Jam dua siang adalah waktu kepulangan Jolly. Tetapi James saat ini belum bisa menjemputnya karena harus mengambil hasil otopsi dari Santiago. James pun meminta tolong kepada Elma untuk menjemput Jolly pulang sekolah.
“Elma, bisakah kamu menjemput Jolly siang ini” ucap James yang sedang merapikan berkas-berkas yang ada di mejanya.
“Ini perintah atau minta tolong” ucap Elma.
James tidak menjawab hanya melirik Elma sekilas lalu dia melanjutkan lagi merapikan meja kerjanya.
“Ya, baiklah. Sepertinya ini perintah” ucap Elma menyindir James.
Elma pun juga merapikan mejanya. James melangkah menghampiri Elma.
“Tolong jemput Jolly” ucap James.
“Okey, jadi ini permintaan tolong” ucap Elma dengan tersenyum-senyum.
“Iya. Aku akan mengambil hasil otopsi Santiago” ucap James.
“Siap Pak Bos” ucap Elma.
James pun melangkah keluar dari ruangannya. James mengendarai mobilnya menuju lab tim forensic. James menyusuri jalanan kota. Sekitar sepuluh menit James berkendara kini James sudah sampai ke lab. James pun langsung masuk ke dalam lab.
“Permisi saya Detektif James. Saya ingin bertemu dengan doktor Robet” ucap James sambil menunjukkan id cardnya ke recepsionist.
“Pak James ya. Oh ya ini ada titipan dari Dokter Robet” ucap recepsionist itu memberikan sebuah amplop putih.
“Oke terima kasih” ucap James menerima amplop putih itu.
James pun melangkah kembali ke mobilnya dengan membawa amplop putih berisi hasil otopsi. James masuk ke dalam mobilnya dan mengunci pintu mobilnya. James membuka amplop putih itu dan mengeluarkan kertas yang berada di dalam amplop itu.
James pun membaca hasil otopsi itu. Santiago tewas karena terkena benturan pada bagian kepalanya sehingga mengakibatkan terjadinya penyempitan pembuluh darah di bagian otak karena kekurangan oksigen.
James pun menyalakan mesin mobilnya dan mulai melajukan mobilnya. Sepertinya hari ini dia harus ke Livepool dan pasti James akan pulang larut hari ini. James pun mengirim pesan kepada Elma untuk menjaga Jolly sampai James pulang.
To : Elma
From : James
Elma, aku akan pulang agak larut malam ini. Tolong jaga Jolly sampai aku pulang.
Setelah mengirim pesan kepada Elma, James pun melanjutkan mengemudinya menyusuri jalanan kota menuju Liverpool.
Drrrt Drrrt
Ponsel James bergetar. James pun meliriknya dan melihat notifikasi yang terlihat dilayar. Ternyata itu adalah pesan balasan dari Elma.
To : James
From : Elma
Baik Pak Bos.
James lega meninggalkan Elma dengan Jolly. Ya, Elma selama sebulan ini sudah membantunya menjaga Jolly. James berhutang banyak kepada Elma dan David. James pun harus mengerjakan tugasnya dengan baik dan jangan membuat David kecewa.
Sore hari James sudah sampai di Liverpool lebih tepatnya, di home industry pembuatan boneka kepang dua. Rumah ini terlihat sangat sederhana dan tidak terlihat seperti tempat pembuatan boneka home industry.
James memarkirkan mobilnya di depan rumah itu. Lalu James keluar dari mobilnya dan melangkah menuju pintu rumah itu.
Ting Tong
James menekan tombol bel yang berada di depan pintu itu dan menunggu seseorang untuk membukakan pintu untuknya. Tidak ada yang membukanya James kembali menekan bellnya.
Ting Tong
James pun masih menunggu sambil mengetuk-ngetukan kakinya ke lantai. Dua menit kemudia pintu itu pun terbuka.
Ceklek
“Permisi” ucap James.
“Ada yang bisa saya bantu?” Tanya seorang pria tua yang membukakan pintu itu.
“Apa benar ini home industry pembuatan boneka kepang dua?” Tanya James.
“Iya benar” ucap Pria tua itu.
“Bisakah saya bertemu dengan Mrs Gina atau Mrs Joana?” Tanya James.
“Gina sedang menjaga Ibu Joana di rumah sakit” ucap pria tua itu.
“Kalau boleh tahu kapan dia kembali?” Tanya James.
“Sudah seminggu Gina di rumah sakit. Ibu Joana sedang struk jadi Gina harus menjaga dengan intens” ucap pria tua itu.
“Boleh saya tahu dimana rumah sakitnya?” Tanya James.
“Boleh” ucap pria tua itu.
Setelah mendapatkan alamat rumah sakitnya James pun langsung mengendarai mobilnya menuju rumah sakit itu. Untung saja rumah sakit itu tidak begitu jauh dengan rumah yang tadi James datangi.
James segera menuju kamar tempat rawat inap Ibu Joana. James terus melangkah menyusuri koridor rumah sakit. Lalu dia menaiki lift sampai ke lantai tiga.
James melihat kamar 301. Ini adalah kamar tempat Ibu Joana di rawat. James pun mencoba mengetuk pintu itu. Belum saja James mengetuk pintunya, tiba-tiba pintu itu terbuka.
“Nona Gina” ucap James ketika melihat seorang wanita yang berusia sekitar dua puluh tahunan membuka pintu itu.
“Iya saya sendiri” ucap wanita itu.
“Boleh saya berbicara dengan anda sebentar” ucap James.
“Anda siapa?” Tanya Gina.
“Perkenalkan saya Detektif James” ucap James memperkenalkan dirinya dan menunjukkan id cardnya.
“Baiklah, mari duduk disini” ucap Gina sambil mengajak James duduk di ruang tunggu yang berada di depan ruangan inap itu.
James dan Gina pun duduk berdampingan di bangku besi itu. James mulai mengeluarkan ponselnya dan membuka gallery fotonya. Lalu James menunjukkan foto Santiago kepada Gina.
“Apa anda mengenal pria ini?” Tanya James.
Gina mengamati wajah Santiago lalu dia menggelengkan kepalanya.
“Saya tidak mengenalnaya” ucap Gina.
“Coba anda ingat-ingat pria ini. Apakah dia teman Ibu anda atau anda pernah melihatnya?” Tanya James lagi.
Gina terlihat mengamati foto Santiago di ponsel James. Lagi-lagi Gina menggelengkan kepalanya.
“Saya benar-benar tidak mengenalnya” ucap Gina lagi.
James menarik nafas panjang. James pun mengeser gambar yang ada diponselnya. Lalu dia memperlihatkan kembali foto Santiago dan Marry.
“Kalau wanita yang bersama pria ini apa anda mengenalnya atau pernah melihatnya?” Tanya James lagi.
Gina kembali mengamati wajah Marry yang ada di ponsel James. Gina pun memperbesar gambarnya agar terlihat lebih jelas.
“Saya sepertinya tidak asing dengan wajah ini” ucap Gina.
“Berarti anda mengenalnya” ucap James.
“Saya tidak mengenalnya, Cuma saya pernah melihat wanita ini, tapi saya lupa” ucap Gina.
“Apa anda baru-baru ini melihatnya?” Selidik James.
Gina memejamkan matanya, tak lama dia membukanya kembali.
“Kalau tidak salah saat saya masih kecil sekitar umur 6 tahun” ucap Gina yang terlihat mulai mengingat wajah Marry.
“Anda yakin, lalu dimana anda melihatnya?” Tanya James lagi.
“Ya, saya ingat sekarang. Waktu itu saya sedang berada di halaman dan menangis karena meminta Ibu tidak mengajak saya ke taman bermain. Lalu wanita ini datang ke rumah saya. Dia bertemu dengan Ibu saya. Setelah itu dia pergi dengan membawa satu boneka yang dia beli langsung dari Ibu saya” ucap Gina yang akhirya mengingat peristiwa itu.
“Apa boneka kepang dua itu masih dengan kostum yang lama?” Tanya James.
