Tiba-tiba Tamara memuntahkan seluruh makanannya ke kemeja Justin membuat Justin mendengus kesal.
"Justin, biarkan Mama aja yang membawa Tamara ke kamar," kata Renata.
"Ma, Justin bisa mengurus Tamara sendiri, jadi biarkan Justin yang bawa Tamara ke kamar," balas Justin tegas.
"Baiklah," kata Renata mengalah. Dia tahu Justin sangat marah saat ini.
Justin membawa Tamara ke kamar. saat sudah sampai di kamar Tamara, Tamara dibaringkan di sofa panjang yang ada di dalam kamar oleh Justin.
Justin melihat terdapat bekas muntahan di pakaiannya memutuskan untuk pergi ke kamarnya dulu untuk mengganti pakaian yang terkena muntahan. Justin yang sudah sampai di kamarnya langsung mengambil pakaian di lemari lalu ia masuk ke dalam kamar mandi.
"Sebaiknya aku memanggil Bi Lauren untuk mengganti baju Tamara, karena tidak mungkin kalau aku yang menggantikannya," gumam Justin sambil membersihkan diri di kamar mandi kamarnya.
Justin yang sudah selesai mandi memakai pakaiannya lalu ia berjalan keluar dari kamar menuju kamar Bi Lauren.
Tok tok tok
Bi Lauren yang berada di kamar mendengar suara ketukan yang sangat kencang terbangun dari tidurnya.
"Siapa sih yang ganggu bobo cantik aku," gumam Bi Lauren kesal.
Bi Lauren beranjak dari ranjang lalu ia langsung membuka pintu.
Ceklek
Pintu terbuka. Ia melihat Justin yang berdiri di hadapannya menatap majikannya.
"Bi, tolong bersihkan tubuh Tamara. Tadi dia muntah di bajunya," kata Justin.
"Baik, Tuan," balas Bi Lauren.
Bi Lauren menutup pintu kamarnya lalu ia berjalan menuju kamar Tamara diikuti Justin di belakangnya. Sampai di kamar Tamara, Justin mendudukkan diri di sofa sambil membaca majalah bisnis yang ada di meja, sedangkan Bi Lauren mulai menggantikan pakaian Tamara yang kotor dengan pakaian tidur.
"Tuan, saya sudah selesai," kata Bi Lauren.
"Baik, Bibi boleh pergi," balas Justin.
Bi Lauren pergi dari kamar Tamara setelah berpamitan. Justin meletakkan majalah di tangannya ke meja lalu ia menghampiri Tamara yang masih di sofa, kemudian ia menggendong Tamara ke ranjang. Justin merebahkan diri di samping Tamara. Ia melihat Tamara tersenyum dalam tidurnya merasa kesal apalagi saat ia mengingat kejadian tadi.
"Kamu sekarang bisa tersenyum tapi besok pagi aku akan menghukum kamu," kata Justin sambil mencubit pipi Tamara.
Tamara yang dicubit hanya menggeliatkan tubuhnya. Justin menarik tubuh Tamara ke dalam dekapannya. Perlahan Justin yang mulai mengantuk tertidur.
***
Tina, Theo, Gilah dan Dilah yang melihat tadi Tamara dibawa pergi dengan paksa oleh kakaknya hanya bisa diam saja. Mereka tidak berani mencampuri urusan Tamara apalagi tadi kakaknya Tamara memukul pria berbadan besar dan berhasil membuat pria itu tumbang.
"Tina, itu siapanya Tamara sih?" tanya Gilah.
Tina yang sudah sangat mabuk menatap Gilah yang menanyakan sesuatu pada dirinya.
"Oh, itu kakaknya Tamara. Santai aja, dia enggak bakal melukai Tamara kok," jawab Tina.
"Dikira gue pacarnya," kata Gilah.
"Mana mungkin Tamara sudah punya pacar, Tamara aja susah banget didekati sama cowok," balas Theo.
Tina dan Theo yang sudah sangat mabuk akhirnya perlahan mulai kehilangan kesadarannya dan hampir terjatuh, tapi untung Gilah dan Dilah reflek memegang tubuh mereka berdua.
"Gilah, ini gimana? Sepertinya mereka sudah sangat mabuk," kata Dilah.
"Kita taruh aja di sofa," kata Gilah.
Perlahan Dilah dan Gilah meletakkan tubuh Tina dan Theo ke sofa yang ada di club tersebut.
"Terus ini gimana nasib mereka? Apa kita hubungi aja keluarganya?" tanya Dilah.
"Kamu gila, Dilah! Sudah, biarkan saja mereka di sini. Ayo kita gabung sama yang lain," jawab Gilah.
Gilah dan Dilah akhirnya meninggalkan Tina dan Theo di sofa. Mereka berdua berjalan bersama menuju temannya Gilah yang masih meminum minumannya di depan meja bartender.
"Woi, Bro, itu cewek yang barengan sama kalian yang cantik banget itu kok dibawa paksa sama cowok lain sih? Terus berani banget dia nonjokin pria yang tadi bergoyang bersama cewek itu," kata Dera.
"Itu kakaknya ternyata. Mungkin kakaknya si Tamara tidak tahu kali kalau yang ditonjok itu adalah pengusaha terkenal," balas Gilah.
Gilah dan Dilah duduk di sebelah Dera, lalu mereka memesan beberapa minuman lagi dan juga cemilan.
***
Hari semakin larut. Tino yang berada di parkiran mobil melihat ponselnya tidak mendapati telepon dari Theo semakin merasa khawatir.
"Aduh, Tuan Theo kok belum nelepon ya," gumam Tino.
Drt drt
Tino melihat ponselnya berdering menampilkan Tere mamanya Theo segera mengangkatnya.
"Hallo, Tino. Kamu dan Theo di mana?" tanya Tere.
Tino seketika bungkam. Ia bingung mau menjawab apa ke Tere.
"Tino, kamu masih di sana?" tanya Tere.
"Tuan Theo dan temannya masih berada di club, Nyonya," jawab Tino.
"Tino, saya minta segera bawa anak saya pulang ke rumah," perintah Tere.
"Baik, Nyonya," balas Tino.
Setelah telepon terputus Tino segera keluar dari mobilnya berjalan masuk ke dalam club. Tino mengedarkan pandangannya. Ia melihat sosok yang dia kenal segera menghampirinya.
"Aduh, kok mereka berdua bisa mabuk seperti ini sih," gumam Tino.
Bodyguard yang menjaga club melihat Tino seperti orang linglung menghampirinya.
"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya bodyguard itu.
"Pak, bisa bantu saya membawa kedua anak ini? Mereka berdua adalah majikan saya," kata Tino sambil memberikan beberapa uang kertas.
Bodyguard itu tersenyum dan langsung membantu Tino membawa Theo dan Tina. Sesampainya di depan mobil, Tina dan Theo langsung dimasukkan ke dalam mobil, lalu Toni mengucapkan terima kasih dan masuk ke dalam mobil.
"Tino, kamu kok ada di sini? Aku di mana? Kenapa gelap?" gumam Theo.
Tino menyalakan mesin mobilnya lalu ia mulai memacu mobilnya dengan kecepatan sedang menuju rumah Theo karena tidak mungkin ia mengantar Tina ke rumahnya, sedangkan ia tahu bahwa orang tua Tina sedang tidak berada di rumah. Beberapa menit kemudian mobil yang dikendarai Tino sampai di depan rumah Theo.
Tok tok tok
Pintu diketuk oleh mamanya Theo. Tino melihat majikan perempuannya sudah berada di depan jendela mobil langsung turun dari mobil.
"Nyonya, maaf. Tuan Theo dan temannya mabuk berat," kata Tino.
"Tino, kamu bawa Theo ke kamarnya. Untuk temannya kamu antar pulang saja ke rumahnya," perintah Tere.
"Maaf, Nyonya. Temannya Tuan Theo rumahnya sedang tidak ada orang, dan sangat tidak baik mengantarkan orang dalam keadaan mabuk ke rumah kosong. Saya takut terjadi apa-apa dengan temannya tuan," balas Tino.
Tere yang mendengar alasan Tino akhirnya memerintahkan satpam yang berjaga untuk menggendong Tina ke kamar tamu, sedangkan Theo digendong oleh Tino ke kamarnya.
"Anak jaman sekarang tidak bisa diduga," gumam Tere.
Tere masuk ke dalam rumah. Ia melihat suaminya baru turun dari atas menghampirinya.
"Mama kenapa keluar?" tanya Toto.
Tere memikirkan apa yang harus dijawab pada suaminya. Ia tidak mau kalau suaminya marah besar kepada Theo.
"Mama kenapa diam? Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Toto dengan tatapan tajam.
"Pa—"