"Bu …." Mayang yang telah rapi dengan seragamnya di hari Senin pagi ini, terlihat cemas ketika menatap sang ibu terus memegangi dadanya yang mungkin masih terasa sakit pasca Mas Pram mengungkap niatnya untuk hengkang dari rumah gedong ini. Berbeda dengan Mayang, tanpa diduga, Mas Pram justru terlihat tak begitu mengindahkan keresahan yang Ibu tunjukkan. Membuatku merasa sedikit tak enak hati saat merasa Mayang tak berhenti menatapku dengan pandangan menusuk. Jelas sekali jika gadis itu menyalahkan diriku atas perubahan sikap sang kakak yang begitu drastis belakangan ini. "Sudahlah, Bu. Belajarlah untuk menerima kenyataan kalau anakmu ini juga ingin hidup mandiri." Suamiku berucap tegas membuat Ibu melebarkan kedua bola matanya dengan cepat. "Mandiri kamu bilang?" Ibu terus memegangi da