“Iya. Saya baru mengganti kostum itu beberapa hari ini. Karena saya ingin sedikit perubahan, agar para pembeli bisa mengoleksi lagi boneka kepang dua dengan pakaian yang berbeda. Rencananya dalah setahun saya ingin memproduksi dua atau tiga jenis boneka kepang dua dengan kostum yang berbeda” ucap Gina.
James pun menggeser lagi gambar dilayar ponselnya hingga terpampang foto Marco. James pun memperlihatkan lagi layar ponselnya kepada Gina.
“Kalau dengan laki-laki ini apa anda mengenalnya?” Tanya James lagi.
Gina pun kembali memperhatikan layar ponsel James. Gina menganggukkan kepalanya.
“Sekitar satu bulan lalu dia datang ke home industry” jawab Gina.
“Apa yang pria itu lakukan dihome industry anda?” Tanya James.
“Dia ingin meminta dicetakkan satu boneka dengan kostum garis-garis coklat. Karena di toko-toko sudah habis. Dia meminta kepada saya untuk dibuatkan boneka itu khusus untuk Ibunya yang sudah meninggal. Dia bilang Ibunya sangat suka dengan boneka ini, tetapi karena boneka milik Ibunya sudah usang dan rusak jadi dia ingin membeli yang baru” ucap Gina menjelaskan dengan detail.
“Apa anda membuatkannya?” Tanya James.
“Tidak. Kebetulan bahan baku kain itu sudah kosong dan saya tidak menyetoknya lagi. Dia bilang akan membawakan bahan untuk bajunya. Kebetulan Ibunya memiliki bahan yang sama dengan bahan garis-garis coklat” jawab Gina.
“Apa dia sudah datang lagi memberikan bahan itu?” Tanya James.
“Um saya kurang tahu. Selama seminggu ini saya dirumah sakit menjaga Ibu saya” jawab Gina.
“Apa seperti ini bahannya yang untuk membuat kostum boneka itu?” Tanya James lagi mengeluarkan robekan bahan yang dia temukan.
Gina melihat, lalu memegang bahan tersenut.
“Iya seperti ini bahannya” ucap Gina menganggukan kepalanya.
“Oke terima kasih atas waktunya” ucap James.
“Sama-sama” jawab Gina.
James pun meninggalkan rumah sakit. Sepertinya James sudah semakin yakin dengan pelaku pembunuhan Santiago. Tetapi James harus mencari tahu apa motif pelaku sampai dia membunuh Santiago.
James melihat jam di tangannya sudah jam delapan malam. Sepertinya James harus kembali ke rumah. James tidak tenang meninggalkan Jolly di apartemen. Ya, walaupun disana ada Elma, tetapi hati James belum tenang dengan Jolly.
James pun kembali ke home industry untuk memastikan apakah Marco sudah datang ke home industry untuk memberikan bahan itu atau dia masih takut dan bersembunyi. James pun mengekan kembali bell yang ada di depan pintu.
Ting
Tong
Ceklek
“Ada apa Pak, anda belum bertemu dengan Gina?” Tanya pria tua yang membukakan pintu untuk James.
“Iya maaf Pak saya menggangu malam-malam. Boleh saya tanya sesuatu Pak?” Tanya James.
“Sillahkan, saya akan menjawab sesuai yang saya ketahui” ucap pria tua itu.
“Apa beberpa hari yang lalu pria ini datang dan membawakan kain?” Tanya James memperlihatkan wajah Marco di layar ponsel.
“Iya benar. Baru kemarin dia datang” ucap pria tua itu.
“Boleh saya lihat bahan yang da bawa itu?” Tanya James.
“Maaf ala saya boleh memintanya?” ucap James.
“Boleh, sebentar saya ambilkan” ucap pria tua itu.
James pun masih berdiri di depan pintu menunggu pria tua tadi membawakan bahan dengan motof garis-garis coklat itu. Tak lama pria tua tadi datang dan memberikan bahan yang diminta James dan langsung ememberikannya kepada James.James mengambilnya dan segera mengecek pakaiam itu.