Meskipun kondisi kakinya kembali memburuk, Zoya tetap kembali ke sekolah untuk mengambil tasnya. Dia kembali menggunakan tongkat, dan hal tersebut membuatnya kesal.
"Lo masih mau ke sekolah, kalo cuma tas aja kan gue bawain pas pulang nanti!" Tisa melihat kaki Zoya, kemudian menatap matanya, gadis itu memang sangat keras kepala.
"Dan Lo, murid baru! Kenapa Lo bilang ke anak-anak kalau Lo itu adeknya Zoya. Mana ada anak tunggal punya adek. Mana seumuran lagi!" Tisa mempertanyakan maksud dari niat Raksa menciptakan rumor di kalangan cewek-cewek di sekolah.
Raksa hanya diam, dia tidak memiliki alasan yang bisa dikatakan. Tapi niatnya tentu tidak buruk. Dia hanya ingin menunjukkan, kalau mulai sekerang ada seorang adik yang akan menjaga Zoya.
"Dia bahkan beberapa kali memanggilku kakak!" Zoya melirik sekilas pada laki-laki yang duduk diam di sebelahnya.
Raksa adalah murid baru yang terlihat berpenampilan modis dan sangat sopan. Nilai tambah, wajahnya juga tampan. Para cewek dari kelas satu sampai kelas tiga langsung penasaran dengan murid baru kelas tiga bernama Raksa. Pernyataan Raksa tentang dia adalah adik dari Zoe Pyralis membuat anak-anak jadi heboh.
Meskipun Raksa tampan, tapi sama sekali tidak mirip dengan Zoya. Dan jika seandainya Raksa adalah anak selingkuhan dari papanya Zoya, itu juga tidak mirip sama sekali. Dan nama Raksa tidak memiliki kata Pyralis di belakang namanya.
"Adek ketemu gede?" tanya Tisa lagi dengan malas.
"Maaf!" Raksa meminta maaf. Dia melirik pada Zoya, saat melihat Tisa menatapnya menyelidik, dia kembali menunduk.
Menghirup napas dalam-dalam, Zoya tidak berniat menyalahkan laki-laki manis di sebelahnya. Anggap saja Raksa memang saudaranya. Toh, mamanya juga sangat menyukainya. Yang terpenting saat ini, dia harus segera kembali ke sekolah.
"Udah, jangan pikirkan tentang masalah itu. Yang penting saat ini adalah memberikan pelajaran pada Sari!" Zoya menepuk tangan Tisa yang masih belum melepaskan tatapannya dari Raksa.
"Jadi tujuan Lo balik lagi ke sekolah karena itu?" Tisa tidak menyangka hal tersebut. Meskipun dia tahu nantinya Zoya dan Sari akan ditanyai guru tentang perkelahian tadi.
"Iyalah, untuk apa gue buru-buru ke rumah sakit melakukan pemeriksaan dan meminta visum. Jelas untuk memberikan pelajaran pada cewek itu!" Zoya sekarang bukan lah anak remaja biasa. Dia tidak akan membiarkan orang yang membuat masalah dengannya lepas begitu saja. Dan juga, dia masih belum mau mengeluarkan senjata rahasianya.
Raksa mengusap punggung tangan Zoya. Dia melakukannya untuk menenangkannya. Tapi tangan lain menampar tangannya. Pelakunya adalah Tisa.
"Jangan cari kesempatan!" Tisa memperingatkan Raksa.
"Enggak!" Raksa menolak tuduhan tersebut.
"Siapa yang bakal percaya sama omongan Lo!" Tisa masih tidak suka dengan Raksa, karena telah mengaku-ngaku adiknya Zoya dan membuat masalah.
"Raksa, Lo pindahan dari mana?" Zoya tiba-tiba penasaran, dia belum mengetahui apapun tentang tetangga barunya yang aneh tersebut.
Raksa langsung tersenyum. "Aku dari Bandung. Sebenarnya aku sebelumnya tinggal di Jakarta. Tapi setelah melewati masa sulit, orangtuaku membawaku pindah ke Bandung!" Raksa memiliki ekspresi yang tak bisa dijelaskan, dia merasakan emosi yang kuat saat mengatakannya.
"Masa sulit?" Tisa mengerutkan keningnya, dia merasa penasaran.
"Aku sakit kanker hati stadium awal. Beruntung, aku mendapatkan pendonor. Orang baik yang telah memberiku kesempatan hidup lebih lama!" Raksa tersenyum saat menceritakannya, dia kemudian langsung menundukkan kepalanya.
"Ternyata masih ada orang baik di dunia ini!" Zoya berempati, dia menepuk lengan Raksa mendukungnya.
Raksa menoleh, matanya sedikit berkaca-kaca. Menatap Zoya begitu dalam. Meskipun Zoya mungkin menganggapnya orang asing, tapi dia akan menjadi adik untuknya.
Ketiganya kembali ke sekolah. Zoya langsung diminta datang ke ruangan guru bersama dengan Tisa. Di dalam ruangan itu, sudah ada Sari and the gang.
Baru Zoya ketahui, kalau mereka telah dimintai keterangan lebih dulu. Penjelasan Sari jelas memojokkannya. Tapi tunggu dulu, dia telah siap dengan itu.
Zoya langsung menjelaskan begitu dimintai penjelasan oleh guru. Dia membawa bukti di tangan yang menunjukkan kerugiannya. Sebelum pertengkaran itu, keadaan kakinya sudah cidera, jadi memperkuat persepsi jika Sari yang menyerang Zoya. Pukulan di wajah Sari, dianggap sebagai usaha melindungi diri. Semua guru yang menyimak masalah itu menerima penjelasan Zoya yang lebih masuk akal. Mana mungkin orang yang kakinya cidera melakukan p*********n brutal seperti yang dikatakan Sari. Dan dari bukti visum, Zoya mendapatkan cidera baru pada kakinya yang hampir sembuh dan beberapa luka ringan lainnnya.
"Bohong pak, buk, dia hanya sedang berakting. Tadi dia masih baik-baik saja. Bahkan bisa memukul saya. Dia hanya ingin membuat saya disalahkan!" Sari hampir mati sesak. Dia tahu kalau beberapa penjelasannya sengaja untuk menyudutkan Zoya, tapi Zoya lebih parah darinya. Gadis itu berakting seolah-olah paling tersakiti. Ada beberapa hal yang sengaja dilebih-lebihkan.
"Diam kamu! Tidak lihat hasil Visumnya, kakinya kembali terluka. Kamu bahkan bicara tidak benar tentang Zoya. Minta maaf padanya. Kalian adalah teman satu sekolah, tidak baik bertengkar seperti tadi!" Guru sangat menyayangkan pertengkaran tadi. Apalagi mereka sudah kelas tiga, akan memberikan contoh buruk bagi adik kelas mereka.
"Tapi, Zoya berbohong pak!" Sari tentu saja tidak terima.
"Selama seminggu ini, kamu bantu buk Nisa menata buku di perpustakaan setelah sepulang sekolah. Tapi sebelum itu minta maaf pada Zoya, karena kamu yang lebih dulu memulai!" putus guru BK setelah mendengarkan semua penjelasan dari kedua belah pihak juga saksi.
"Dan Zoya, kamu harus merenungi tentang perbuatanmu tadi. Bagaimanapun, kamu tidak boleh memukul temanmu!" Guru juga memberikan nasihat pada Zoya. Karena pukulan Zoya tadi hampir mematahkan hidung Sari.
"Baik, pak!" Zoya langsung setuju, dia menang dan memang seharusnya begitu.
Zoya langsung kembali ke kelasnya. Dia merasa cukup senang. Dia sebelumnya tidak peduli tentang penilaian orang terhadapnya. Tapi ternyata membela diri dan membersihkan nama dari tuduhan bohong membuatnya merasa puas.
"Gadis itu memang harus diberikan pelajaran. Lagian, kenapa dia jadi benci banget sama Lo? Kalian pernah ada masalah?" Tisa tahu Sari dan Zoya tidak bisa dikatakan akur, tapi sebelumnya mereka juga tidak saling membenci.
Zoya melihat Tisa, dan dia membisikkan sesuatu di telinganya. Tisa langsung terkejut, karena tidak bisa percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Ternyata hal seperti itu telah terjadi.
"Rahasiakan ini. Karena hanya Lo yang tahu. Bahkan Sari juga tidak, dia hanya ketakutan dan mencoba mencari tahu!" Zoya tertawa, dia benar-benar merasa jahat.
"Okay!"
"Lo mau balik setelah ini?" Tisa tahu Zoya masih kesakitan pada kakinya. Dia juga kasihan padanya, karena temannya itu harus menggunakan tongkat lagi.
"He'em. Gue gak bisa menambah cideranya lagi. Harus istirahat!" Zoya kembali sedikit sedih, karena dia tidak bisa melakukan apapun lagi.