Naughty sister

1070 Kata
Theo, Tina dan Tamara seketika membalikkan tubuh mereka. Mereka melihat Gilah dan Dilah di hadapan mereka bernapas lega. "Akhirnya kalian datang juga, ayo gabung sama yang lain," kata Gilah dengan senyum lebar. Mereka semua duduk di kursi meja bartender bergabung bersama teman-teman Gilah yang sudah duluan di sana. "Kalian mau pesan apa?" tanya Dilah. "Hmm, aku jus aja deh," jawab Tamara. "Enggak seru banget sih lu, Tamara. Pesan vodka aja, sesekali kan enggak apa-apa," kata Dilah dengan nada mengejek. "Iya, Tamara, pesan aja vodka. Mumpung kita lagi di club," bujuk Tina. "Oke deh, minum segelas aja pasti enggak mabuk," balas Tamara. "Hmm, aku samain aja kayak Tamara dan Tina," kata Theo. "Siap, Bro," balas Dilah. Dilah memesankan minuman untuk mereka semua ke bartender. Tidak lama minuman berwarna bening tersebut disajikan ke hadapan mereka. "Ayo kita cheers dulu," kata Gilah sambil mengangkat gelasnya. Ting Suara gelas mereka saling berdenting berbunyi. Mereka semua mulai meminum vodka tersebut. Tamara, Tina dan Theo yang baru pertama kali meminumnya merasakan rasa yang aneh pada vodka tersebut. "Woi, Gilah! ini rasanya enggak enak banget!" teriak Tina yang baru meneguk sedikit vodkanya sambil menjulurkan lidahnya. "Benar kata Tina, rasa minuman ini aneh banget," kata Theo matanya merem melek. "Iya, rasanya weird banget. Kok kalian suka sih?" tanya Tamara heran. "Ini memang rasanya begini. Minum aja lagi dijamin enak tahu atau mau coba minuman lain aja?" tanya Gilah. "Ini aja deh. Malas kalau pesan lagi, nanti malah rasanya tambah enggak jelas," jawab Tina. Akhirnya Tina, Tamara dan Theo meminum habis satu gelas kecil tersebut. Entah mengapa setelah meminum minuman tersebut kepala mereka merasa pusing dan mereka bertiga mulai meracau tidak jelas. "Gilah, Dilah, kok kepala aku terasa mutar-mutar, ya?" tanya Tina sambil memegang kepalanya. "Lu enggak biasa minum beginian berarti," jawab Gilah. "Tamara, Theo, Tina, yuk kita bergoyang di lantai dansa," ajak Dilah. "Wah, boleh tuh," kata Theo. "Iya. Kayaknya seru deh, mumpung di sini," balas Tina dengan langkah sempoyongan. "Aku mau mau, sesekali menghilangkan stress gara-gara kakak gila," kata Tamara terkekeh. Dilah dan Gilah membantu Tina, Theo dan Tamara yang jalannya sudah sempoyongan ke lantai dansa. Mereka semua mulai menggoyang-goyangkan tubuhnya mengikuti alunan musik yang berdentung sangat kencang. *** Seorang pria melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Saat melewati ruang makan, ia melihat tidak ada Tamara di sana menghampiri kedua orang tuanya yang sedang menikmati makan malam. Dia duduk tepat di hadapan orang tuanya. "Tamara enggak ikut makan malam, Pa, Ma?" tanya Justin. "Adik kamu menginap di rumah Tina untuk ngerjain tugas bareng sama Tina," jawab Romeo. "Loh, kok Papa kasih izin Tamara menginap di rumah orang sih?" tanya Justin kesal. "Justin, sesekali adik kamu menginap enggak apa-apa, dia kan juga perlu kebebasan untuk bepergian. Lagian dia nginap di rumah Tina ini kok," jawab Romeo sambil memakan makananya. "Pa, Justin mau pergi jemput Tamara. Justin tidak mau hal buruk sampai terjadi pada Tamara," kata Justin sambil mengepalkan tangannya. "Justin, biarkan saja Tamara menginap sehari di rumah Tina, besok juga balik ke rumah kok," balas Romeo. "Pa, Justin merasa kalau Tamara itu nginap di rumah orang lain dia tidak aman," kata Justin dengan tatapan tajamnya. "Baiklah, tapi kalau adik kamu tetap mau menginap di sana biarkan saja ya dan kamu ke sana hanya untuk memastikan Tamara, oke," balas Romeo. "Iya, Pa," balas Justin. Setelah berpamitan kepada kedua orang tuanya, Justin langsung melangkahkan kaki menuju mobil yang berada di halaman rumah. Justin yang sudah masuk ke dalam mobil mulai melajukan mobil dengan kecepatan sedang menuju rumah Tina. "Awas saja kalau dia berbuat macam-macam, akan aku hukum dia," gumam Justin dengan wajah yang mengeras. Sesampainya di rumah Tina, Justin keluar dari mobil lalu ia menghampiri satpam yang berjaga di depan rumah Tina. "Selamat malam, Pak. Nona Tinanya ada?" tanya Justin. "Tuan siapanya Nona Tina ya dan ada keperluan apa?" tanya Dirga satpam rumah Tina. "Saya mencari adik saya, Tamara temannya Tina," jawab Justin. "Tuan, maaf. Tadi Nona Tina dan temannya yang perempuan serta pria pergi bersama-sama entah ke mana, Tuan," balas Dirga. "Ya udah, makasih, Pak," kata Justin. Justin langsung masuk kembali ke dalam mobilnya. "Di mana kamu Tamara?" gumam Justin frustasi. Justin yang mengingat dia pernah memasang alat pelacak di ponsel Tamara mengeluarkan ponselnya. Ia melihat posisi Tamara saat ini sedang berada di Xander Club mengepalkan tangannya. "Apa yang adik kecilku lakukan di sana?!" teriak Justin. Wajahnya sudah memerah dan giginya bergemeletuk, ia benar-benar emosi. Justin mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju tempat Tamara berada. Sepanjang perjalanan Justin terus menyalip mobil yang ada di hadapannya. Hati Justin merasa gusar saat mengingat Tamara sedang berada di club. Bugh bugh Justin memukul setir mobil. "Tamara kamu kenapa berani sekali pergi ke tempat itu?" gumam Justin. Beberapa menit kemudian Justin sampai di depan Xander Club. Ia langsung keluar dari mobil. Justin melihat sekelilingnya dan mendapati adiknya sedang bergoyang di lantai dansa bersama para pria yang juga bergoyang di hadapan Tamara bahkan sesekali menyentuh tubuh Tamara. "Sialan?!" pekik Justin mengepalkan tangannya. Ia berjalan cepat menuju Tamara. Bugh bugh Justin memukul pria yang ada di dekat adiknya dengan penuh amarah membuat semua orang berhenti bergoyang dan para bodyguard berusaha memisahkan Justin dan para pria yang dipukul Justin. Sedangkan Tamara hanya tertawa. "Kakak menjemputku? Kakak mending di rumah aja. Aku bosan harus terus bersama Kakak," kata Tamara. "Tuan, sebaiknya anda keluar," kata bodyguard. "Memang saya mau keluar, saya cuma mau membawa adik saya," balas Justin dengan emosi menggebu-gebu. Justin menggendong Tamara yang sudah sangat mabuk ke dalam dekapannya lalu Justin membawa Tamara menuju mobil. Sesampainya di depan mobil, ia segera membuka pintu, kemudian memasukkan Tamara ke dalam mobil. Justin menutup pintu mobil lalu ia memutar dan masuk ke dalam mobil sisi kemudi. "Tamara, akan aku hukum kamu pas sampai rumah," kata Justin. Justin mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju rumahnya. Sepanjang perjalanan Tamara terus mengoceh tidak jelas membuat Justin kupingnya terasa panas. Tidak lama mobil yang dikendarai Justin berhenti di depan rumah. "Kakak kita di mana? Apa kita masih di club?" tanya Tamara sambil terkekeh. Justin tidak menghiraukan racauan Tamara. Justin keluar dari mobilnya lalu ia membuka pintu sisi Tamara, kemudian menggendong Tamara. Justin berjalan masuk ke dalam rumah membuat Romeo dan Renata kaget melihat putrinya. "Justin, apa yang terjadi dengan Tamara?" tanya Renata panik. "Tuh kan, dugaan aku benar, Ma. Tamara dikasih izin menginap malah dia pergi bersama teman-temannya ke club, Ma. Sudah Justin bilang jangan pernah mengizinkan Tamara menginap tapi Papa dan Mama tidak mengerti," kata Justin dengan tatapan tajamnya. Hoekk
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN