James melangkah ke arah ruang tunggu yang ada di pojok, James melihat tas putrinya disana. James pun mempercepat langkahnya lalu dia melihat Bella sedang menyisir dan mengikat rambut Jolly.
“Papa” teria Jolly.
Suara teriakan Jolly pun membuat wanita-wanita muda yang menjemput anaknya dan yang tadi membicarakan James pun menoleh ke arah Jolly dan James. Mereka semua terkejut ternyata perkiraan mereka salah. Mereka kira James adalah pelatih renang baru anak-anak mereka dan ternyata dia juga datang untuk menjemput putrinya.
“Bukankah itu murid baru di kelas Ms Bella” ucap wanita yang tadi membicarakan James.
“Iya benar. Dia pindahan dari Amerika. Pantas saja putrinya cantik, Papanya sangat tampan” ucap wanita lainnya lagi.
“Beruntung sekali istrinya” ucap wanita lainnya.
Wanita-wanita tadi tetap saja membicarakan James dan Jolly. James pun maih tidak menghiraukan mereka. James terus melangkah untuk menghampiri Jolly.
“Papa datang menjemput Jolly” ucap Jolly memeluk James.
“Iya sayang” ucap James.
“Kemana Tante Elma?” Tanya Jolly.
“Tante Elma harus pulang ke kampung halamannya. Ada urusan mendesak” ucap James.
“Ms Bella, Tante Elma tidak datang menjemput Jolly. Bagaimana kalau kita pergi ke toko kue bersama Papa saja” ucap Jolly kepada Bella.
James pun menatap putrinya dan Bella secara bergantian.
“Terima kasih Jolly. Sepertinya Ms Bella masih harus menilai tugas kalian yang belum selesai” ucap Bella menolak secara halus.
“Tidak apa-apa. Aku akan menunggu sampai Ms Bella selesai. Benar kan Pa” ucap Jolly menatap Bella dan James bergantian.
“Jolly ini sudah sangat sore. Kamu pasti lelah, lebih baik kita pulang saja ya. Kamu harus istirahat besok kamu harus kembali kesekolah” ucap James.
“Papa” ucap Jolly dengan mengerucutkan bibirnya.
“Jolly, kamu pulang saja bersama Papamu itu. Ms Bella harus kembali ke kantor ya” ucap Bella kepada Jolly.
Bella pun melangkah melewati James tanpa menegurnya. Sementara Jika berpapasan dengan orang tua murid lain Bella menegur dengan ramah. James pun masa bodoh dan tidak menghiraukannya. Berbeda dengan Jolly yang menarik-narik jacket hitam James.
“Papa. Papa” ucap Jolly merengek.
“Ada apa?” Tanya James menggandeng tangan Jolly dan mengajaknya pulang.
“Aku tidak mau pulang kalau Papa tidak mau menunggu Ms Bella” ucap Jolly dengan sengaja menarik tangannya dari gemgaman James.
James pun memilih untuk mengikuti kemauan Jolly daripada dia harus menjadi tontonan para Ibu-Ibu muda yang masih dengan sengaja duduk di sana untuk memperhatikannya dengan Jolly.
“Baiklah. Ayo kita tunggu Ms Bella” ucap James dengan terpaksa.
“Horeee” ucap Jolly melompat senang.
“Karena Jolly melompat-lompat dan ruang tunggu itu dengan tempat duduk bersusun seperti tangga, Jolly pun terpeleset dan terjatuh hingga dia menangis.
“Hua Hua Hua” nangis Jolly kesakitan.
“Ya Tuhan, Jolly” ucap James dengan cepat menggendong Jolly.
Tap
Tap
Tap
Ibu-Ibu muda itu pun langsung berlari ingin menghampiri James dan Jolly. Mereka mencari kesempatan untuk menolong Jolly agar bisa berkenalan dan dekat dengan James. Tetapi dengan Jolly yang takut pada orang asing tentu saja melihat para Ibu-Ibu muda itu berlari ke arahnya Jolly memperkencang tangisannya.
James yang mengerti pun langsung melangkah pergi.
“Kenapa menangis?”
“Sini sayang Tante bantu”
“Sama Tante sayang sini”
Terdengar ucapan Ibu-ibu muda itu mencoba menolong Jolly. Tetapi James tidak menghiraukan mereka semua dan Jolly pun semakin kencang menangisnya. Hingga membuat Bella kembali datang ke kolam renang itu.
Bella yang mengerti tangisan Jolly karena ketakutan ditambah para ibu muda itu mengikuti James dan Jolly pun langsung menghentikan mereka.
“Mom sepertinya anak-anak sudah boleh pulang. Lebih baik Mom langsung membawa mereka pulang untuk beristirahat ya. Agar besok anak-anak bisa fresh lagi datang kesekolah” ucap Bella dengan ramah.
“Baik Ms Bella” ucap para Ibu muda itu bersamaan.
Beruntung Bella datang dan kini para Ibu muda itu tidak lagi mengikuti James dan Jolly.
“Ms Bella. Ini tas anak perempuan tadi yang menangis” ucap seorang Ibu muda yang melihat tas Jolly tertinggal lalu membawakannya.
“Okey terima kasih” ucap Bella menerima tas milik Jolly.
James mempercepat langkahnya sambil menggendong Jolly menuju parkiran mobil. Jolly masih menangis, tetapi tangisannya sudah tidak sekencang tadi.
“Jolly, Jolly” terdengar suara Bella memanggil Jolly.
James mendengarnya tetapi sengaja meneruskan langkahnya dan berpura-pura tidak mendengarkan panggilan Bella. Tetapi berbeda dengan Jolly, Jolly menghentikan tangisannya dan menepuk-nepuk bahu James.
“Pa, Ms Bella memanggilku” ucap Jolly.
Padahal James sudah sedikit senang karena dia tidak harus menunggu wanita itu. Tetapi sekarang sepertinya James harus mengikuti kemauan Jolly lagi untuk berhenti. James pun berbalik dan melihat Bella berlari sambil membawa tas Jolly.
Bella pun berhenti dan nafasnya terengah-engah terlihat dari gerakan blazer hita,nya yang kembang kempis. James juga tanpa sadar menatap anak rambut Bella yang terlihat berantakan dan berterbangan karena tertiup angina sore.
“Ini tasmu Jolly” ucap Bella memberikan tas Jolly.
“Terima kasih Ms Bella. Ms Bella sudah dua kali mengantarkan tasku” ucap Jolly.
“Ya, lain kali tolong ingatkan Papamu agar peka terhadap barang-barang bawaanmu ya” ucap Bella menyindir James.
“Siap Ms” ucap Jolly.
“Pa, tolong turunkan Jolly” ucap Jolly.
James pun menurunkan Jolly. Saat Jolly berdiri, tiba-tiba dia meringis kesakitan dan terjatuh membuat Bella dan James terkejut bersamaan dan berjongkok bersamaan.
“Auuuw” ringis Jolly.
“Ada apa Jolly?” Tanya James dan Bella bersamaan.
“Kaki kiriku sakit sekali” ucap Jolly menunjuk kaki kirinya.
James pun melihat dan memegang kaki Jolly yang terlihat merah.
“Auuw, sakit Pa jangan dipegang” ucap Jolly.
“Kakimu terkilir sayang” ucap James.
“Tahan ya, Papa akan menyembuhkannya” ucap James yang memegang kembali kaki Jolly.
“Jangan Pa, sakit. Jangan Jolly tidak mau” ucap Jolly menarik kakinya sebelum James menyentuhnya.
“Jolly, berikan kakimu. Papa akan menyembuhkannya” ucap James.
“Tidak Pa. Papa pasti akan menariknya dan itu sangat sakit” ucap Jolly.
“Jolly” ucap James mengingatkan agar Jolly.
“Jangan terlalu keras kepada anak kecil. Tentu saja itu akan terasa sakit. Orang dewasa saja sangat kesakitan bila ditarik kaki yang sedang terkilirnya, apalagi anak-anak” ucap Bella dengan nada ketus kepada James.
“Bukan keras, tetapi saya mengajarkan kedisiplinan sejak kecil” ucap James.
“Bukan seperti itu cara mengajarkan kedisiplanan kepada anak kecil, apalagi dia seorang anak perempuan” ucap Bella.
“Dia anak saya. Jadi itu hak saya untuk mengajarkan kedisiplinan seesuai dengan cara saya sendiri” ucap James dengan angkuh.
“Memang benar Jolly putri anda Mr James. Tapi ingat ini masih disekolah. Peraturan disekolah ini, selama masih disekolah sesua siswa dan siswi disini adalah tanggung jawab guru-guru Kimby School” ucap Bella tak kalah angkuh.
“HENTIKAN” teriak Jolly menghentikan pertengkaran dua orang dewasa dihadapannya.
“Kenapa Papa dan Ms Bella menjadi bertengkar. Kakiku sakit, apakah seperti ini sikap orang dewasa melihat seorang anak kecil yang sedang kesakitan” ucap Jolly.
“Kami tidak bertengkar” ucap James dan Bella bersamaan lagi.
James dan Bella pun saing menatap dan mendengus kesal lalu membuang pandangan mereka. Jolly yang melihatnya tentu saja tersenyum-senyum. Jolly selalu memperhatikan setiap James berhadapan dengan Ms Bella selalu saja terlihat tidak pernah akur.
Jolly tahu sikap James memang dingin dan tidak pernah senyum kepada orang-orang apalagi wanita. Dengan Tante Elma saja James sangat datar. Tetapi berbeda dengan Ms Bella, yang Jolly tahu Ms Bella selalu ramah terhadap orang tua, termasuk dengan Tante Elma, tetapi kenapa dengan James, Ms Bella terlihat tidak suka. Jolly pun menjadi curiga.
“Kalian dua orang dewasa bilang tidak bertengkar, tetapi wajah kalian berdua menunjukkan kalian sedang bertengkar. Pa, Ms Bella apa kalian saling suka” ucap Jolly dengan nada polosnya.
“TIDAK” ucap James dan Bella lagi bersamaan.
Tentu saja Jolly menjadi terkekeh melihat sikap James dan Bella yang seperti ini.
“Jolly, Papa sudah ingatkan kamu untuk tidak menonton film kartun yang aneh-aneh” ucap James mengingatkan Jolly.
“Jolly tidak menonton film kartun yang aneh-aneh. Jolly tahu dari Jack. Jack bilang kita tidak boleh marah terhadap orang lain karena kalau marah itu tandanya kita suka dengan orang itu” ucap Jolly.
James pun sudah kehabisan kata-kata lagi. Putrinya ini memang termasuk pintar dan cepat menangkap apa yang dia lihat dan dengar.
“Jolly maksud dari ucapan Jack bukan seperti itu. Maksudnya jika kita tidak menyukai sesuatu kita tidak boleh terlalu berlebihan membencinya karena suatu saat perasaan benci itu akan berubah menjadi kita akan menyukainya. Contohnya kalau Jolly tidak menyukai paprika, Jolly tidak boleh membencinya, karena bisa saja suatu saat Jolly jadi sangat suka makan paprika. Begitu juga kalau kita menyukai sesuatu tidak boleh berlebihan, karena rasa suka itu bisa berubaj menjadi benci. Intinya perasaan apapun itu Jolly tidak boleh terlalu berlebihan, sesuaikanlah pada porsinya masing-masing” ucap Bella menjelaskan dengan bijaksana.
James pun seperti tersentil dengan ucapan Bella. James juga tanpa sadar menatap Bella tanpa berkedip. James mengakui dibalik wajah Bella yang kuno itu ternyata dia adalah wanita yang sangat bijaksana. Dan memang cocok dengan profesinya sekarang sebagai seorang guru.
“Pa. Papa kenapa menatap Ms Bella seperti itu?” Tanya Jolly yang melihat James tidak berkutik menatap Bella.
“Oh tidak. Ini ada daun di rambut Ms Bella” ucap James yang mengelak dan menyentuh rambut Bella.
Seketika Bella terdiam saat tangan James menyentuh rambutnya. Entah kini James ikut-ikutan Bella mempunyai trik sulap atau bukan, yang jelas di tangan James ada daun kering kecil.
“Jolly ayo ikut ke ruangan Ms Bella. Ms Bella mempunyai obat untuk menghilangkan rasa sakit kaki Jolly” ucap Bella dengan cepat saat dia menyadari dirinya mulai terpesona dengan sikap James itu.
“Bagaimana aku bisa berjalan untuk ke ruangan Ms Bella?” Tanya Jolly.
Bella tersenyum lalu dia siap-siap untung menggendong Jolly. Tetap James tiba-tiba langsung menggendong Jolly dan berdiri.
“Ayo tunjukkan kita ke ruanganmu” ucap James datar.