James membuka pintu kelas Jolly, dan James tidak melihat siapapun disana. James pun menutup pintunya kembali lalu berbalik.
“Lain kali jangan pernah memberikan harapan palsu kepada anak-anak” terdengar suara seorang wanita.
James menatap wanita itu yang ternyata adalah Ms Bella wali kelas Jolly. Wanita yang tadi pagi juga sudah menyindirnya. Baru kali ini ada wanita yang begitu berani kepadanya. Selama ini James tidak pernah menemui wanita yang ketus kepadanya.
“Dimana anak saya?” Tanya James tanpa berbasa-basi.
“Jolly kelelahan menunggu Ayahnya hingga dia tertidur” jawab Bella dengan nada ketus.
“Dimana Jolly tertidur, saya akan membawanya pulang?” Tanya James lagi.
“Ikut saya” ucap Bella.
Mau tak mau James harus mengikuti Bella. James memperhatikan penampilan Bella dari belakang. Tidak ada yang berubah dari wanita ini. Padahal kalau James lihat guru-guru di Kimby School semuanya terlihat modis dan stylist. Hanya Bella yang berpenampilan terlalu kaku.
Lihat saja sepanjang jalan James melangkah menyusuri koridor dia bertemu dengan guru-guru wanita yang menyapa James dengan ramah. Ada yang menggunakan rok selutut dan kemeja dengan rambut yang tergerai, ada yang menggunakan celana chino dengan kemeja dan rambut yang diikat kuda, ada yang memakai dress formal selutut dengan rambut tergerai dan semuanya terlihat modis.
Ceklek
Bella membuka pintu ruangannya. James ikut masuk dan dia melihat Jolly sedang tertidur di sofa yang sangat empuk berwarna coklat. Tubuh Jolly juga di tutupi selimut bulu tipis berwarna putih. Di atas meja James melihat ada kotak kue yang bungkusnya sudah terbuka lalu kotak s**u vanilla yang sepertinya sudah kosong.
“Jolly” ucap James mencoba membangunkan Jolly.
“Dia sangat terlelap. Sebaiknya anda gendong” ucap Bella masih dengan nada ketus.
James memindahkan selimut dari atas tubuh Jolly dan James pun menggendong Jolly.
“Baiklah saya permisi” ucap James melangkah pergi.
Bella menatap James dengan melebarkan matanya lalu menggelengkan kepalanya. Pria itu memang tidak tahu sopan santun. Mengucapkan terima kasih saja tidak. Bella pun mendengus kesal. Lalu dia merapikan meja dan membuang sampah bekas makanan yang tadi Jolly makan.
Mata Bella melihat tas Jolly tertinggal di ruangannya. Bella ingin mengambilkan ta situ dan mengantarkannya kepada James. Tetai mengingat sikap James yang tidak sopan kepadanya Bella menjadi sangat malas.
“Biar saja dia ambil sendiri” ucap Bella.
James sudah memindahkan Jolly ke dalam mobil lalu dia memasangkan sabuk pengaman pada tubuh Jolly. James pun menutup pintunya lalu melangkah menuju pintu kemudi. James membuka pintu kemudi lalu masuk ke dalam mobil. James menyalakan mesin mobilnya dan mulai menjalankan mobilnya pergi meninggalkan Kimby School tanpa sadar dia tidak membawa tas sekolah Jolly.
Lima menit berkendara Jolly pun meregangkan tubuhnya lalu perlahan dia membuka matanya. Jolly terkejut saat dirinya melihat kaca mobil, lalu dia menoleh ke samping dan melihat James sedang mengemudi.
“Papa” ucap Jolly.
“Sudah bangun sayang” ucap James menoleh ke arah Jolly sekilas.
“Maafkan Papa ya telat menjemputmu” ucap James meminta maaf kepada Jolly.
“Iya Pa. Tidak apa-apa” ucap Jolly tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
James pun menoleh ke arah Jolly lagi. Biasanya Jolly akan marah dan kesal karena James tidak menepati janjinya. Tetapi sekarang Jolly tidak terlihat marah sedikitpun kepadanya.
“Kamu tidak marah kepada Papa?” Tanya James.
Jolly menggelengkan kepalanya.
“Kenapa kamu bisa tidak marah kepada Papa?” Tanya James penasaran.
Insting detektifnya yang membuat rasa penasaran itu, karena tidak biasanya Jolly tidak marah kepadanya. James pun menjadi sangat penasaran apa yang terjadi kepada putrinya ini.
“Papa kenapa sih. Papa maunya Jolly marah kepada Papa. Papa bagaimana sih, giliran Jolly marah, Papa minta untuk Jolly jangan marah. Sekarang Jolly tidak marah, eh Papa malah inginnya Jolly marah” ucap Jolly dengan nada seperti anak remaja.
James pun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bodoh sekali dia, benar juga ucapan Jolly. Seharuanya dia senang Jolly tidak marah. James pun tersenyum lalu tangan sebelahnya dia angkat untuk mengusap pucuk kepala Jolly.
“Maaf maaf sayang. Papa hanya heran ada apa dengan putri cantik Papa ini” ucap James.
“Ms Bella bilang, Jolly tidak boleh marah atau menangis karena Papa belum datang. Karena Jolly sudah besar dan Papa pasti belum datang karena sedang ada pekerjaan yang harus dikerjakan, jadi Jolly harus bersabar. Ms Bella juga bilang seharusnya Jolly bersyukur karena Papa masih bisa mengantar dan menjemput Jolly sekolah, karena banyak teman-teman Jolly yang diantar atau dijemput dengan pengasuh mereka” ucap Jolly mengingat yang Ms Bella katakan kepadanya siang tadi saat Jolly murung.
James pun menoleh kepada Jolly sekilas. James merasa tidak percaya kalau yang Jolly katakan itu semuanya adalah ucapan Bella. Yang James tahu wanita bernama Bella itu sangat ketus dan galak kepadanya.
“Ms Bella atau Mrs Kim yang mengatakannya kepadamu?” Tany James memastikan ucapan Jolly.
“Ms Bella Papa. Ms Bella adalah guru Jolly. Ms Bella itu baik sekali. Papa tadi lupa menyiapkan bekal makan siang untuk Jolly. Lalu Ms Bella memberikan cake coklat yang enak sekali dan s**u vanilla kotak. Tadinya Ms Bella mau memesankan makan siang untuk Jolly, tetapi Jolly bilang tidak mau karena Papa akan segera datang’ ucap Jolly.
James pun mengingat yang dia lihat di atas meja tadi. Ternyata semua itu adalah sampah bekas putrinya. Tetapi James masih merasa tidak yakin kalau Bella sebaik yang Jolly ucapkan.
“Kalau begitu Jolly mau makan diluar dulu atau kita langsung pulang?” Tanya James.
“Pulang saja Pa. Nanti kita pesan makanan dari ponsel saja” ucap Jolly.
“Pesan makanan dari ponsel. Maksud Jolly bagaimana?” Tanya James.
“Iya, tadi aku melihat Ms Bella ingin memesankan makanan untuk Jolly lewat ponselnya. Dan Ms Bella meminta Jolly untuk memilih makanan yang Jolly suka. Jolly mau memesan makanan seperti yang Ms Bella lakukan tadi Pa. Boleh ya” ucap Jolly.
James menarik nafasnya panjang. Lagi-lagi Ms Bella yang Jolly ucapkan terus. Sepertinya selain mata James yang sakit melihat wanita itu kini telinganya yang akan ikutan sakit karena terus mendengar nama wanita itu.
“Apa kamu sudah mempunyai teman baik disekolah?” Tanya James dengan sengaja mengalihkan obrolan mereka tentang Ms Bella.
“Ada” ucap Jolly menganggukkan kepalanya.
“Siapa?” Tanya James.
“Jack” ucap Jolly.
“Teman baikmu laki-laki” ucap James tidak percaya.
“Iya. Papa tidak mengenal Jack” ucap Jolly dan James menggelengkan kepalanya.
“Jack bilang kalau Papa dan Papanya Jack berteman” ucap Jolly.
“Siapa Papanya Jack?” Tanya James.
“Jack bilang Papanya adalah Komisaris besar kepoliasian di Inggris namanya David” jawab Jolly.
“Oh. Ya. Benar David adalah teman Papa” ucap James menganggukkan kepalanya.
James tidak tahu ternyata David mempunyai seorang anak laki-laki yang usianya sama dengan Jolly. Pantas saja David merekomendasikan Kimby School untu sekolah baru Jolly.
“Jack itu sangat pintar Pa. Dia adalah ketua kelas. Tadi Jack juga menemaniku menunggu Papa, tetapi penjemput Jack sudah datang dan Jack harus pulang” ucap Jolly.
James pun menganggukkan kepalanya. Setidaknya dia lega Jolly kini sudah mempunyai teman dan James juga mengenal ayah temannya itu adalah David. James sepertinya akan tenang dan tidak berpikiran macam-macam lagi.
Selama dua minggu ini Jolly pun masih sama. Setiap malam Jolly selalu menceritakan kegiatannya disekolah bersama teman-temannya dan Ms Bella. Dan nama Ms Bella tidak pernah tidak terucap dari mulut Jolly.
Walaupun beberapa hari ini James tidak lagi bisa mengantar jemput Jolly, tetapi Jolly tidak pernah marah lagi kepadanya. Lagi-lagi Jolly selalu mengatakan bahwa Ms Bella yang berkata kepadanya untuk tidak boleh marah kepadanya.
Memang beberapa hari ini James sangat sibuk. Agar James tidak pulang larut James pun harus berangkat pagi karena dia harus ketempat-tempat yang dia akan selidiki dari kasus utamanya. Sehingga James meminta Elma untuk mengantar jemput Jolly sekolah.
Drrrrrt Drrrrt Drrrr
Ponsel James bergetar. James membuka sarung tangannya lalu mengambil ponsel disakunya. James melihat dilayar Elma menghubunginya. James pun mengangkat telepon dari Elma itu.
“Hallo” ucap James.
“James, maaf sepertinya hari ini aku tidak bisa menjaga Jolly” ucap Elma yang nadanya terdengar sedih.
“Apa yang terjadi denganmu?” Tanya James.
“Kakakku meninggal James. Dan aku harus pulang ke kampung halamanku James” ucap Elma dengan nada yang sangat sedih.
“Aku turut berduka cita. Baiklah aku akan segera pulang” ucap James.
“Terima kasih James. Aku akan menitipkan Jolly kepada Ms Bella karena hari ini Jolly ada esktrakulikuler renang dan pulang sore” ucap Elma.
“Ya. Terima kasih Elma. Kamu hati-hati dijalan” ucap James.
James pun membatalkan niatnya kali ini untuk datang ke rumah korban pembunuhan di tahun 2016. Rencananya James ingin mencari tahu di rumah itu. Karena info dari David rumah itu kini sudah tidak ditempati semenjak kejadian pembunuhan itu.
James pun memilih untuk kembali ke London. James kini sudah mengendarai mobil hitamnya. Dia kembali menyusuri kota Liverpool. James fokus dengan kemudinya karena dia harus cepat agar bisa sampai sebelum malam. Semoga saja James bisa tepat waktu agar Jolly tidak terlalu lama menunggunya.
Jam 4 sore James baru saja sampai ke Kimby Scholl. Kali ini James melangkah cepat menuju kolam renang yang ada di dalam Kimby School. James pun juga melihat beberapa siswa baru saja pulang dengan rambut yang basah dan James yakin mereka juga pasti baru selesai dari ekstrakulikuler berenang.
Tap
Tap
Tap
James sudah memasuki gedung kolam renang. Di Kimby School kolam renangnya berada di dalam ruangan. James melihat di kolam renang sudah tidak ada yang berenang dan beberap siswa juga terlihat dijemput. James pun melangkah mencari Jolly.
Beberapa Ibu-Ibu cantik yang menjemput anak-anak mereka dan baru pertama kali melihat James tentu saja James menjadi perhatian mereka. Di tambah lagi James mengenakan kacamata hitam yang membuat wajahnya sangat tampan.
“Siapa laki-laki itu?” Tanya seorang wanita yang sedang menjemput putrinya.
“Tidak tahu. Mungkin dia pelatih renang yang baru. Lihat saja tubuhnya kekar pasti otot-ototnya yang indah” ucap wanita lainnya.
“Ah, kalau benar aku akan minta latihan renang setiap hari agar bisa melihat roti-roti sobeknya” ucap wanita lainnya lagi yang menanggapi.
James pun terus melangkah tak menghiraukan wanita-wanita muda itu yang menatapnya lapar. Saat James melangkah ke arah ruang tunggu yang ada di pojok, James melihat tas putrinya disana. James pun mempercepat langkahnya lalu dia melihat Bella sedang menyisir dan mengikat rambut Jolly.
“Papa” teria Jolly.