"Lis, kamu masuk ke dalam kamar dulu, ya. Kayaknya Riana udah ngantuk." Seperti tak ingin aku menyaksikan diskusi antara dirinya dengan sang ibu, Mas Pram menginstruksikan agar aku masuk ke kamar. Aku pun terpaksa menurut saja. Meski dalam hati ingin melawan ucapan mertuaku tadi, tapi aku tahan. Tak elok rasanya kalau sampai aku berbuat barbar pada ibu mertua di depan Riana. Biar bagaimanapun Bu Ninik, 'kan nenek Riana juga, begitu pikirku. Benar apa yang dikatakan Mas Pram tadi, Riana memang telah mengantuk. Terbukti, tak lama setelah kubaringkan, bocah dua tahun ini terlelap. Membuatku merasa sedikit lega. Sejak siang tadi, entah kenapa bocah bertubuh montok ini lebih rewel dari biasanya. Membuatku sedikit kelelahan meladeni bermacam-macam keinginannya saat di rumah Bapak. "Riana udah