Bukan hal yang sulit bagi Sifa untuk menemukan tempat makan yang masih buka meski sudah lewat tengah malam. Pekerjaannya yang seringkali tidak mengenal waktu membuatnya hafal setiap sudut kawasan di sekitar rumah sakitnya. Salah satunya adalah restoran yang buka dua puluh empat jam tak jauh dari Medical Centre itu. Tadinya selesai menemani Aksa makan Sifa berniat mengantarnya pulang. Dengan keadaannya yang seperti itu mana mungkin dia tega membiarkannya pulang naik taxi sendirian. Tapi dirinya semakin dibuat gemas karena setelah bermenit menit berlalu, Aksa masih juga tampak bingung hendak kemana. Sifa tahu pulang ke rumah jelas tidak mungkin bagi Aksa. Kembali ke apartemen sama halnya membiarkan mereka menemukan keberadaannya, sedang Aksa bilang masih ingin sendiri. Satu-satunya tempat