Bab 6

1698 Kata
Setelah selesai mencari barang bukti, James pun membuka sarung tangannya. James melangkah keluar dan menuju mobilnya. James membuka pintu mobilnya lalu dia masuk ke dalam mobilnya. Baru saja James menyalakan mesin mobilnya, tiba-tiba Elma datang dan meminta tumpangan. “James boleh aku ikut denganmu” pinta Elma dengan melihat James dari kaca mobilnya. “Tidak aku sedang terburu-buru” ucap James. “Kamu ingin menemui David bukan. Aku ikut James” ucap Elma lagi. “Aku ada urusan lain. Kamu menumpang saja di mobil polisi” ucap James. James pun menjalankan mobilnya dan terlihat Elma hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Sebenarnya James memang ingin menemui David, tetapi James tidak suka jika harus memberi tumpangan orang lain, terutama itu seorang wanita. James berhenti dilampu merah, lagi-lagi dia teringat akan gadis kuno tadi dan membuatnya terkekeh. Lihat saja di Inggris ini James selalu melihat wanita yang modis, entah kenapa wanita kuno itu menggangu penglihatan James tetapi juga bisa membuat James tersenyum tanpa sadar. Saat lampu kembali hijau James pun melanjutkan perjalanannya. James sepertinya mengurungkan niatnya untuk menemui David hari ini. James membelokkan mobilnya ke toko mainan. James bernia ingin membelikan Jolly boneka baru. James memakirkan mobilnya di parkiran depan toko mainan itu. James turun dari mobilnya dan melangkah masuk ke dalam toko mainan itu. James melihat-lihat boneka yang belum pernah dia belikan kepada Jolly. James melihat boneka beruang dari berwarna gelap hingga terang Jolly sudah ada. James pun melangkah lagi melihat boneka anak perempuan. James melihat satu persatu boneka yang terpajang di etalase toko, sepertinya Jolly belum mempunyai boneka anak perempuan dengan rambut yang dikepang. “Bu, saya ingin membeli boneka ini” ucap James kepada Ibu pemilik toko mainan itu. “Oh baik Pak. Kebetulan ini boneka keluaran terbaru. Yang lama bajunya tidak bermotif bunga, tetapi bermotif garis-garis coklat” ucap Ibu itu. James menganggukkan kepalanya. Lalu mengikuti Ibu itu ke kasir untuk membayar bonekanya. Ibu penjual itu menanyakan apakah James ingin membuangkusnya dengan kertas kado, kebetulan ditoko ini boleh gratis membungkus kadonya sekalian. “Apa kado ini untuk anak perempuanmu?” Tanya Ibu itu sambil tersenyum. “Iya. Dia sangat suka boneka. Lebih tepatnya boneka beruang, tetapi boneka beruangnya sudah terlalu banyak jadi saya mencarikan boneka yang belum dia punya” ucap James. “Ayah yang sangat romantic” ucap Ibu itu sambil tersenyum. “Apa boleh aku bungkus menggunakan kertas kado yang special untuk anak perempuanmu?” Tanya Ibu itu. “Boleh, dia sangat suka dengan hadiah” ucap James. “Benar semua anak kecil sangat suka dengan hadiah. Apapun isinya yang terpenting saat dia melihat hadia itu terbungkus kertas kado yang indah dia pasti akan sangat senang” ucap Ibu itu. “Benar” ucap James. James pun melihat-lihat saat Ibu penjual mainan itu membungkus boneka yang James belikan untuk Jolly. Saat James menyadari di etalase belakang kasir ada boneka kepang dua yang mirip dengan boneka yang saat ini sedang dibungkus oleh Ibu itu, tetapi baju yang digunakannya berbeda. “Bu, apa boneka itu sama seperti yang saya beli?” Tanya James menunjuk boneka di etalse. “Iya memang sama. Hanya pakaiannya saja yang berbeda” ucap Ibu itu mengambilkan boneka yang ada di dalam etalase dan memperlihatkannya kepada James. “Lihat motif bajunya berbeda. Hari ini motif garis-garis coklat sudah tidak diproduksi lagi dan berganti menjadi motif bunga-bunga. Jadi saya sengaja menyimpannya untuk koleksi ditoko saya ini” ucap Ibu. Sekilas James seperti pernah melihat motif yang sama dengan motif baju boneka ini. James pun mengingatnya, sobekan baju yang dia temukan sangat mirip dengan motif garis-garis baju boneka kepang dua ini. “Apa hampir rata-rata anak perempuan sangat menyukai boneka kepang dua ini?” Tanya James. “Tentu saja. Sudah hampir dua puluh tahun boneka ini selalu menjadi best seller di toko saya. Padahal boneka ini bukan dibuat dipabrik” ucap Ibu. “Oh ya. Berarti ini adalah salah satu hasil home industry” ucap James. “Benar” ucap Ibu itu menganggukkan kepalanya. “Kalau boleh tahu dimana tempat pembuatan boneka ini?” Tanya James. “Liverpool. Pemiliknya bernama Joana. Tetapi sekarng dipegang oleh anaknya. Kalau tidak salah namanya Gina” ucap Ibu itu. “Ibu boleh saya membeli boneka yang lama ini. Saya rasa motif baju lamanya lebih menarik dari pada yang bunga-bunga” ucap James. “Ha ha ha. Tentu saja menurutmu yang ini lebih bagus, karena kamu laki-laku. Tetapi untuk seorang anak perempuan bunga yang cerah membuat boneka itu terlihat lebih indah. Tetapi kalai ini untuk putrimu akan aku berikan. Aku sangat senang jika semua mainanku dijaga dengan baik oleh pemilik barunya” ucap Ibu itu. “Terima kasih banyak Bu” ucap James dengan tersenyum. “Sama-sama Pak” ucap Ibu itu menyelesaikan bungkus kadonya. Setelah selesai membeli dua boneka James pun keluar dari toko mainan itu. James membuka pintu toko mainan tanpa tahu ternyata dari luar ada seseorang yang juga memegang handle pintu hendak membuka pintu. Karena James yang lebih dulu memegang lalu menariknya, otomatis seseorang yang diluar yang baru saja memegang handle pintu itu pun tertarik ke depan dan hampir saja terjatu di depan James. “Auuuw” teriak orang itu yang ternyata seorang wanita. James masih berdiri di tempatnya karena wanita itu masih menghalangi jalan James. Ketika wanita itu berdiri dan berhadapan dengan James, mereka berdua sama-sama terkejut. “Kau lagi” pekik wantita yang ternyata adalah wanita tadi pagi yang hampir James tabrak. “Dasar pria kurang ajar” ucap wanita itu dengan kesal lalu memukul James dengan tasnya. “Hei apa salah saya. Jelas anda yang salah, seharusnya jika melangkah lihatlah ke depan bukan ke bawah” ucap James tidak mau mengalah. “Apa katamu. Seenaknya saja. Tadi pagi anda yang hampir saja menabarak saya. Bukannya meminta maaf anda malah pergi begitu saja” ucap wanita itu dengan marah-marah. “Anda juga salah sudah tahu mobil sedang berjalan kenapa anda berjalan di depannya” ucap James dengan masih tidak mau mengalah. “Kau ini sangat menyebalkan. Sudah jelas-jelas anda yang salah. Lampu sedang merah, seharusnya anda berhentu bukannya tetap berjalan. Kakau anda tidak tahu peraturan lalu lintas sebaiknya tidak perlu berkendara. Jalan kaki saja. Agar tidak merepotkan orang banyak” ucap wanita itu dengan sinis. Tentu saja dimarahi di depan umum membuat James tidak terima. Walaupun toko ini tidak begitu ramau tetapi tetap saja suara lantang wanita itu membuat pengunjung toko yang di dalam pun melihat ke arah mereka berdua. “Bisakah anda memelankan suara anda Nona. Suara anda membuat telinga saya hampir pecah. Oh ya satu lagi. Sebaiknya kalau anda tidak bisa mengenakan busana dengan baik, lebih baik anda dirumah saja agar tidak membuat mata orang-orang yang melihat anda menjadi sakit” ucap James membalikan ucapan wanita itu. Wanita itu pun sangat kesal dan marah, lalu dia mengepalkan tangannya. James pun hanya tersenyum sinis lalu dengan sengaja dia tetap melangkah dan mendorong bahu wanita itu agar berpindah dari hadapannya. “Jangan di depan pintu, banyak orang yang mau keluar dan masuk. Pulang ke rumah and asana” ucap James sinis. James pun melangkah dengan santai meninggalkan wanita itu dengan amarahnya. Wanita itu tidak berbuat apa-apa dia hanya bisa melihat James sampai masuk ke dalam mobilnya. James pun hanya masa bodoh dengan wanita tadi. Padahal baru tadi pagi dia tersenyum-senyum karena melihat gaya berpakaian wanita itu, lalu sekarang dia menjadi emosi karena kelakuan wanita itu yang membuatnya malau di depan banyak orang. Kalau dia bukanlah seorang wanita, James pasti sudah memukulnya hingga babak belur. Mood James pun berubah menjadi tidak baik karena pertengkaran kecil dengan wanita tadi. Kalau James menyadari sebenarnya James memang salah, tetapi endath kenapa saat melihat wanita itu sudah mulai mengoceh James menjadi ingin ikut mengoceh dan tidak mau kalah dari wanita itu. James pun sampai lupa apa yang mau dia lakukan tadi. Dan akhirnya James tetap memilih untuk pulang dan memberikan hadia dua boneka ini untuk Jolly. James pun mengendarai mobil hitamnya meninggalkan toko mainan itu menuju apartemen mewahnya. Sesampainya di apartemen James tidak melihat Jolly berada di ruang tamu, ruang makan ataupun ruang keluarga yang biasa mereka menonton televise. James pun melangkah ke dapur. Disana terlihat maid sedang menyiapkan makan siang untuk Jolly. “Bu dimana Jolly?” Tanya James. “Siang Pak. Jolly sedang dikamarnya. Bapak mau makan siang di sini juga” ucap maid itu. “Iya, tolong siapkan untuk saya juga. Saya akan makan siang bersama Jolly” ucap James. “Baik Pak saya akan siapkan makan siang untuk Bapak dan Jolly” ucap maid itu. Jame pun melangkah menuju kamar Jolly. Dia membuak pintu kamar Jolly dan terlihat Jolly sedang duduk membelakanginya. James pun masuk dan melangkah secara pelan-pelan. James berniat ingin memberikan kejutan kepada Jolly, tetapi James mengurungkan niatnya ketika mendengar suara Jolly bersama boneka-bonekanya. “Hai, Jolly apa kamu sudah siap untuk bersekolah?” terdengar suara Jolly yang memeragakan suara boneka beruangnya. “Iya aku siap” terdengar suara Jolly yang menjawab ucapannya sendiri. “Apa kamu yakin akan bisa baik-baik saja disekolah nanti Jolly?” Terdengar lagi suara Jolly kali ini memeragakan suara boneka beruang berwarna coklat. James berhenti di belakang Jolly dan melihat Jolly menarik nafasnya panjang. “Ya, aku juga belum yakin. Sebenarnya aku masih takut. Tetapi Tante Elma bilang aku harus mulai belajar beradaptasi dengan teman-teman baruku. Dan Tante Elma juga bilang anak-anak di Inggris itu baik-baik dan menyenangkan. Kalau aku mempunyai teman aku jadi tidak akan sendirian lagi dan tidak akan membuat Papa cemas lagi. Aku ingin semua itu, aku ingin hidup normal seperti anak-anak lainnya” ucap Jolly yang terdengar sedih. “Lalu apakah Papa James mengizinkanmu sekolah diluar?” Terdengar Jolly kali ini memeragakan boneka beruang berwarna coklat. “Aku tidak tahu. Tetapi aku akan berusaha membuat Papa mengizinkanku sekolah. Kalian bantu aku ya” ucap Jolly terdengar semangat. James pun merasa tersentuh, Jolly semakin lama semakin bertambah besar. Sepertinya James memang harus lebih sering membiasakan Jolly bertemu dengan tean-teman seumurannya. Waktu di Amerika James saja bisa berhasil membuat Jolly nyaman di sekolahnya, seharusnya di Inggris James juga bisa melakukannya. “Halo Jolly, tolong bukalah aku” ucap James memberikan hadiah kepada Jolly dengan suara yang dirubah menjadi suara anak kecil. “Papa” ucap Jolly terkejut dan menoleh. “Papa sudah pulang” ucap Jolly memeluk James.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN