Tayra terbangun lebih dulu. Di sampingnya ada Abi yang masih lelap dalam tidurnya. Mereka tidur berpelukan sepanjang malam. Tayra pindahkan secara perlahan tangan Abi dari pinggangnya. Tayra bangun, mengambil bathdrobe kemudian turun dari kasur. Hari masih sangat pagi. Jam setengah enam. Tayra membuka pintu kemudian duduk di kursi yang tersedia di balkon. Dari sini dia bisa melihat matahari yang masih malu-malu di ujung sana. Tayra menatap jauh ke depan. Ia sudah hampir berumur 22 tahun. Namun hingga saat ini yang Tayra rasakan adalah bahwa ia masih dapatkan luka yang sama. Bertahun-tahun berlalu. Tayra pikir saat ia kembali ke Indonesia, akan ada yang berubah. Tapi ternyata harapannya tidak terwujud. Nihil. Bukannya bahagia, yang Tayra dapatkan justru sakit hati lagi. Kecewa lagi. “Ta