Bella tersenyum lalu dia siap-siap untung menggendong Jolly. Tetap James tiba-tiba langsung menggendong Jolly dan berdiri.
“Ayo tunjukkan kita ke ruanganmu” ucap James datar.
Bella terlihat terdiam menatap James dan Jolly bergantian.
“Kenapa diam. Kamu bilang mau mengobati Jolly di ruanganmu. Ayo kita kesana” ucap James.
“Oh ya. A ayo” ucap Bella tiba-tiba berubah gugup.
James pun mengikuti langkah Bella. Sepanjang jalan James melangkah dibelakang Bella, James melihat penampilan Bella tidak ada yang terbilang menarik dan semuanya terlihat biasa saja. Dan kalau James pikir Bella berusia lebih tua darinya bisa sekitar 40 tahun keatas mungkin.
James masih berpikir mungkin saja anak-anak suka dengannya karena Bella keibuan dan mungkin anak Bella dirumah banyak sehingga dia sudah biasa menangani anak-anak. Ya, sementara seperti ini hipotesa James tentang Bella.
James melihat Bella membuka pintu ruangannya lalu masuk dan mempersilahkannya masuk ke dalam ruangan Bella. Harum, nyaman dan bersih yang kini James rasakan tidak seperti waktu pertama dia datang ke ruangan ini yang ada sampah makanan di atas mejanya.
“Baringkan Jolly disofa, saya akan mengambilkan spray penghilang rasa sakit” ucap Bella.
James pun membaringkan Bella di sofa dan tak lama Bella datang membawa sebotol spry penghilang rasa sakit. Bella memegang kaki Jolly dengan amat hati-hati lalu dia menyemprotkannya spry itu di kaki Jolly yang terasa sakit.
“Dingin” ucap Jolly sambil terkekeh.
“Apa masih sakit?” Tanya Bella dengan lembut.
“Tidak Ms” ucap Jolly menggelengkan kepalanya.
“Anak pintar” ucap Bella.
James pun masih berdiri disamping Jolly dan memperhatikan Bella dan Jolly. Saat Bella menatap James, dengan cepat James membuang pandangannya ke arah Jolly. Sayangnya Bella sudah lihat kalau James sejak tadi memperhatikannya.
Bella pun berdiri dan melangkah menghampiri James.
“Sekarang giliran anda mengobati kaki Jolly” ucap Bella pelan disamping James.
James pun menoleh dan menatap Bella. Ketika mata Bella menunjuk ke kaki Jolly, James pun mengerti maksud dari ucapan Bella. James melangkah menuju kaki Jolly lalu dia berjongkok disebelahnya. Bella pun juga berjongkok di sebelah kepala Jolly.
“Sudah tidak sakitkan. Sekarang Jolly boleh duduk” ucap Bella membantu Jolly duduk.
“Papa boleh lihat kaki Jolly yang sakit” ucap James.
“Iya Pa” ucap Jolly menganggukkan kepalanya.
“Kemarilah” ucap Bella memeluk Jolly.
Pandangan James pun sekilas melirik putrinya yang sedang di peluk oleh wanita yang James tidak sukai itu. Lalu Bella menunjukkan dengan kepalanya bahwa James segeralah melakukan tugasnya. James pun kembali menoleh ke kaki bela. James memegangnya lalu perlahan mengangkat dan menarik kaki Jolly yang terkilir itu.
“Auuw” ringis Jolly pelan.
“Sudah tidak apa-apa” ucap Bella bersamaan dengan James selesai dengan tugasnya.
Bella melepaskan pelukannya kepada Jolly. Lalu Bella melangkah lagi ke kaki Jolly dan mengeluarkan perban dari saku blazerna. Bella berjongkok dan James pun bergeser dari tempatnya. Belaa mulai membalut kaki Jolly dengan perban.
“Selesai. Besok kakimu tidak akan terasa sakit lagi” ucap Bella menyelesaikan tugasnya.
“Terima kasih Ms Bella” ucap Jolly.
“Sama-sama. Sekarang Jolly sudah boleh pulang dan istirahat” ucap Bella.
James yang mendengarnya terkesan seperti Bella mengusirnya secara halus. James pun menggendong Jolly kembali.
“Ayo kita pulang” ucap James.
“Pa, kita antar Ms Bella juga” ucap Jolly.
“Em-“ belum sempat James berkata Bella sudah menolaknya.
“Jolly, maaf Ms Bella hari ini ada yang harus dikerjakan. Jadi Ms Bella akan pulang malam. Jolly langsung pulang saja ya” ucap Bella.
“Kalau begitu aku tunggu Ms Bella sampai selesai. Bolehkan Pa” ucap Jolly menatap Bella lalu James.
“Jolly kakimu sakit dan kamu harus istirahat. Jadi Jolly tidak boleh menunggu Ms Bella” ucap Bella menggelengkan kepalanya.
“Baiklah Ms. Ms Bella hati-hati pulangnya. Jangan lupa makan malam ya Ms” ucap Jolly yang sangat perhatian kepada Bella.
“Iya Jolly” ucap Bella tersenyum.
James pun tidak berkata apa-apa lagi. Padahal hati James sempat mencair karena melihat sikap Bella yang sangat baik dan keibuan kepada Jolly. Tetapi ketika melihat penolakan Bella yang terkesan sangat keras James kembali kesal dan tidak suka lagi.
Keesokan harinya James mendapatkan telepon dari Elma. Elma mengatakan kalau kakak laki-lakinya tewas karena terbunuh. Dan Elma tidak bisa langsung kembali ke London. Elma juga meminta tolong bisakah James membantunya menyelidiki kematian kakak laki-laki Elma.
“James bolehkah aku meminta bantuanmu untuk menyelidiki kematian kakak laki-lakiku” ucap Elma yang terdengar sedih dari ponsel James.
“Aku akan membantumu. Kamu tenanglah” ucap James.
“Terima kasih James. Aku juga sudah menghubungi David” ucap Elma.
Setelah pembicaraannya dengan Elma lewat ponsel, James pun berpikir bagaimana dia akan pergi ke kampung halaman Elma sementara dia tidak bisa mengajak Jolly ke tempat itu. Disana pasti sangat berbahaya bagi Jolly.
James masih memikirkan bagaimana Jolly jika dia pergi. Sementara kalau James tidak pergi, James merasa sangat berhutang budi kepada Elma. Karena selama Jams dan Jolly tinggal di Inggris Elma sudah banyak membantunya untuk menjaga Jolly.
James pun melihat jam ditangannya sudah pukul 6 pagi. James bangun dari duduknya lalu dia pergi ke ruang makan. James tidak melihat Jolly duduk disana, biasanya Jolly sudah duduk di kursi ruang makan.
“Bi kemana Jolly?” Tanya James kepada maid yang sedang menyiapkan sarapan dimeja makan.
“Maaf Pak, sejak saya datang Jolly belum keluar dari kamarnya” jawab maid itu.
“Oke, terima kasih” ucap James.
James pun melangkah menuju kamar Jolly. James mengetuk pintu kamar Jolly.
Tok
Tok
“Jolly, boleh Papa masuk” ucap James sambil mengetuk pintu kamar Jolly.
“Masuk Pa” terdengar suara samar Jolly dari dalam kamar.
Ceklek
James membuka pintu kamar Jolly lalu masuk ke dalam kamar Jolly. James pun terkejut melihat Jolly masih terbaring di ranjangnya dan wajahnya terlihat pucat. James melangkah cepat menghampiri Jolly.
“Ya Tuhan kamu demam sayang” ucap James saat memegang kening Jolly.
“Jolly pusing Pa” ucap Jolly lemah.
“Iya sayang kamu tunggu sebentar ya, Papa akan ambilkan termometer” ucap James.
Jolly menganggukkan kepalanya. James pun berbalik dan melangkah ke meja belajar Jolly. James membuka lacinya lalu mengambil termometer. Setelah itu James melangkah lagi menghampiri Jolly.
James duduk di ranjang Jolly. James menyalakan termometer digital lalu dia arahkan ke kening Jolly dan Jamrs menekan tombolnya. Ketika sudah berbunyi ‘Tet’ James melihat layarnya.
“Demammu tinggi sekali sayang” ucap James ketila melihat angka 39 dilayar termometer digital.
“Papa ambilkan sarapan untukmu ya. Nanti setelah sarapan kita minum obat ya” ucap James.
“Iya Pa” ucap Jolly lemah.
James pun berdiri lalu melangkah keluar dari kamar Jolly. James menuju ruang makan. Kebetulan sekali maid sedang membuat bubur nasi dengam toping jagung manis.
“Bi tolong makanan Jolly antar ke kamar ya. Saya mau ambil obat penurun panas untuk Jolly” ucap James.
“Jolly demam Pak” ucap maid itu terkejut.
“Iya, tolong juga air hangatnya ya” ucap James menganggukkan kepalanya.
“Baik Pak” ucap maid.
James membuka kulkas dan mengambil kompres demam instan. Lalu James mengambil obat penurun panas yang ada di kotak obat di dekat kulkas setelah itu James kembali ke kamar Jolly.
“Pak buburnya dan air hangatnya sudah saya letakkan di atas nakas. Saya buatkan sup ayam untuk makan siang Jolly ya Pak. Sepertinya Jolly mau flu” ucap maid itu.
“Iya Bi. Terima kasih” ucap James.
James duduk kembali di ranjang Jolly. Lalu membuka kemasan kompres demam dan memakaikannya di kening Jolly
“Kita makan dulu ya. Mari Papa bantu untuk bangun” ucap James membantu Jolly bangun.
Jolly duduk bersandar di ujung ranjang james pun mengambil mangkuk berisi bubur nasi dengan toping jagung manis. James menyendoknya lalu meniupnya sebentar untuk menghilangkan uap panasnya.
“A sayang” ucap James ketika menyodorkan sendok berisi bubur ke mulut Jolly.
“Pintar” ucap James ketika Jolly membuka mulutnya dan memakan bubur suapa James.
Walaupun James seorang single parent tetapi untuk masalah Jolly James tidak dinomor duakan. Semua yang menyangkut Jolly selalu menjadi prioritas James. Seperti saat ini James seharusnya datang ke kantornya karena ada rapat.
James adalah seorang ayah yang sekaligus merangkap menjadi Ibu buat Jolly. Sehingga Jolly tidak pernah kekurangan kasih sayang sedikit pun. James tidak ingin Jolly sedih karena tidak mempunyai Ibu seperti teman-temannya
Selama enam tahun ini James pun berhasil melakukannya. Jolly tidak pernah menanyakan sosok seorang Ibu kepada James dan tidak pernah meminta James memberikannya Ibu baru untuk Jolly. Karena bagi Jolly selama James selalu ada untuknya itu sudah cukup.
“Pa, Jolly sudah kenyang” ucap Jolly menggelengkan kepalanya saat James menyodorkan suapan yang keenam.
“Hachu” Jolly bersin.
Benar yang maid katakan sepertinya Jolly demam dan flu. Jolly kalau sudah flu itu agak lemah memang. James pun tidak memaksa Jolly untuk menghabiskan makanannya yang masih setengah. James meletakkan mangkuk itu dan mengambil gelas berisi air putih hangat.
“Jolly minum air putihnya dulu” ucap James.
Jolly meminum air hangat itu sedikit. James membuka botol obat penuru demam lalu dia tuangkan ke sendok takar. Setelah itu James meminta Jolly untuk meminumnya.
“Minum obatnya setelah itu Jolly istirahat lagi” ucap James.
“Pa, Jolly hari ini tidak bisa sekolah ya” ucap Jolly ketika sudah meminum obatnya.
“Iya sayang. Kamu sedang sakit. Kamu istirahat dulu. Kalaunsudah sembuh baru Jolly bisa sekolah lagi” ucap James.
“Tapi Jolly mau sekolah. Datang telat juga tidak apa-apa Pa” ucap Jolly memohon dengan nada lemah.
“Jolly kamu sedang sakit. Papa tidak mungkin membawamu kesekolah. Kamu juga tidak akan bisa belajar dengan baik” ucap James.
Jolly pun menunduk dan terlihat sedih. James menarik nafas beratnya. Jolly seperti dirinya keras. Apa yang Jolly mau, James harus mengabulkannya. Ya, semua itu juga karena salah James karena sejak kecil James selalu menuruti kemaun Jolly. Hingga sampai saat ini James yang kesulitam sendiri.
“Kenapa memangnya kamu ingin tetap masuk, padahal kamu sedang sakit” Tanya James.
“Hari ini Ms Bella janji akan menceritakan dongeng tentang gadis penjual korek api di jam pelajaran bahasa” jawab Jolly dengan wajah terlihat lemah tetapi ada semangat kecil diwajahnya.
Lagi-lagi James menarik nafasnya panjang. James pikir Jolly mempunyai alasan yang masuk akal. Ternyata alasannya hanya karena wanita yang Jolly panggil Ms Bella itu ingin bercerita. Kalau alasannya seperti itu, tentu saja James akan menceritakan dongeng-dongeng itu jangankan dongeng gadiz penjual korek api, dongeng tentang kisah detektif James dengan senang hati akan menceritakannya.
“Papa saja yang akan menceritakannya untuk Jolly. Cerita apapun itu Jolly tinggal sebut Papa yang akan menceritakannya” ucap James.
Jolly menggelengkan kepalanya.
“Kenapa tidak mau?” Tanya James yang sudah sedikit emosi tetapi dia menahannya.
“Ms Bella kalau bercerita itu sangat seru. Ms Bella bisa mengeluarkan suara-suara yang berbeda dan memprakteknya adegan diceritanya. Jolly mau lihat itu” jawab Jolly.
“Kamus istirahat. Kalau nanti demamu turun Papa akan membawamu ke sekolah” ucap James menyerah.
“Terima kasih Pa” ucap Jolly yang terlihat senang.