My boyfriend

1070 Kata
Tamara menghembuskan napas kasar dan membiarkan Justin tetap memeluk dia. "Tamara, kamu libur ya hari ini, temanin Kakak di kantor ya," ajak Justin. "Kak, aku tidak mau bolos. Ayolah Kak, lepasin, aku mau bersiap untuk ke sekolah," balas Tamara. "Morning kiss dulu," pinta Justin. "Apaan sih, Kak, aku enggak ngerti maksud kakak," balas Tamara kesal. Justin yang mendengar Tamara kesal dengan dia melepaskan Tamara. Tamara langsung berlari, mengambil pakaian seragamnya lalu ia masuk ke dalam kamar mandi. "Tamara, nanti kalau udah siap turun ke bawah ya, Kakak mau masak untuk kamu hari ini!" teriak Justin. "Iya, Kak," balas Tamara memutar bola matanya dari dalam kamar mandi. Justin beranjak dari ranjang Tamara lalu ia berjalan keluar dari kamar menuju dapur. Sampai di dapur, ia melihat Bi Lauren sedang memasak sesuatu menghampirinya. "Bi Lauren, lagi masak apa?" tanya Justin. "Ini, Tuan, saya lagi membuat sup," jawab Bi Lauren. "Bi, biarkan aku aja yang melanjutkannya, Bibi istirahat aja," kata Justin. "Tapi, Tuan, masa Tuan yang masak dan saya hanya di kamar," kata Bi Lauren heran. "Sudah ya, Bi, tidak ada bantahan biarkan saya yang masak," balas Justin dengan tatap tajamnya. Bi Lauren yang melihat tatapan tajam Justin bergidik ngeri dan langsung berpamitan ke Justin untuk ke kamarnya duluan. "Aku akan memulai memasak makanan untuk Tamara," gumam Justin. Justin melihat sup itu sudah matang segera mematikannya. Ia menuangkan sup tersebut ke mangkok yang ia ambil dari cabinet. Setelah itu, Justin menaruh ke meja makan, kemudian ia mengambil semua bahan-bahan yang dibutuhkan untuk memasak. Justin mulai mencampur semua bahan lalu ia mulai memasak makanannya. Tap tap tap Terdengar suara langkah kaki membuat Justin menoleh. Ia melihat adiknya yang turun dari atas sudah mengenakan seragamnya. "Tamara, tunggu bentar ya. Bentar lagi udah mau manteng nih," kata Justin. "Iya, Kak," balas Tamara. Tamara mendudukkan dirinya di kursi ruang makan lalu meletakkan ranselnya ke kursi kosong di sampingnya. Drt drt Tiba-tiba ponsel tamara berdering pertanda ada pesan masuk. Tamara mengeluarkan ponselnya, senyum mengembang di bibir Tamara saat melihat ternyata yang mengirimkan pesan kepadanya adalah Theo, kekasihnya. "Hai, Tamaraku sayang, jangan lupa sarapan pagi ya biar enggak sakit," kata Theo. "Iya, Theo. Ini aku lagi nungguin Kak Justin masak, kalau kamu sudah sarapan belum?" tanya Tamara. "Aku udah sarapan dong, ini aku udah mau berangkat. Oh iya, nanti kita makan siang bareng yuk," kata Theo. "Oke, My love," balas Tamara. Justin yang sudah selesai memasak menghampiri Tamara. Ia melihat Tamara tersenyum sendiri menatap ponsel mengernyitkan dahinya. "Kenapa Tamara bisa tersenyum begitu di depan ponselnya? Apa selama ini aku terlalu mengekangnya hingga dia semakin menjauh dariku dan sangat jarang sekali aku mendapatkan senyumannya di hadapanku?" gumam Justin. "Tamara, kamu kenapa senyum sendiri? Ayo sini cerita sama Kakak," kata Justin sambil tersenyum dan meletakkan makanannya ke atas meja. Brakk Tamara yang baru menyadari keberadaan kakaknya tanpa sengaja menjatuhkan ponsel dia. Justin melihat ponsel adiknya terjatuh mau mengambilkan tapi keduluan dengan tangan adiknya. "Enggak ada apa-apa, Kak," balas Tamara dengan senyum kikuknya. "Oh, kalau ada yang mau kamu ceritakan ke Kakak ceritakan ya. Kan kamu tahu Kakak tidak suka jika ada kebohongan diantara kita," kata Justin dengan senyumannya. "Iya, Kak, pasti," balas Tamara kikuk. "Ayo dimakan, jangan main ponsel terus," kata Justin. Tamara buru-buru memasukkan ponselnya ke saku bajunya. Mereka berdua mulai mengambil makanan, lalu mereka memakan dengan lahap. "Kamu yakin tidak mau bolos?" tanya Justin. "Yakin, Kak. Tamara tidak mungkin bolos, soalnya Tamara tidak mau nilai Tamara jelek gara-gara bolos," jawab Tamara. Justin hanya menganggukkan kepalanya mendengar penuturan Tamara. Setelah selesai makan, mereka berdua langsung berjalan menuju mobil. Justin yang sudah berada di dalam mobil bersama Tamara mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju Trinity School. "Tamara, nanti pulang jam berapa?" tanya Justin. "Nanti aku kabarin, Kak," jawab Tamara. "Oke," balas Justin. Beberapa menit kemudian, mobil yang dikendarai Justin sudah sampai di depan lobby Trinity School. "Kak, Tamara turun ya," kata Tamara. "Sini ciumnya dulu mana," kata Justin sambil menunjuk pipinya. "Kak, malu deh, aku udah besar. Lagian kenapa Kakak minta cium sih?" kata Tamara. "Cuma pipi aja. Lagian dulu kamu juga sering kok pas waktu kecil," balas Justin. Tamara yang tidak mau telat akhirnya mengecup pipi Justin singkat membuat Justin tersenyum. "Udah ya, Kak, aku ke kelas," kata Tamara. "Oke. Jangan lupa hubungi Kakak ya kalau udah mau pulang," balas Justin. Tamara mengacungkan kedua jempolnya lalu ia keluar dari mobil menghampiri Theo yang sudah menunggunya di lobby. Tamara memeluk Theo dan mengecup pipi Theo. "Tadi diantar sama siapa?" tanya Theo. "Diantar kakakku. Belakangan ini dia suka sekali menjemput dan mengantarku," jawab Tamara. "Oh. Ayo kita ke kelas," kata Theo. Mereka berdua berjalan bersama menuju kelasnya. Tanpa mereka sadari seorang pria mengeraskan rahangnya dan mengepalkan tangannya melihat adegan yang membuat hatinya terasa panas. "Lihat saja nanti, Tamara, aku akan menghukum kamu dan pasanganmu. Aku pastikan dia akan segera berpisah dari kamu," gumam pria itu. Pria itu langsung melajukan mobilnya meninggalkan Trinity School saat Tamara dan Theo sudah menghilang dari pandangannya. "Wah, sepertinya ada yang lagi jatuh cinta nih," kata Tina yang melihat Tamara dan Theo saling merangkul. "Iya dong. Akhirnya cintaku diterima oleh Tamara," balas Theo sambil melepaskan rangkulannya lalu duduk di kursinya. "Gimana kalian bisa jadian?" tanya Tina penasaran. Theo dan Tamara saling menatap lalu mereka tersenyum menatap Tina yang masih menunggu jawaban mereka. "Tokohnya sangat cepat kejadiannya," jawab Tamara. "Aku maunya cerita detailnya, Tamara," kata Tina. "Baiklah, aku akan ceritakan. Kita jadian di taman kemarin sore," balas Theo. "Loh, kamu enggak bagus banget sih, masa ngajak jadian sama Tamara di taman. Enggak romantis sama sekali sih," kata Tina dengan nada mengejeknya. "Biarin, yang penting diterima," balas Theo. "Tamara, kamu mau aja sih nerima manusia aneh ini, mending cari yang enggak aneh kayak dia," kata Tina. "Kamu enggak suka banget sih kalau Tamara mau sama aku, jangan bilang kalau kamu suka sama aku juga," kata Theo. "Aku suka sama kamu? Jangan bermimpi deh. Sampai aku mati aku tidak akan pernah suka sama kamu," balas Tina. "Udah, kalian kok jadi ribut sih. Jangan ribut, enggak enak dilihatin yang lain," kata Tamara. "Tamara, kamu kok bisa sih suka sama Theo yang aneh itu?" tanya Tina yang masih penasaran. Tamara tersenyum kecil melihat Tina yang masih penasaran dengan jawaban dari dia. "Enggak tahu, Tina, yang pasti entah mengapa aku sangat menyukai Theo sejak lama," jawab Tamara dengan pipi yang merona. "Kalian benar-benar pasangan yang aneh, semoga lancar deh hubungan kalian," kata Tina "Kamu juga temanku yang aneh," balas Tamara membuat mereka tertawa bersama.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN