Melukai kakinya lagi

1029 Kata
Saat itu Lander sedang bersama teman-temannya, ketika seseorang tiba-tiba datang menepuk punggungnya agak keras. Bicara dengan terburu-buru diantara napasnya hingga tidak terdengar jelas. "Navo cewek Lo!" ujarnya dengan napas tersengal-sengal, dia baru saja berlari dari lapangan sampai ke kelas tiga. "Lo ngomong sama Navo, tapi nepuk punggung gue!" Lander protes, karena tadi dia kaget. "Iya, maaf. Itu, Sari sama Zoya berkelahi di lapangan!" beritahunya setelah bernapas dengan baik. "Oh s**t! Emang gak ada yang misahin apa? Lapangan mana?" Navo terburu-buru berjalan menuju ke lapangan yang diberitahukan. Dia tidak pernah mendengar kedua gadis cantik itu berselisih sebelumnya, agak mengejutkan saat tiba-tiba mereka bertengkar. Di sisi lain, Lander tidak berniat melihat pertengkaran wanita. Dia tidak peduli, tapi mengingat lagi kalau hari ini Zoya pertama kali tidak pakai tongkat, dia jadi memikirkan kondisi kakinya. "Sial!" Lander pada akhirnya memutuskan pergi untuk melihat keadaan Zoya. Sebenarnya, semua orang tahu Zoya dan Sari sama-sama kuat. Tidak ada yang lemah, sehingga seharusnya salah satu tidak akan berakhir lebih buruk dari yang lain. Bisa terdengar suara sorakan dan teriakan ramai di lapangan. Di lapangan itu, Tisa terkena pukulan Sari, karena berusaha memisahkan keduanya. Anak-anak lain juga membantunya. Sekelompok orang mencoba menahan Sari, dan kelompok orang lainnya menahan Zoya. Tidak ada yang tahu alasan pertengkaran mereka. Semua orang hanya melihat keduanya mulai saling mendorong hingga terjadi pertengkaran yang lebih serius dan agak anarkis. Semua itu bisa dilihat dari kondisi rambut keduanya, dan Sari yang mendapatkan pukulan di hidungnya. Ada darah yang keluar dari sana, terlihat agak mengerikan. Saat Navo sampai di sana, Zoya dan Sari telah dipisahkan. Tapi mereka masih saling menatap penuh kebencian. "Hei, ada apa? Kalian bukan anak-anak lagi. Bicarakan dengan baik. Dan lihat wajahmu!" Navo mengusap darah yang keluar dari hidung Sari dengan tangannya. "Buat cewek Lo itu paham. Jangan berani sentuh gue!" Zoya sudah sangat kesal, melihat pada temannya yang juga ikut kena pukulan, semakin membuatnya marah. Awalnya Sari mencoba menggangunya, tapi dia tidak memperdulikan. Karena dirinya tahu, Sari hanya ingin mengetahui apakah dia orang yang memotretnya di dekat lapangan basket atau bukan. Tapi karena Sari mencoba menindasnya dengan berlebihan, Zoya tidak tahan lagi. Dia bukan orang yang akan diam saja saat ada yang mengusiknya sampai melewati batasan. Navo tidak membiarkan kekasihnya menjawab, dia buru-buru menarik kekasihnya meninggalkan kerumunan menuju ke ruang kesehatan. Kondisi Sari agak buruk di wajah, sedangkan Zoya, tadi dia melihat gadis itu kesakitan pada kakinya. Para gadis memang sangat menyeramkan. Tersisa anak-anak yang masih penasaran dan terkejut dengan adegan barusan. Zoya terlihat dibawa pergi oleh Tisa dan teman-temannya. Jadi pertunjukan menegangkan itu berakhir begitu saja. Lander terlambat, saat tiba di halaman sekolah yang juga dimanfaatkan sebagai lapangan futsal, orang-orang sudah akan bubar. Jadi dia hanya melihat kesia-siaan. Dia bertanya pada seorang teman sekelasnya, dan mendapatkan informasi kalau keduanya sama-sama cidera. Dia menuju ke ruang kesehatan, dengan langkah agak cepat mengabaikan sapaan orang-orang. Tapi begitu sampai di ruang kesehatan, dia hanya melihat Sari yang tengah diobati oleh Navo dan ditemani oleh beberapa teman-temannya. "Cewek itu benar-benar menyebalkan. Sayang, apakah hidungku baik-baik saja?" Sari agak khawatir tulang hidungnya patah, karena dia masih merasakan sakit di sana. Navo menggeleng, dia tersenyum menenangkan. "Tidak patah, apakah sangat sakit?" "Zoya memang sangat arogan. Mentang-mentang banyak yang menyukainya, dia bersikap begitu sombong!" temannya Sari mengungkapkan kekesalannya, karena dia kasihan melihat keadaan temannya sampai seperti itu. "Iya, padahal Sari hanya bicara padanya, tapi cewek itu tiba-tiba marah!" Navo dan Lander hanya diam melihat kemarahan pada gadis. Keduanya mencoba mengerti permasalahannya, hingga menyebabkan pertengkaran itu. "Siapa yang pertama menyentuh siapa?" Lander akhirnya memahami jika pertengkaran itu berawal dari sebuah pembicaraan, maka jika ada yang terluka, harusnya ada yang memulai hal tersebut. "Zoya ya kayaknya? Gak tahu, pokoknya tadi kalian tiba-tiba saling dorong gitu kan, Sar? Siapa yang duluan?" tanya teman Sari yang agak bingung, karena kejadiannya begitu cepat. "Dia dulu lah!" Sari menunjukkan ekspresi kesal, Zoya telah melukai hidungnya. "Okay, kalau begitu katakan, kalian tadi membicarakan apa?" Navo bertanya dengan lembut, nada bicaranya sangat tenang menanggapi kekesalan kekasihnya. "Tentang murid baru kan awalnya? Terus berlanjut ke foto atau apa gitu!" Temannya Sari lagi-lagi menjawab. Padahal Navo ingin mendengar sendiri dari mulut kekasihnya. "Gitulah pokoknya!" Sari malas untuk menjelaskan. Lander sedikit mengerutkan keningnya. Karena dari ucapan mereka, Zoya seperti disalahkan. Sedangkan tidak ada yang tahu cerita sebenarnya. Dia menepuk bahu Navo. "Gue pergi, males denger drama cewek. Oh ya, kalian pasti akan dipanggil ke ruang guru. Jelaskan saja di sana. Gak usah terlalu banyak bicara di sini!" Navo melihat Lander pergi keluar, dia berteriak padanya. "Lander, Lo coba lihat keadaan Zoya. Tadi kakinya kayaknya kena!" "Ih kenapa masih peduli sama cewek itu. Yang terluka di sini aku. Aku yang dirugikan!" Sari kesal pada kekasihnya. "Iya, sayang!" Navo tidak mencoba mendebat Sari, karena masalahnya akan lebih panjang jika dilanjutkan. Saat itu Lander langsung kembali ke kelas. Tapi Zoya dan Tisa tidak ada di tempat duduknya. Dia bertanya pada temannya, mereka bilang Zoya memeriksakan diri ke rumah sakit. Tidak mau memikirkan gadis itu lagi. Lander merasa cukup lega, setidaknya gadis itu bisa mengurus dirinya sendiri. — Di rumah sakit, Zoya bersama dengan Tisa juga Raksa menunggu hasil pemeriksaan. Pergelangan kakinya kembali terasa nyeri untuk berjalan. Karena tadi, ketika dia didorong cukup keras oleh Sari, dia hampir kehilangan keseimbangan, dan saat itu kakinya kembali terasa sakit. "Aku akan urus pembayarannya, Raksa kamu tungguin Zoya ya!" Tisa berlalu pergi keluar dari ruangan. "Kakak seharusnya tidak bertengkar!" ujar Raksa sambil memandangi kaki Zoya. "Jangan panggil gue gitu!" Zoya tidak ingat sudah berapa kali dia mengatakannya pada Raksa, agar tidak memanggilnya dengan sebutan kakak. "Okay, kenapa kamu sangat marah. Aku hanya bertanya!" Raksa menunjukkan ekspresi agak takut. Karena Zoya mengatakan dengan suara agak keras. Menghela napas, Zoya mencoba untuk tenang. "Okay, maaf, gue cuma lagi kesel!" Zoya tak hanya kesal, tapi juga marah. Jika kakinya kembali terluka lagi, artinya dia harus rehat beberapa hari lagi. Maka dia tidak bisa ikut kelas modeling, padahal rencananya besok dia akan datang. Juga, papanya mengatakan sepulang sekolah nanti akan mengantarkannya untuk melakukan pemeriksaan, tapi saat ini dia telah melakukan pemeriksaan sendiri. Dan yakin, hasilnya tidak akan baik. Itulah alasan kenapa akhirnya Zoya memukul Sari di wajahnya. Karena gadis itu membuatnya melukai kakinya lagi. Membuatnya kesal hingga kehilangan kesabaran.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN