Bab 10

1701 Kata
Pagi ini untuk membuat Jolly senang James sengaja menyiapkan sandwich special buatannya khusus untuk Jolly. Ya, semalam James pulang sangat larut dan Jolly sudah terlelap. Elma mengatakan kalau Jolly tidak bisa tidur sebelum James pulang dan dia sangat cemas. Tetapi karena sudah kelelahan akhirnya Jolly pun tertidur di ruang tv. “Selamat pagi putri cantik Papa” ucap James yang masuk ke dalam kamar Jolly. Jolly kembali membaringkan tubuhnya di ranjang empuknya dan menyelimuti seluruh tubuhnya dengan selimut. James pun tersenyum melihat putrinya yang marah kepadanya. James melangkah menghampiri Jolly, lalu duduk di ranjang Jolly. “Sayang Papa minta maaf. Kemarin pekerjaan Papa sangat banyak jadi Papa pulang sangat larut” ucap James. “Papa pembohong” ucap Jolly kesal. “Papa tidak bohong sayang” ucap James. “Papa bohong. Dulu Papa bilang tidak akan pernah membiarkan Jolly tidur sendirian, Papa bilang tidak akan pulang larut” ucap Jolly. James menarik nafasnya. James ingat betul dia pernah mengucapkan janji itu kepada Jolly saat dulu Jolly berumur 4 tahun. Flashback on “Hua. Hua. Hua” terdengar suara tangisan Jolly yang histeris di malam hari. James yang mendapat kabar dari Ibunya Jolly menangis pun segera pulang ke rumahnya. Saat itu james sedang menyelidiki kasus perampokkan. “Kenapa dengan Jolly, Ma?” Tanya James saat masuk ke dalam rumahnya. “Tadi ada Tante Elena penjual bunga langganan Mama. Dia datang mengantarkan pesanan bunga Mama. Jolly langsung berlari ketakutan melihat Tante Elena” ucap Mama James. “Kenapa sampai sehisteris ini Ma” ucap James yang melangkah cepat menuju kamar Jolly. Ceklek Hua Hua Hua James pun melangkah cepat dan memeluk Jolly. James mengusap-usap punggung Jolly. “Sayang tenanglah Papa disini” ucap James dengan lembut. Perlahan tangisan Jolly pun mulai berhenti. Lalu James melepaskan pelukannya dan membasuh air mata di pipi Jolly dengan tangannya. “Ada apa katakan pada Papa” ucap James. “Jo Jolly takut Pa” cicit Jolly. “Takut kenapa? Ada Nenek disini kenapa Jolly harus takut” ucap James. “Ibu tadi membawa bunga yang besar, Jolly takut dia melemparkan bunga itu ke wajah Jolly” ucap Jolly. “Sayang itu tidak mungkin. Ibu tadi adalah penjual bunga langganan Nenek. Dia datang untuk megantarkan pesanan bunga Nenek” ucap James. “Tidak Pa. Wajahnya menakutkan. Jolly melihat ada taring di mulutnya dan tanduk besar dikepalanya. Dia seperti ingin menerkam Jolly” ucap Jolly ketakutan. James pun menaikkan satu alisnya. Lagi-lagi Jolly berkhayal makhluk-makhluk aneh. James menoleh keluar dan melihat Ibunya berdiri disana sedang mengangkat kedua bahunya. “Jolly. Papa sudah berapa kali bilang, Jolly tidak menonton telivisi carton seperti itu lagi. Tontonlah kartun-kartun yang menyenangkan dan lucu bukan yang menyeramkan” ucap James. Jolly terlihat menunduk. James menarik nafasnya panjang. Dia tahu pasti Ibunya membiarkan Jolly melihat kartun-kartun menyeramkan. Padahal James sudah mengingatkan untuk tidak membiarkan Jolly menonton film itu. “Kamu ingin menyalahkan Mama James” ucap Ibu James yang masuk ke dalam kamar. “Ma” ucap James mengingatkan. James tidak ingin bertengkar saat ini apalagi didepan Jolly. “Mama sudah katakan, kamu harus cari Ibu baru untuk Jolly. Mama sudah tua James. Melihat Jolly kesepian dan sedih Mama tidak tega. Anakmu ini senang sekali menonton kartun-kartun itu. Jadi mama mebiarkannya menonton kartun itu selama dia senang” ucap Ibu James. “Pa, Ibu baru itu apa?” Tanya Jolly. “Bukan apa-apa. Sudah kamu tidur ya” ucap James mengusap rambut Jolly. “Ibu itu Mama ya Pa. Berarti kalau ada Mama Jolly bisa tidur bersama Mama, lalu Mama akan memeluk Jolly” ucap Jolly yang membayangkan film kartun yang tadi siang dia tonton. “Bukankah selama ini Jolly tidur bersama Papa dan Papa selalu memeluk Jolly. Apa Jolly lebih memilih tidak tidur bersama Papa lagi” ucap James. “Tapi Papa sering pulang malam. Dan yang menemani Jolly tidur lebih sering nenek. Kasihan nenek Pa. Nenek suka kedinginan kalau ac kamar Jolly sangat dingin” ucap Jolly. James menatap Ibunya. Ya, memang Ibu James tidak kuat dengan suhu yang terlalu dingin. James juga tidak boleh egois. “Mulai saat ini Papa janji ng tidak akan pernah membiarkan Jolly tidur sendirian, dan tidak akan pulang larut malam lagi. Jadi Jolly tidak perlu takut lagi” ucap James. “Janji” ucap Jolly menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking James. Flashback off “Jolly maafkan Papa ya” ucap James mencoba berbaikan kepada Jolly. Jolly hanya diam dan tidak menjawab. “Jolly, Papa mohon maaf. Baiklah sebagai permintaan maaf hari ini Papa yang akan menjemput Jolly kesekolah” ucap James. “Jolly tidak ingin sekolah lagi” ucap Jolly kesal. “Sayang bukankah Jolly ingin sekali bersekolah. Ada apa, apa guru-guru disana galak atau ada guru yang mencoba menakuti Jolly” ucap James yang mencoba mencari kesalahan Bella. “Bukan. Guru disana baik-baik. Apalagi dengan Ms Bella. Ms Bella sangat baik. Jolly suka dengan Ms Bella” ucap Jolly. James menelan salivanya. Bagaimana bisa wanita yang James tidak suka itu bisa sangat dekat dan disukai oleh putrinya. “Kenapa Jolly bisa suka dengan Ms Bella?” Tanya James penasaran. “Suka saja. Jolly juga tidak tahu kenapa. Saat pertama melihat Ms Bella, Jolly sangat nyaman dan tidak takut. Apalagi saat Ms Bella memegang tangan Jolly, rasa takut Jolly berhadapan dengan orang baru tiba-tiba hilang seketika. Kenapa Ms Bella bisa seperti itu ya Pa, apa itu karena trik sulapnya” ucap Jolly sambil menyibak selimutnya dan wajah sedihnya berubah menjadi semangat. James menatap putrinya bingung. Bagaimana bisa putrinya begitu senang dengan wanita yang James tidak suka. Mungkin kalau dengan Elma James masih maklum. Tetapi dengan Bella, ya Tuhan melihat penampilannya saja membuat mata James sakit. “Kalau begitu Jolly mau sekolah atau tidak?” Tanya James. “Papa janji akan menjemput Jolly” ucap Jolly memastikan ucapan James. “Iya sayang” ucap James. Akhrnya Jolly pun bersemangat lagi untuk pergi ke sekolah. Pagi ini James sengaja meminta Elma untuk langsung ke kantor saja tidak perlu ikut mengantar Jolly. Karena James ingin waktu berdua dengan Jolly. “Tante Elma kemana, apa dia tidak datang?” Tanya Jolly saat mereka sudah sampai disekolah. “Tante Elma langsung ke kantor” ucap James. “Oh” ucap Jolly beroh ria. Karena kejadian pagi tadi, Jolly pun sedikit telat datang ke sekolah. James mengangap ini biasa saja. Karena di sekolah yang lama dia juga suka telat mengantar Jolly kesekolah. Tok Tok Jolly mengetuk pintu kelasnya. Ceklek “Morning Ms Bella” ucap Jolly dengan senyum. “Morning Jolly. Kamu telat hari ini” ucap Ms Bella. “Iya Ms ini karena Papa” ucap Jolly menunjuk James. James pun menatap Jolly. Dalam hatinya James mengumpat Jolly menyalahkannya. Padahal yang awalnya tidak mau bersekolah adalah Jolly. “Masuklah” ucap Ms Bella. “Pa, Jolly masuk ya. Jangan lupa nanti jemput Jolly” ucap Jolly. “Iya sayang” ucap James yang lalu mengecup kening Jolly. Cup Jolly pun masuk ke dalam kelas. James baru saja berbalik dan hendak pergi, tetapi Bella langsung memanggilnya. “Mohon untuk besok ajarkan Jolly kedisiplinan. Bukan berarti Jolly murid baru disini dan referensi dari Mr David, Jolly akan mendapatkan perlakuan khusus” ucap Bella dengan sinis. “Ya” ucap James datar. Setelah itu Bella menutup pintu kelasnya. James pun terlihat sangat kesal sekali. Kalau saja Bella bukan guru Jolly ingin rasanya James membalas ucapan Bella. James pun melangkah pergi meninggalkan kelas Jolly. James hari ini akan datang untuk menemui David untuk mengungkapkan kasus pembunuhan Santiago. Di dalam ruang rapat sudah berkumpul James, David dan Elma. James pun mengeluarkan hasil otopsi, baju bermotif garis-garis coklat, dan berkas-berkas laporannya. “Silahkan James” ucap David mempersilahkan James memberikan laporan hasil penyelidikannya. “Selamat pagi. Dari hasil otopsi diketahui Santiago meninggal karena terkena benturan benda tumpul dikepalanya sehingga mengakibatkan terjadinyapenyempitan pembuluh darah diotaknya. Bedasarkan bukti yang ada mulai dari sidik jari yang ada pada frame foto dan jendela kamar korban disana ada sidik jari Marco anak tiri korban, lalu pagi ini juga setelah diselidiki di lemari Marry ada juga sidik jari Marco disana. Kemungkinan Marco datang untuk mengambil baju milik Ibunya Marry. Lalu Santiago pulang dari tokonya dan melihat Marco. Kemungkinan besar terjadi keributan kecil. Santiago meminta Marco untuk tinggal disini, tetapi Marco menolaknya. Karena Marco sejak awal tidak suka dengan Santiago. Lalu Santiago mengikuti Marco pergi keluar dan di ruang tamu mereka kembali ribut. Santiago menahan Marco untuk tidak pergi, dan Marco mendorong Santiago hingga terbentur. Marco panik dan dia keluar melalui jendela kamar Santiago dan berlari dan memasuki pintu penghubung antara rumah Santiago dan rumah disampinya. Lalu dia memanjat pagar dan tanpa sadar baju Marry tersangkut di pagar” ucap James sambil memperlihatkan bukti-bukti yang sudah dia dapatkan. Prok Prok “Detektif James yang terhebat” ucap David menepuk tangannya. “Terima kasih James. Kasus pertama ini kamu selesaikan dengan baik. Semoga kasus utama kita bisa diselesaikan dengan baik dan lancar seperti ini James” ucap David. Siang hari James melihat jam ditangannya sudah pukul satu siang. James pun segera keluar dari ruang kerjanya untuk bersiap menjemput Jolly. “James mau menjemput Jolly” ucap Elma. “Ya” ucap James. Ting Pintu lift terbuka James dan Elma pun masuk ke dalam lift. “Boleh aku ikut” ucap Elma. “Tidak. Aku sudah berjanji dengan Jolly untuk menjemputnya sendiri” ucap James menolak Elma secara terang-terangan. “Oh, baiklah” ucap Elma. Ting Pintu lift kembali terbuka James pun melangkahkan kakinya dengan cepat. James berharap dia tidak terkena macet. James menarik nafas beratnya dan berkali-kali dia membuang nafasnya karena kini dia terjebak macet. Sudah hampir satu jam mobil James terdiam. Tidak ada yang James bisa lakukan maju tidak bisa mundur apalagi. James mengambil ponselnya. James memukul keningnya dengan pelan. Siapa yang mau James hubungi. Guru disekolah Jolly. James tidak menyimpan nomornya. James pun mengetuk-ketuk kemudinya, sepertinya dia akan sangat terlambat menjemput Jolly siang ini. Tiga puluh menit kemudian Kimby School sudah sangat sepi. James pun turun dari mobilnya dan berlari menyusuri koridor untuk menuju kelas Jolly. Tap Tap Tap Ceklek James membuka pintu kelas Jolly, dan James tidak melihat siapapun disana. James pun menutup pintunya kembali lalu berbalik. “Lain kali jangan pernah memberikan harapan palsu kepada anak-anak” terdengar suara seorang wanita.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN