Beberapa menit kemudian, mobil yang dikendarai Romeo sampai di depan halaman rumahnya. Mereka bertiga keluar dari mobil, berjalan menuju ke dalam rumah. Saat sudah di dalam rumah, Romeo melihat Renata sudah di rumah menghampirinya diikuti anak-anaknya.
"Wah, anak Mama sudah pulang, gimana sekolahnya?" tanya Renata lembut.
"Buruk, sangat buruk, Ma," jawab Justin yang sudah duduk di kursi ruang makan.
"Loh kok buruk?" tanya Renata.
Justin tidak menanggapi perkataan Renata dan ia justru mengambil makanan yang ada di hadapannya. Ia sangat malas membahas pertanyaan yang dilontarkan Renata kepadanya. Renata menggelengkan kepalanya lalu ia ikut duduk bersama anak dan suaminya.
"Tamara, ayo dimakan," kata Renata.
Tamara hanya menganggukkan kepalanya, lalu ia mulai mengambil lauk pauk yang ada di meja makan. Mereka semua makan dalam hening tanpa ada suara sama sekali. Renata merasa aneh dengan suasana di ruang makan merasa penasaran apa yang terjadi dengan keluarganya saat ini.
"Ikan hias, ikan cantik, ayo dibeli!" teriak pedagang ikan yang lewat di depan rumah mereka.
Justin mendengar teriakan abang penjual ikan buru-buru menyelesaikan makannya lalu menatap papa dan mamanya yang masih makan. Ia ingin sekali membeli ikan yang dijual.
"Pa, Ma, Justin mau beli ikan, boleh ya?" tanya Justin.
"Kenapa ada penjual ikan di perumahan ini?" kata Romeo heran.
"Iya juga ya, Pa," balas Renata yang bingung
Tiba-Tiba Bi Lauren berlari dari dapur ingin keluar.
"Bi, ada apa?" tanya Renata
"Maaf, Nyonya, Tuan, saya mau hampirin pacar saya dulu di luar," jawab Bi Lauren malu-malu.
"Ohh, penjual ikan itu pacar kamu. Makanya tadi saya dan Romeo bingung, jarang-jarang ada yang jual ikan di perumahan ini. bilangin pacar kamu, hati-hati kalau jualan ikan di sini, takutnya diusir petugas keamanan," kata Renata menasihati Bi Lauren.
"Iya, Nyonya. Terima kasih atas nasihatnya," balas Bi Lauren.
"Ma, Pa, aku mau beli ikan, boleh kan?" tanya Justin.
"Tentu saja boleh. Mending kamu titip Bi Lauren aja," jawab Romeo.
"Boleh, Tuan Justin. Ikannya bebas kan warnanya?" tanya Bi Lauren.
"Iya bebas, Bi," jawab Justin.
"Aku juga mau beli ikan hias," kata Tamara tiba-tiba membuat Romeo dan Renata tersenyum karena akhirnya Tamara berbicara setelah aksi diam-diaman.
"Iya, Sayang, kamu juga boleh membelinya. Titip juga sama Bi Lauren ya," balas Renata.
"Jadi belinya sepasang ya, Bi. Satu cewek dan satu lagi cowok. Suruh pacar Bibi pilihin yang bagus," perintah Justin.
Iya, Tuan Justin," balas Bi Lauren lalu pamit menuju keluar.
Setelah selesai makan, Justin menggandeng tangan Tamara berjalan ke kamar diikuti oleh Renata di belakang karena Renata akan memandikan kedua anaknya.
"Sayang, ayo buka baju seragamnya. Kita mandi bareng kakak kamu juga," perintah Renata.
"Aku enggak mau mandi bareng kakak. Kakak kan laki-laki, aku ini perempuan, tidak boleh mandi bareng," balas Tamara membuat Renata gemas dan mencubit pipi Tamara yang gembul.
"Emang kenapa? Kan aku Kakak kamu, jadi boleh mandi bareng, apalagi ada mama di sini. Biar mama enggak capek juga ganti-gantian mandiin kita, kita kan masih kecil jadi tidak apa-apa," kata Justin ketus.
"Sudah sudah, jangan bertengkar. Kalian berdua buka pakaian lalu taruh di keranjang kotor, baru abis itu mandi deh," perintah Renata dengan lembut.
"Aku cuma mau Tamara mengerti, Ma," balas Justin kesal.
Renata menganggukkan kepalanya kepada putranya dan membelai lembut kepala Justin agar Justin tidak melanjutkan pertengkarannya lagi.
setelah memasukkan baju kotor, mereka masuk ke kamar mandi. Tamara masuk ke bathtub duluan sambil bermain bebek-bebekan, lalu Justin menyusul ke dalam bathtub juga dan dimandikan oleh Renata. Mereka tertawa bersama dan bercanda.
"Oh iya, Tamara adikku sayang, tadi kok kamu ikut-ikutan beli Ikan, emang kenapa?" tanya Justin.
"Hmm biar aku enggak kesepian, terus kan ikannya sepasang tuh jadi mereka bisa berkembang biak yang banyak, jadi aku enggak kesepian lagi deh kayak dulu di panti," jawab Tamara polos.
"Loh, sekarang kan Tamara sudah jadi anak Mama dan papa, terus ada Kak Justin juga, jadi enggak bakal kesepian," balas Renata.
"Betul tuh kata Mama," kata Justin.
"Tapi Tamara tetap mau ikannya," balas Tamara.
"Iya, Sayang. Ikannya udah dibeli kok sama Bi Lauren," kata Renata.
Setelah sedikit pembicaraan di kamar mandi dan bersih-bersih selesai, Renata mengeringkan tubuhnya dan rambut anak-anaknya, tak lupa ia memakaikan Justin dan Tamara pakaian.
Tok tok tok
Pintu kamar diketok. Renata berjalan menuju pintu dan membukanya. Suaminya sudah di depan dengan ikan dan akuarium kecil.
"Anak-anak, Papa bawain ikan kalian nih!" teriak Renata.
Justin dan Tamara mendekati papa mereka. Romeo diikuti kedua anaknya dari belakang menaruh akuarium kecil itu ke atas meja yang ada di kamar Justin.
Ikan yang masih di dalam plastik diambil Tamara.
"Tamara, taruh ikan kamu di dalam akuarium ini," kata Romeo.
"Iya, Pa, biar aku yang bantu," kata Justin.
Justin mengambil gunting lalu ia menggunting plastik ikan tersebut. Tamara menuangkannya ke dalam aquarium berbentuk bulat tersebut. Matanya berbinar saat melihat ikannya berenang bebas di dalam akuarium, tidak seperti tadi yang dikurung di dalam plastik kecil. Justin melihat Tamara seru sekali memandang ikan tersebut ikut menatap ikan kecil itu.
"Nama ikannya siapa, Tamara?" tanya Justin.
"Namanya yang cewek Tamara kalau yang cowok Justin," jawab Tamara.
"Kenapa kamu kasih nama kita berdua ke ikan itu?" tanya Justin.
"Kan kita kakak beradik, jadi aku kasih namanya kita," jawab Tamara.
"Baiklah, kamu adikku dan milikku selamanya, lalu nanti kita juga bisa berkembang biak," balas Justin.
"Aku mana bisa berkembang biak," kata Tamara polos.
"Justin, kamu jangan berbicara aneh-aneh pada adik kamu," kata Renata menegur putranya
"Aku hanya menjelaskan saja, Ma, bahwa Tamara selamanya milikku suatu hari nanti," balas Justin kesal.
"Sudah, Ma. Biarkan Justin," kata Romeo.
Akhirnya Mereka berdua terus memandangi ikan tersebut, sedangkan Renata mengajak suaminya ke dapur meninggalkan Tamara dan Justin di sana.
"Romeo, sepertinya ada yang aneh dengan Justin," kata Renata.
"Perasaan Justin biasa aja deh, Ma," balas Romeo.
"Tapi itu loh, Pa, kayaknya Justin menganggap Tamara bukan adiknya tapi hanya sebagai hadiah, Pa. Dia hanya pura-pura mengganggap Tamara adiknya bahkan berkata Tamara adalah miliknya, Pa," kata Renata.
"Sudahlah, Ma. Jangan memikirkan hal yang aneh, Papa lihat Justin biasa aja kok ke Tamara dan mungkin Justin hanya posesif kepada adiknya," balas Romeo.
Setelah perdebatan itu, Romeo dan Renata kembali ke kamar anak mereka. Mereka melihat Tamara dan Justin masih fokus melihat ikan ikut memandang ikan itu bersama anaknya.
"Kamu suka ikannya, Sayang?" tanya Renata lembut pada Tamara.
"Suka, Ma. Ikannya lucu, mereka kejar-kejaran," jawab Tamara.
Drt drt
Tiba-tiba ponsel milik Romeo berdering. Romeo melihat asistennya yang menelepon meminta izin kepada istrinya untuk mengangkat ponselnya. Saat sudah di depan rumah, ia segera menekan tombol hijau kemudian menempelkan handphonenya ke telinganya.
"Hallo, Jack. Ada apa?" tanya Romeo.
"Tuan, hari ini ada meeting dadakan untuk membahas pembangunan proyek apartemen mewah milik kita," jawab Jack.
"Baik, Jack. aku akan segera ke kantor, dan tolong minta pada mitra kita untuk menunggu sebentar," balas Romeo.
Telepon diputuskan sepihak oleh Romeo, lalu ia menghampiri istrinya yang masih berada di ruang tamu bersama anak-anaknya.
"Sayang, aku pamit ke kantor bentar ya, soalnya ada meeting dadakan. Nanti aku akan ikut makan malam kok," pamit Romeo.
"Hati-hati ya, Sayang," balas Renata.
Romeo mengecup kening Renata dan juga anaknya, lalu Renata dan anaknya mengantar Romeo sampai ke mobil, mereka melambaikan tangan ke arah Romeo sebelum mobil Romeo pergi. Renata melihat kepergian Romeo hanya bisa menghelakan napas karena setiap kali Romeo berjanji akan berada di rumah hari ini, belum tentu itu terjadi.
"Tamara, Justin, bantu Mama buat puding yuk, mau kan?" tanya Renata.
"Mau, Ma," balas Tamara.
"Aku ikut aja, Ma," kata Justin.
Mereka bertiga berjalan menuju dapur. Sesampainya di dapur Renata mulai mengeluarkan semua bahan yang akan digunakan untuk membuat puding. Renata mencampurkan semua bahan ke dalam dua cetakan puding lalu ia menyerahkan ke Justin dan Tamara. Justin yang sudah mengerti apa maksud mamanya langsung mengocok adonan puding itu dan Tamara juga ikut melakukan hal yang sama.
"Sudah cukup, Sayang. Sini Mama masakan dulu," kata Renata.
Renata mengambil alih kedua cetakan puding tersebut lalu ia meletakkan di atas kompor. Sambil menunggu puddng tersebut mendidih, Renata mengajak kedua anaknya duduk di kursi ruang makan.
"Tamara, Mama kan enggak pernah nanya soal makanan favorit kamu, nah mumpung kita sedang berkumpul di sini, kamu cerita ya hal apa yang kamu suka dan tidak suka," kata Renata yang melihat Tamara terkadang terlihat murung.
Akhirnya Tamara menceritakan bahwa ia sangat suka bermain bersama kucing dan makanan favoritnya adalah ayam goreng tapi karena selama ini dirinya tinggal di panti ia sangat jarang memakan ayam goreng. Renata mendengarkan penuturan Tamara hatinya merasa sakit karena anak sekecil ini sudah tidak memiliki orang tua bahkan disaat Tamara ingin memakan makanan favoritnya, dia tidak selalu mendapatkannya.
"Mama janji, selama kamu tinggal bersama Mama, papa dan juga Justin semua kebutuhan kamu akan selalu kami usahakan terpenuhi, tapi janji ya kamu tidak akan nakal apalagi berbuat onar," kata Renata.
"Iya, Ma," balas Tamara.
"Tapi aku janjinya sampai aku lulus sekolah, aku ingin menggapai cita-citaku sendiri. Aku tidak mau bersama Kak Justin terus," gumam Tamara.
Renata yang merasa puding buatannya sudah matang berjalan menuju dapur lalu ia mematikan kompor, kemudian meletakkan pudding tersebut ke kulkas. Sambil menunggu puding tersebut menjadi dingin, ia mengambil cemilan cookies yang ada di rak dapur dan membawanya ke tempat anaknya berada.
"Ayo anak-anak Mama, dimakan cookiesnya," kata Renata.
Renata membuka toples kue tersebut, lalu mereka bertiga mulai mengambil satu per satu cookies coklat tersebut. Tamara yang merasa cookies tersebut terasa sangat enak terus mengambilnya dan memakannya, sedangkan Justin hanya memperhatikan adiknya tanpa berminat mengambil cookies tersebut lagi.