Bukan Pernikahan Impian
Selamat membaca!
Suasana yang indah dengan warna awan kelabu, menghiasi langit kota London yang kala itu tampak teduh.
Hari itu impian seorang wanita yang bernama Karen Olivia harus lenyap tak tersisa. Impian untuk menikah dengan pria yang dicintainya harus kandas karena ancaman seorang pria yang bernama Denis Wilson. Pernikahan yang sama sekali tidak pernah diharapkannya untuk terjadi, kini harus ia jalani dengan sangat terpaksa.
Karen terlihat mengaitkan tangannya ke dalam lengan Denis dan mulai melangkah bersama pria itu menuju altar, tempat keduanya akan saling mengikrarkan janji pernikahan.
"Harusnya bukan pria ini yang ada di sampingku. Pria yang tidak aku kenal dan tidak kucintai sama sekali!" batin Karen terus mengeluh sambil sesekali menatap nanar wajah pria yang saat ini melangkah di sebelahnya.
Tatapan mata Karen begitu sendu. Namun, ia berusaha untuk tetap tersenyum di hadapan para tamu yang hadir di acara pernikahannya. Pernikahan yang memang tak dihadiri oleh satu pun keluarganya karena memang Karen hanya tinggal memiliki seorang adik yang bernama Raina. Seorang gadis berusia 10 tahun yang selamat dalam kecelakaan yang menimpa kedua orang tuanya. Raina jugalah yang menjadi alasan, mengapa Karen akhirnya mau menikah dengan Denis, walau tanpa ada rasa cinta.
Melihat kesedihan Karen, tiba-tiba saja Denis menghentikan langkah kakinya. Membuat Karen ikut berhenti secara mendadak dan hampir terjatuh karena tidak terbiasa mengenakan high heels yang dikenakannya saat ini. "Tuan, apakah kamu tidak bisa memberitahu saya ketika hendak berhenti melangkah?" protes Karen secara refleks.
Denis hanya menampilkan seringai tipis, lalu ia mendekatkan wajahnya ke arah daun telinga Karen untuk membisikkan sesuatu. "Jika kamu terus memasang wajah sedih seperti itu, pernikahan pura-pura ini bisa diketahui oleh Mommy dan keluarga besar saya! Apa kamu tidak bisa tersenyum dan bahagia menjalani semua ini? Ingat Karen! Nyawa adikmu ada di tangan kamu dan kalau sampai keluarga saya tahu tentang pernikahan sandiwara ini. Maka saya tidak akan lagi memberikan donor darah untuk adikmu, sekalipun dia sangat membutuhkannya dan bukan hanya itu, saya juga akan membuat hidupmu menderita!" ancam Denis dengan berbisik.
Karen begitu tercekat setelah mendengar ancaman Denis yang tidak main-main dan sangat menakutkan. Tanpa berpikir panjang, wanita itu pun kini mulai menampilkan senyum manisnya dengan menarik kedua sudut bibirnya lebar-lebar. Tak ada lagi kesedihan yang tampak di wajahnya, paras cantiknya saat ini benar-benar bagai sihir yang membuat para tamu undangan dan juga keluarga Denis menatap kagum akan sosok wanita itu.
"Selama Raina masih kritis di rumah sakit, aku tidak boleh membantah segala perintah pria ini. Aku ingin Raina cepat sadar dari komanya dan kembali sembuh seperti sedia kala karena sekarang ini hanya dia yang aku miliki sebagai keluargaku satu-satunya. Aku harus kuat demi Raina! Harus!" batin Karen Olivia yang hanya mampu menangis perih di dalam hatinya hingga tak terasa bulir kesedihan pun mulai terurai begitu saja dari kedua sudut matanya, walau bibirnya tengah mengulas sebuah senyuman.
Denis yang melihat lelehan air mata yang membasahi wajah Karen, seketika membulatkan kedua matanya, menatap Karen dengan penuh amarah. "Jangan kamu pikir ancaman saya main-main, Karen! Cepat hapus air matamu itu!" bisik Denis dengan penuh penekanan.
Karen dengan cepat mengusap air matanya. Ia tidak mau menambah kemarahan Denis yang nantinya akan berdampak kepada Raina.
"Kamu harus kuat Karen," batin wanita itu sambil menekan dadanya kuat-kuat.
Kini semua mata tertuju ke arah kedua mempelai pengantin yang sedang berbahagia, itulah pikiran mereka. Namun, tidak bagi Karen yang sedang menahan rasa sakit di kedalaman hatinya.
