Sebuah Insiden

997 Kata
Selamat membaca! Sudah satu jam lamanya Karen menikmati suasana pantai dengan deburan ombak yang menyapu kedua kakinya. Kini wanita itu pun memutuskan untuk kembali hotel. Beban yang menyesakkan dadanya, perlahan mulai berkurang, tak lagi menghimpitnya. Setidaknya suasana di pantai benar-benar berhasil melegakan kembali napasnya. Tak butuh waktu lama, Karen pun tiba di depan pintu kamar yang ditempatinya bersama Denis. Karen benar-benar menggenggam handle pintu itu dengan perlahan agar suara pintu yang terbuka tidak sampai membangunkan Denis yang dikiranya masih pulas tertidur. Namun, saat Karen masuk ke dalam kamar, sorot matanya langsung tertuju pada sosok pria berwajah dingin yang ternyata sudah terjaga dari tidurnya. Kini pria itu malah sedang asyik menonton televisi dengan bersandar di atas sofa yang membelakangi pintu masuk dengan begitu santainya. Wajah itu seakan tak punya dosa, begitu leluasanya senyuman itu datang dan pergi dari kedua sudut bibirnya yang biasanya lebih banyak dilihat begitu dingin. Ya, Denis sangat menikmati sekali film yang sedang ditontonnya. "Pria dingin itu, ternyata bisa tersenyum juga ketika sedang menonton TV, tapi kenapa kalau sedang bersamaku dia selalu saja memasang wajah menyeramkan!" batin Karen yang masih belum percaya saat melihat Denis bisa menampilkan senyuman di wajahnya saat menonton televisi. Karen segera menampik segala pikiran yang mengusiknya, wanita itu pun mengabaikan Denis yang masih asyik menonton hingga tak menyadari kepulangannya. Karen pun memilih untuk kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti untuk masuk ke dalam bathroom tanpa menegur suaminya. Setibanya di dalam bathroom, Karen mulai melucuti pakaian yang menempel pada tubuh indahnya satu persatu hingga menyisakan tubuh polosnya tanpa sehelai benang yang tersisa. Lekukan tubuh indah yang dimiliki Karen pastinya akan membuat kagum di mata siapapun yang memandangnya. Namun, selama ini Karen selalu menutupinya agar tidak ada yang melihatnya, selain suaminya kelak. Karen mulai menyalakan kran air hangat untuk mengisi bathub yang masih kosong. Setelah terisi setengah bagian, Karen mematikan kran itu dengan memutarnya kembali. Lalu, ia mulai menuangkan beberapa tetes sabun aromaterapi ke dalam air hingga membentuk gelembung busa di atas permukaannya. Tanpa membuang waktu lagi, Karen pun langsung masuk ke dalam bathub, ia mulai menyamankan posisi tubuhnya di dalam air hangat yang membuatnya dapat sejenak memejamkan mata yang memang terasa penat. Dua puluh menit sudah lamanya Karen menghabiskan waktu untuk berendam di dalam bathtub. Suasana hening dengan aromaterapi yang tercium membuat Karen terlelap bersama rasa nyaman yang sedang dirasakan. Sampai akhirnya, tiba-tiba Denis yang tidak mengetahui keberadaan Karen mulai masuk ke bathroom. Tak hanya itu, ia bahkan telah melepas seluruh pakaiannya hingga membuat badan kekarnya terlihat begitu maskulin. Denis pun kini sudah berdiri di bawah pancuran air shower tanpa memerhatikan sekitar. Lalu, ia mulai memutar kran shower untuk membasuh tubuhnya dengan sabun cair hingga penuh dengan busa. Namun, perlahan ia mulai menyadari kehadiran seseorang selain dirinya di dalam bathroom tempatnya berada saat ini ketika hembusan napas yang kasar dari seseorang terdengar menyelinap masuk ke dalam telinganya. "Siapa itu?" tanya Denis dalam hatinya, sambil memutar kran shower hingga membuat pancuran air itu terhenti. Denis pun melangkah mendekat ke arah sumber suara. Sampai akhirnya, kedua matanya mulai menangkap sosok wanita yang sedang tertidur lelap sambil berendam di dalam bathtub dengan kepala yang bersandar di tepinya. "Siapa wanita itu? Berani-beraninya dia menumpang mandi di bathroom kamar hotelku!" tanya Denis dalam hati yang semakin penasaran dengan sosok wanita yang saat ini dilihatnya dari belakang. Dengan penuh keraguan, Denis memberanikan diri untuk menyentuh pundak wanita yang dilihatnya. Sampai akhirnya, di saat tangannya mulai menyentuh kulit wanita itu, seketika Karen pun membuka mata dan bangkit dengan berdiri tegap di atas bathub. Ia langsung menoleh ke arah Denis yang kala itu tak mengenakan pakaian dengan busa di seluruh tubuhnya yang belum sempat dibasuh. Karen berteriak dengan kedua mata yang membulat. Suara teriakannya begitu memekakkan telinga Denis yang mendengarnya, pria itu pun segera menutup telinganya dengan kedua telapak tangan. Selang beberapa menit, ia mulai menyadari bahwa tubuhnya benar-benar terlihat polos tanpa sehelai benang pun. Tak ingin membiarkan kedua mata Denis menikmati indah tubuhnya, Karen dengan cepat menutupi bagian sintal dadanya sebelum ia menyembunyikan tubuh indahnya kembali di dasar air yang penuh dengan busa. Keduanya saling terhenyak atas apa yang terjadi di depan mata mereka. Namun, tak bisa dipungkiri oleh Denis, ia benar-benar telah melihat lekuk tubuh indah yang Karen miliki. Darahnya saat ini tengah berdesir hebat hingga membuat sesuatu di bawah sana mulai menegang seakan menuntut untuk untuk minta dipuaskan. "Aku enggak nyangka, ternyata Karen memiliki tubuh yang indah dan seksi seperti ini," batin Denis penuh dengan kekaguman. "Tuan, untuk apa kamu masuk ke dalam bathroom. Apa kamu tidak tahu ada saya di dalam?" tanya Karen, merasa geram atas insiden yang baru saja ia lalui. Sebuah insiden yang baginya sangatlah memalukan. Kini wanita itu pun masih tercengang dengan kedua tangan yang masih bersilang di depan dadanya. Di tengah rasa kagumnya, tiba-tiba saja Denis tersadar setelah mendengar protes yang dilancarkan oleh Karen hingga dengan cepat pria itu menampik hasratnya dan kembali memasang wajah dingin sambil menautkan kedua alisnya. "Kamu itu yang salah! Saya tahunya kamu sedang pergi karena saya tidak menemukan kamu ketika bangun tidur. Ini semua ya jelas salah kamulah, kenapa kalau sudah kembali ke kamar, kamu tidak menemui saya dulu? Sekarang cepat keluar, saya ingin mandi!" bentak Denis dengan tegas dan menyalahkan Karen atas insiden yang tak seharusnya terjadi. Karen hanya pasrah. Ia tak bisa melawan Denis, baginya melawan pun tak ada gunanya karena pasti di mata Denis, ia akan selalu salah dan terus dipersalahkan. Wanita itu kini hanya mampu mengesah kasar dan mulai meminta Denis untuk memutar tubuhnya agar kedua matanya tak kembali melihat tubuhnya saat keluar dari dalam bathtub. "Aku tidak pernah membayangkan Karen memiliki tubuh seindah dan seseksi yang aku lihat barusan. Tubuh wanita itu sudah membangkitkan hasratku, mungkin tidak ada salahnya jika aku menikmatinya, walau hanya sekali. Bukankah dia adalah istriku, jadi aku bisa melakukan kapanpun yang aku mau! Tapi bagaimana caranya agar harga diriku tidak jatuh di mata Karen ketika aku menginginkan untuk bercinta dengannya?" batin Denis yang sudah memutar tubuhnya, hingga membuat pandangannya tak lagi melihat tubuh Karen. ()()()()() Bersambung✍️
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN