi kepada bundanya sekali pun bundanya telah meninggal dunia.
Ayahnya, Damar Agnibrata, menikah dengan bundanya karena perjodohan keluarga, namun lima tahun setelah pernikahan itu, kedua orang tua Damar meninggal, hal itu membuat Damar yang memang sejak awal menikah masih menjalin hubungan dengan kekasihnya semakin berani, di saat usia pernikahan yang keenam, Damar menikahi kekasihnya -Ratna- menjadikannya istri kedua dan membawa istri keduanya itu tinggal bersama bersama Asha, Bunda Kasih.
Itu adalah patah hati yang Kasih rasakan diusianya yang baru lima tahun, dia melihat Bundanya menangis hampir setiap hari, bagaimana perlakuan Ayahnya dan Ibu Tirinya juga Adik tirinya yang ternyata hanya berbeda satu tahun darinya.
Berkali-kali Kasih meminta agar Bundanya bercerai dan mereka hidup berdua saja, namun Bundanya itu terlalu mencintai Ayahnya, begitu tulus, penuh perhatian dan sangat lembut melayani Ayahnya, yang membuat Kasih semakin membenci Ayahnya juga begitu terluka untuk Bundanya.
Dia sangat mencintai Bundanya dan selalu melakukan apapun untuk Bundanya, namun tiga tahun yang lalu Bundanya berpulang, mengakhiri semua rasa sakit hatinya di dunia karena Ayahnya.
Kasih hanyalah karyawan di salah satu perusahaan FMCG dan saat ini hanya menjabat sebagai staff senior untuk bagian finance di salah satu anak perusahaan Ayahnya, namun tidak ada perlakuan istimewa di sana, dia meniti karirnya dari awal, Ayahnya tidak pernah memberikan privilege padanya, karena Kasih sendiri masih mempertanyakan rasa sayang dan cinta sang Ayah untuknya yang rasanya hampir tidak bisa ia rasakan.
Kasih memasuki rumahnya dan dia bisa melihat wajah suntuk Ayahnya menyambutnya, di sana juga ada Ibu Tirinya yang menatap benci padanya. Kasih berlalu dari sana dan ingin segera menuju kamarnya, namun panggilan Ayahnya menghentikannya.
“Kasih … Kemari …” Itu suara Damar, yang begitu dingin dan terdengar frustasi, membuat Kasih memutar bola matanya jengah, namun tetap mendekat pada Damar.
“Ayah akan menikahkanmu dengan seseorang, kamu harus menyetujuinya.” Ucap Damar kemudian, membuat Kasih langsung membulatkan bola matanya dengan tatapan tidak percaya.
“Apa-apaan, Ayah? Ayah sedang menjualku untuk menyelamatkan harta Ayah?” Tembak Kasih tepat sasaran, membuat Damar menghela napasnya panjang, terlihat menemukan jalan buntu dan hanya Kasih lah satu-satunya yang bisa menyelamatkannya.
“Kamu harus menikah dengannya!” Ucap Damar lagi dengan nada meninggi, membuat Kasih menatap Ayahnya dengan tatapan benci dan tajam untuk pertama kalinya.
Dia menyunggingkan senyumnya sinis, jiwanya memberontak dengan wasiat dari bundanya yang untuk selalu berbakti kepada Ayahnya seburuk apapun Ayahnya, dia yakin Bundanya juga akan menentang keputusan Damar yang secara tidak langsung akan menjualnya untuk menyelamatkan bisnisnya.
Kasih tidak tau bagaimana sosok seseorang yang akan menikahinya, bisa jadi pria tua hidung belang yang memiliki banyak istri, rasanya itu sangat mungkin mengingat Ayahnya kini hanya memiliki jalan buntu untuk menyelamatkan bisnisnya.
“Tidak akan! Dan tidak akan pernah! Aku lelah dengan Ayah! Selama ini aku selalu berusaha untuk menurutimu demi Bunda, aku tidak pernah membuat masalah seperti putrimu yang sialan itu! Aku mencoba tenang dalam setiap gejolak kebencian di hatiku atas semua luka yang Ayah torehkan! Namun kali ini, melihat Ayah tidak berpikir dua kali untuk menjualku pada sebuah pernikahan demi bisnismu semata! Aku akan mengakhiri semuanya! Aku tidak peduli dengan baktiku kepadamu, aku yakin Bunda juga akan mendukungku dan mengutuk perbuatan Ayah yang jahat! Bunda tidak akan membiarkanku berakhir menikah dengan pria tua hidung belang!” Kasih berteriak dan mengeluarkan segala emosinya.
Tepat di detik itu juga dia mendapatkan tamparan dari Damar, begitu keras hingga sudut bibirnya berdarah.
“Lancang sekali kamu menghakimi Ayah seperti itu, Kasih! Ini juga untuk kebaikan hidupmu! Kamu akan menikah dengan keluarga terpandang dan masa depanmu terjamin!” Damar menatapnya dengan nyalang, mendengar itu membuat Kasih mendecak keras dan tertawa terbahak.
“Aku bisa menjamin masa depanku sendiri, Ayah! Tapi Ayah…. Ayah membutuhkanku untuk menjamin masa depanmu dan istri sundalmu itu! Ayah butuh aku untuk menyelamatkanmu dalam kebangkrutan! Ayah harus menjualku melalui pernikahan itu! Dan aku tidak akan melakukannya! Aku lebih bahagia melihat Ayah bangkrut!” Teriak Kasih dengan senyum penuh arti yang terlihat mengerikan di mata Ratna, Ibu Tirinya. Rasanya baru kali ini wanita itu melihat Kasih memberontak pada suaminya, seolah melupakan semua pesan dan wasiat mendiang Bundanya untuk terus berbakti dan hormat kepada Ayahnya.
Sekali lagi tamparan itu Kasih dapatkan di wajahnya, membuat wajahnya semakin memerah.
“Lancang sekali kata-katamu, Kasih! Ingat pesan Bundamu! Beraninya kamu meninggikan suaramu pada Ayah!” Damar berteriak dengan nada tinggi dan sekali lagi Kasih tertawa pongah dengan hal itu.
“Aku selalu mengingat pesan Bunda, namun di titik ini, saat ada seorang Ayah yang akan menjual Putrinya sendiri demi harta, maka aku yakin Bunda juga tidak akan menentang apa yang aku lakukan! Aku yakin Bunda akan mendukungmu untuk menantang seorang Ayah yang durhaka kepada putrinya!” Kasih berteriak kembali dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya, dia membalikkan badannya dan pergi dari sana.
“Dan mulai malam ini, aku akan keluar dari rumah ini! Lebih baik bagiku menganggap Ayahku sudah mati dari pada harus menyaksikanmu menjualku demi uang!” Kasih menatap tajam pada Damar juga Ratna lalu benar-benar membalikkan badannya meninggalkan mereka.
“Lavina Kasih! Ini wasiat terakhir Bundamu, yang diberikan kepada Ayah. Dengarkan dengan baik.” Suara Damar menghentikan langkah kasih dan membuat Kasih sekali lagi harus membalikkan badannya, tepat saat itu layar televisi di depannya menyala dan tubuh Kasih terasa lunglai melihat bagaimana Bundanya yang berjuang antara hidup dan mati di saat-saat terakhirnya, dengan Damar yang ada di sisinya.
Kasih ingat waktu itu, saat Bundanya mengatakan sangat menginginkan memakan bubur kacang hijau buatan Kasih, hal itu membuat Kasih dengan tidak ikhlas meninggalkan Bundanya sementara dan membiarkan Damar yang berganti menjaganya.
“Tolong jaga kasih … Mas … Dia putrimu, darah dagingmu, kini aku hanya bisa mengharapkanmu untuk kebahagiaan Putri kita. Cintai dia dan jangan terlalu keras padanya, dia begitu lemah dan membutuhkanmu.”
Suara serak Bundanya yang terlihat terbata-bata membuat tubuh Kasih lunglai dan jatuh ke lantai dengan isak tangis yang menyayat hati.
“Ada satu hal yang ingin aku berikan padanya, namun aku ingin kamu memberikan wasiat ini setelah dia menikah. Aku harap kamu bisa melaksanakannya.”
“Maka kamu tidak bisa menolak pernikahan ini, Kasih. Ayah tidak akan menyampaikan wasiat bundamu jika kamu tidak menuruti Ayah untuk menikah dengan orang pilihan Ayah. Ini untuk kebaikan dan kebahagiaanmu.” Ucap Damar menatapnya dalam dengan raut yang tidak terbaca.
Mendengar itu Kasih tertawa dalam tangisnya, menatap Damar dengan raut tidak percaya dan hati yang tercabik-cabik.
“Bagaimana … Ayah bisa setega dan sejahat ini kepadaku dan kepada Bunda? Bagaimana Ayah sampai hati menggunakan wasiat Bunda demi melancarkan misi Ayah untuk menjualku?! Bagaimana Ayah setega itu?!!” Kasih berteriak dengan jeritan tangisnya yang begitu menyayat hati.
Mendengar itu Damar memalingkan wajahnya sesaat lalu kembali menatap Kasih dengan tatapan dinginnya.
“Apapun yang kamu pikirkan, Ayah melakukan ini demi kebaikanmu.” Ucap Damar final, membuat Kasih tertawa lagi.
“Pembohong! Ayah menjualku! Itu kenyataannya!” Kasih berteriak frustasi dan memukul-mukul dadanya saat sesak itu begitu menyiksanya, namun Damar sudah meninggalkannya. Seolah pria itu telah menyelesaikan dengan sempurna, karena dia tau setelah ini Kasih tidak akan mampu menolak pernikahan itu.
Setelah kepergian Damar, Ratna mendekat dan berjongkok di depannya. Menatap Kasih dengan tatapan jahatnya dan senyum kemenangan.
“Memang Ayahmu menjualmu, karena kamu hanyalah sebuah alat yang akan dijual di saat kami membutuhkanmu, dan itulah saatnya! Kamu tidak memiliki harga sebagai seorang putri bagi Damar Agnibrata, Lavina Kasih!” Ratna mencengkram rahang Kasih, membuat Kasih menatap tajam pada Ratna dan tanpa ragu langsung mendorong Ratna dengan kuat hingga membuat wanita itu terjatuh ke belakang.
Dia lalu berdiri dan pergi dari sana, meninggalkan Ratna yang berteriak dan mengumpat padanya.
Dia membutuhkan Arvin, kekasihnya untuk menenangkannya, dia membutuhkan pria itu yang mungkin bisa memberikannya solusi walau nyatanya kemungkinan itu sangat kecil. Dia harus menikah dengan pria pilihan Damar untuk bisa mendapatkan sesuatu yang diwasiatkan oleh Bundanya.