Berbeda dengan Karen yang tengah terluka, Denis justru sebaliknya, pria itu kini terus menatap ke arah seorang wanita yang bernama Valeri Dawn. Seorang wanita cantik yang merupakan mantan kekasihnya. Hubungan mereka sebenarnya berjalan sangat baik selama dua tahun sebelum mengenal Karen, walau tanpa restu dari Victoria. Namun, keduanya tetap menjalani hubungan secara sembunyi-sembunyi dari keluarga besar Denis.
Akan tetapi, entah kenapa di tahun ketiga hubungan mereka, Valeri secara tiba-tiba memutuskan hubungannya dengan Denis. Membuat pria itu begitu terluka, terlebih saat Denis tahu bahwa Valeri telah menikah dengan sepupunya yang bernama Abraham Dexter, seorang CEO kaya raya di kota London. Pernikahan yang berlangsung tak lama dari kandasnya hubungan mereka.
"Aku melakukan pernikahan ini agar kamu juga merasakan sakit yang aku rasakan, Valeri! Rasa sakit yang sama, seperti saat kamu meninggalkan aku dan menikah dengan sepupuku, Valeri! Aku ingin menunjukkan padamu bahwa aku juga sudah move on dari kamu, walau pada kenyataannya di dalam hati ini masih ada cinta yang begitu besar untukmu!" gumam Denis menatap wajah Valeri begitu dalam saat dirinya melihat keberadaan sang mantan kekasih yang datang bersama sepupunya.
Kini Denis dan Karen sudah berada di atas altar, keduanya pun sudah bersiap untuk mengikrarkan janji pernikahan dan saling berjanji sehidup semati menjalani sisa hidup mereka.
Karen mengesah kasar dengan tatapan mata yang sendu, melihat ke arah seorang pendeta di hadapannya yang mulai memandu mereka untuk mengikrarkan janji pernikahan.
"Ya Tuhan, apa yang akan terjadi dengan kehidupanku selanjutnya? Apakah pernikahan tanpa rasa cinta bisa membuatku bahagia? Kira-kira sampai kapan pernikahan ini akan bertahan, rasanya aku tidak sanggup bila harus membayangkan kehidupanku ke depan bersama pria ini," batin Karen dengan ribuan rasa sakit dan kekecewaan yang menyatu dalam hatinya.
***
Setelah acara pesta pernikahan itu selesai dan berjalan dengan lancar, kini Denis dan Karen baru saja tiba di kediaman mewah milik keluarga Wilson. Ada rasa canggung dalam hati Karen ketika melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah yang saat ini begitu menyilaukan kedua matanya.
Sebuah bangunan mewah yang terdiri dari dua lantai itu tampak sangat megah dan begitu luas, dilengkapi dengan berbagai furniture yang terlihat elegan dan sangat mahal.
Maklum saja bila Karen merasa kagum saat melihat semua kemewahan itu karena kehidupan yang Karen jalani, sangat berbanding terbalik dengan Denis. Karen memang tidak pernah merasakan hidup mewah, apalagi bergelimangan harta seperti pria yang baru saja resmi menjadi suaminya. Bahkan saat Karen baru menginjak usia 17 tahun, ia sudah harus bekerja di sebuah cafe dengan menjadi seorang pelayan di sana. Pekerjaan paruh waktu yang wanita itu pilih karena pada malam harinya Karen harus kuliah untuk mendapatkan gelar sarjana. Ia sangat berharap dengan gelar itu bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di perusahaan besar. Alasannya hanya satu, yaitu, untuk dapat mengangkat derajat keluarga.
Hal itulah yang menjadi faktor utama, mengapa Victoria begitu setuju kepada putranya yang ingin menjadikan Karen sebagai istrinya. Victoria tahu banyak tentang Karen karena ia telah memerintahkan seorang anak buah kepercayaannya hanya untuk mencari tahu silsilah dan asal usul Karen. Walaupun latar belakangnya hanya berasal dari keluarga sederhana. Namun, Veronica adalah tipe orang yang tak menilai sesuatu dari materi dan kedudukannya saja.
Sosok wanita yang begitu bijaksana dan selalu mementingkan kebahagiaan putranya. Wanita yang bernama lengkap Victoria Wilson itu adalah ibu kandung dari Denis. Menjadi seorang single parent sejak Denis berusia 16 tahun tak membuat putra satu-satunya itu merasakan hidup dalam kekurangan karena Victoria berhasil menjelma menjadi seorang CEO, sekaligus pendiri salah satu perusahaan ternama di kota London yang kini dipegang sepenuhnya oleh Denis.
"Denis, besok kamu ajak Karen liburan ya! Kalian pergilah honeymoon selama beberapa Minggu ke depan, biar masalah perusahaan akan menjadi urusan Max. Mommy ingin rumah ini segera dipenuhi dengan suara anak-anak dari kalian berdua agar Mommy tidak merasa kesepian lagi. Apalagi Mommy sekarang sudah tua jadi bisa kapan saja kematian datang menjemput Mommy dan sebelum itu terjadi, Mommy ingin merasakan kebahagiaan saat memeluk seorang cucu, anak dari kalian berdua!" pinta Victoria sambil menatap wajah Denis dan Karen secara bergantian dengan menampilkan seulas senyuman, yang menandakan jika wanita itu kini sangat bahagia karena melihat putra semata wayangnya sudah memiliki seorang istri.
Perkataan Victoria membuat Denis langsung mengalungkan kedua tangannya di pundak wanita yang begitu dicintainya itu. Denis memang sangat menyayangi Victoria, walau ada beberapa hal yang membuatnya menjadi keras kepala. Salah satunya tentang masalah hubungannya dengan Valeri yang harus kandas karena terhalang restu Victoria sebagai orang tua.
Saat itu Victoria memberikan Denis dua pilihan, menikah dengan anak dari sahabatnya atau menikah dengan wanita pilihannya sendiri, asalkan itu bukan Valeri yang selalu membuat Victoria muak saat mendengar nama itu disebut oleh putranya.
Denis sangat anti dengan perjodohan, itulah sebabnya Victoria membebaskan Denis dalam memilih pendamping hidup untuknya, walau secara diam-diam Victoria ternyata menyelidiki semua wanita yang dekat dengan Denis. Hingga tak jarang, Victoria selalu membuat wanita yang dianggapnya tidak baik untuk putranya sampai pergi meninggalkan Denis tanpa kabar berita.
"Jangan bicara seperti itu dong, Mom. Aku pasti akan memberikan cucu yang cantik dan tampan untuk Mommy karena aku memang sudah merencanakan untuk pergi honeymoon bersama Karen ke Bali. Kebetulan aku dan Abraham sudah membuat janji untuk pergi liburan bersama ke Indonesia, couple honeymoon gitu ceritanya."
Victoria pun mengulas senyuman hangat di wajah cantiknya, walau sudah tampak beberapa keriput di keningnya yang tidak dapat disembunyikannya.
"Wah bagus dong kalau kamu benar pergi liburan bersama Abraham dan istrinya. Akan tetapi kamu harus ingat ya, jangan macam-macam selama liburan di sana! Kamu dan Karen harus selalu baik-baik. Oh ya, memangnya kapan kalian berencana untuk pergi ke Bali? Berangkat pakai jet pribadi keluarga kita saja ya agar perjalanan kalian terasa nyaman."
"Kita rencananya akan pergi besok, Mom. Aku rasa lebih baik naik pesawat saja, lagipula tiketnya juga sudah Abraham pesan untuk 4 orang."
"Baiklah kalau begitu. Kamu harus janji sama Mommy untuk menjaga dan menyayangi Karen sepenuh hatimu. Ingat! Cintai dia setulus kamu menyayangi Mommy dan jangan pernah kamu sakiti menantu Mommy yang cantik ini!" pinta Victoria sambil menatap ke arah Karen yang berada di belakang tubuh putranya.
Karen yang merasa namanya terus disebut dan dibanggakan oleh Victoria di hadapan Denis, hanya mampu mengulas senyuman yang menghiasi wajah cantiknya. Jujur saja, wanita itu merasakan hatinya begitu tersentuh saat menyaksikan cara Denis yang begitu menyayangi ibunya dan ketika mendengar perkataan Victoria yang meminta Denis untuk menjaga dirinya dengan baik.
Kedua sudut bibir Karen mulai terulas dari kedua sudut bibirnya yang sedari tadi hanya terdiam mendengar percakapan yang terjadi antara ibu dan anak.
"Mommy sangat baik kepadaku, dia begitu menghargaiku dan sudah menganggapku seperti anaknya sendiri. Padahal derajat kehidupan kami berdua sangat berbeda jauh, ditambah aku hanya seorang anak yatim piatu yang sudah tidak mempunyai kedua orang tua saat ini, tetapi dia tidak pernah merendahkanku sama sekali. Sangat berbeda dengan Denis yang tidak memiliki hati, bisanya hanya terus mengancam dan memaksaku untuk menuruti semua keinginannya!" batin Karen yang masih belum mengenali Denis secara luar dan dalam.
()()()()()
Bersambung✍️