Part 17- Jangan Menghilang Lagi

1549 Kata
Jika semua orang benci hari senin, berbeda dengan Elsya. Senin pagi ini, gadis itu sudah rapih dengan dress berwarna biru muda dan aksen ikat pinggang berwarna putih. Tak lupa flatshoes berwarna putih dan tas berwarna cokelatnya. Kali ini rambutnya dibiarkan tergerai dan hanya dijepit ke belakang sedikit. Ia pun langsung sarapan bersama kedua orang tuanya seperti biasa. “ Hari ini daddy mau ke Singapore. Kamu mau nitip sesuatu?” tanya Ethan yang seolah ikut merasakan energi positif putrinya pagi ini. Padahal tadinya ia malas sekali pergi ke luar negri, karena selalu merindukan kehangatan rumah ini. “ Hmmm... nggak deh.” Elsya menggelengkan kepalanya. Karena memang ia tak menginginkan apapun untuk saat ini. “ Daddy kan udah sering beliin aku tas, jam tangan, baju... udah kepenuhan lemari aku tuh.” “ Ya beli lemari lagi, sayang,” balas Ethan yang membuat Elsya mendengus. “ Bercanda. Gimana kuliah kamu?” tanyanya penasaran. “ Asik kok.” Elsya tersenyum senang. “ Pasti banyak cowok ganteng ya? Sampe cantik banget setiap mau ke kampus. Daddy jadi iri.” Ethan pura-pura merajuk. “ Apa sih, daddy?” Wajah Elsya jadi bersemu. “ Masa aku ke kampus pake piyama gitu? Terus rambut acak-acakan kayak bangun tidur?” Vio tertawa mendengar jawaban dari putrinya. “ Daddy emang suka berlebihan, sayang.” “ Tau nih, daddy.” Ethan tertawa melihat kekompakan ibu dan anak ini. “ Tapi daddy senang kalau memang kuliah kamu lancar. Oh iya, kami juga punya hadiah buat kamu loh. Sebelum kamu berangkat kuliah. Mau liat?” tanyanya membuat Elsya langsung mengangguk dengan tatapan penasaran. Ethan dan Vio langsung mengajak Elsya ke bagian ruang di dekat halaman belakang. Tadinya ruangan itu memang gudang dan tak terpakai. Namun ketika tempat itu dibuka, membuat Elsya takjub seketika. Di sana sudah ada mesin jahit dengan model terbaru beserta kain-kain dengan bermacam-macam dan segala alat untuk menjahit. “ Kami sengaja membuat ini karena kami tau kamu akan membutuhkannya,” ucap Ethan seraya memeluk pinggang istrinya. Elsya langsung antusias melihat-lihat mesin jahit pertama yang ia miliki. “ Bagus banget ini, mom... dad. Thank you!” Ia memeluk kedua orang tuanya. “ My pleasure, sayang. Semoga kamu bisa makin semangat kuliahnya.” “ Tentu saja!” Elsya menjawab dengan lantang dan penuh semangat. “ Seninku benar-benar sangat bagus!” Setelah selesai, Elsya pun pamit pada kedua orang tuanya karena Aksa sudah menunggu di depan. Gadis itupun langsung pergi dan masuk ke dalam mobil Aksa. Namun seketika senyumnya pudar, mencium aroma rokok yang kuat di dalam mobil ini. “ Kok bau rokok ya?” Aksa seperti menyadarinya, pria itu langsung memasang pengharum mobil yang biasanya tak ia pasang. “ Maaf. Ini pasti gara-gara semalem mobilnya dipinjem Rudi deh. Kebiasaan dia suka ngerokok sambil nyetir.” “ Oh gitu ya. Udah kebiasaan mungkin,” ucap Elsya yang mengangguk-angguk saja. “ Ya udah berangkat yuk.” Aksa mengangguk dengan perasaan lega. Pria itu mulai menyetir mobilnya menuju kampus Elsya. Hanya butuh waktu kurang dari tiga puluh menit untuk mereka sampai ke sana. “ Maaf ya nggak bisa lama-lama. Soalnya aku diajak sarapan sama temen aku.” Elsya mengangguk dan tersenyum. “ Hati-hati ya.” Ia melambaikan tangannya sebelum turun dari mobil. Sebenarnya ia memang tak pernah bertanya banyak tentang Aksa dan kehidupannya. Seolah tak ada hal yang membuatnya penasaran. Jadi obrolan mereka seringkali terasa membosankan. Kebanyakan Aksa yang bertanya soal Elsya, tapi Elsya tak bertanya balik. Untung Aksa sabar punya cewek yang masih gagal move on sepertinya. Dengan langkah penuh kebahagiaan, Elsya menuju ruang UKM untuk memastikan barang-barang pesanannya sudah sampai. Siapa tau bisa ketemu Alga juga. Namun yang dilihatnya di ruang UKM hanya tumpukan paket yang dipastikan semua perlengkapan karnaval yang dibelinya tempo hari. Tidak ada satupun orang di dalam sana, terutama orang yang ia cari. “ Dia ada kuliah nggak ya? Gue jadi pengen liat dia secara langsung. Kemarin bisa liat dari tipi sama hape aja sih.” Ia kemudian melangkah menuju kampus... satu-satunya tempat yang mungkin akan mempertemukan keduanya. Meski sebenarnya kantin fakultas Fashion Design dan kantin fakultas teknik berbeda. Tapi kebanyakan anak teknik akan makan di kantin sini karena mungkin mereka bosan melihat makhluk-makhluk berjenis kelamin jantan di kantin mereka. Satu-satunya kantin yang terdekat adalah kantin fakultas Fashion Design. Menunya pun enak-enak. Sayangnya tak juga Elsya temukan Alga. Yang ada hanya Malvin—si anak fakultas bisnis yang sedang menyantap bubur ayamnya. Melihat Elsya, Malvin melambaikan tangannya. Ia pun akhirnya menghampiri pria itu. “ Sendiri aja?” pancingnya, siapa tau bisa tau soal Alga. Atau mungkin Alga lagi otewe ke sini? Kan dia deket sama Malvin. Malvin mengangguk. “ Iya. Kuliah paginya batal. Tau gini gue bangun siang deh,” ucapnya yang tak terlihat kesal sama sekali. “ Betewe lo ada kuliah pagi juga?” Elsya mengangguk. “ Bentar lagi gue ke kelas sih. Ini mau... beli minuman,” elaknya yang tak mungkin mengakui secara langsung kalau ia tengah mencari Alga. Ya kali! “ Oh kirain nyari Alga.” “ Hah?” Pancingan Malvin justru berhasil. Pria itu mengulum senyumnya. Sejak awal ia sudah curiga ada yang tidak beres antara Alga dan Elsya. Seolah keduanya sudah kenal dekat tapi kenapa mereka pura-pura tidak kenal? “ Dia kan mulai shooting video klipnya Kimaya di Jogja. Ini aja dia cuti seminggu dari kampus.” “ Hah? Satu minggu? Terus festival kita gimana?” tanya Elsya yang shock karena harus menahan satu minggu tak bertemu dengan Alga. Yang benar saja? Apalagi mereka tak pernah berkomunikasi satu sama lain jika bukan soal kegiatan UKM. “ Katanya pas festival dia udah pulang sih.” Elsya jadi tak bersemangat. Hari seninnya tak seindah yang ia pikirkan. “ Ada perlu sama Alga emangnya?” tanya Malvin semakin penasaran. “ Nggak kok.” Elsya menggeleng. Tak mau ada yang curiga. “ Gue beli minum dulu deh. Mau langsung ke kelas.” Ia pun langsung beranjak dengan langkah tak sesemangat beberapa menit yang lalu. Jadi shootingnya sudah dimulai ya? Dan Elsya malah baru tau kemarin. Ia merasa ketinggalan berita banget. Satu minggu Alga berada di Jogja bersama artis muda yang cantik. Apa dia akan tergoda? Atau terlibat skandal misalnya? Apa mungkin Alga nanti akan terlibat hubungan dengan seleb wanita yang dia temui? Elsya seketika merasa kehilangan. Padahal Alga hanyalah cinta masa lalu yang masih tak bisa ia lupakan. Tapi memikirkan semua kemungkinan itu tetap saja membuat hatinya sakit. “ Alga beneran shooting, kan? Bukan karena ngejauhin gue karena omongan gue kemarin?” Ia menepuk-nepuk mulutnya sendiri. “ Mulut s****n emang. Udah sekolah lama-lama, masih aja asal ceplos di depan mantan gebetan kan jadi ketauan gagal move on gue.” Sementara di sana Alga masih asik membaca script setelah mendengarkan arahan dari sutradara tentang semua adegan yang akan ia lakukan untuk proses shooting video klip musik terbaru dari artis cantik Kimaya. Tak perlu banyak yang ia hapalkan karena gerakannya pun biasa-biasa saja. Ia hanya perlu berakting duduk di sebuah kafe seolah tengah menunggu seseorang, lalu Kimaya akan datang dan mereka bersikap seolah kekasih yang paling bahagia. Namun kemudian Alga akan berakting memiliki wanita lain tanpa Kimaya ketahui, karena dia tak bahagia dengan hubungan mereka. Memang lagunya sangat menyentuh hati, tentang wanita yang diselingkuhi oleh kekasihnya sendiri. Namun dia tidak menyerah untuk mendapatkan kekasihnya kembali dengan membuat wanita selingkuhan itu melepaskan kekasihnya. Seperti judulnya... dia milikku... Alga miliknya. Hanya miliknya. Kimaya juga wanita yang ramah. Usianya masih dua puluh tiga tahun tapi suaranya sangat indah dan dia dikenal lewat kanal toktok dan yutubnya. Suaranya yang merdu membuat banyak orang yang menyukainya hingga produser musik pun melamarnya untuk menjadi penyanyi mereka. “ Thank you ya udah mau gabung,” ucap Kimaya menyapa Alga di ruang ganti. Hanya di sini mereka bisa asik mengobrol tanpa diganggu oleh yang lainnya. Proses pengambilan video pun berjalan lancar untuk hari ini. Alga mengangguk. “ Thank you juga udah percaya sama saya, kak.” Kimaya terkekeh. “ Ngomong gue elu aja kali biar santai gitu. Lagian umur gue ngga tua-tua amat kok.” “ Boleh?” Kimaya mengangguk. “ Asik tapi jadi lo ya, karir jalan... pendidikan juga jalan. Kalau gue sibuk banget dulu bikin video yutub sampe kuliah terbengkalai.” “ Dulu jurusan apa emang?” “ Sastra Inggris. Tapi emang aja gue nggak bakat ya buat sekolah tuh, kebanyakan magernya. Pokoknya lo harus bisa deh wujudin mimpi lo. Eh betewe... mimpi lo bukan jadi artis, kan?” tanya Kimaya penasaran. Alga menggelengkan kepalanya. “ Bukan kok.” “ Bagus deh. Jadi artis tuh nggak selalu enak. Nggak bebas mau ngapain aja. Tapi mimpi gue jadi penyanyi, ah, lagian gue juga nggak aneh-aneh. Cuma kadang takut juga sama orang-orang di luar sana yang suka menjatuhkan nama orang lain.” “ Bener sih. Tapi asal kitanya nggak salah, nggak perlu takut.” Alga tersenyum tipis. Banyak sekali yang menasehatinya soal itu termasuk manajernya sendiri. Tapi selagi ia tak melakukan kesalahan, maka tidak ada yang perlu ia takutkan. Ia bisa membela dirinya sendiri. “ Lo bener. Padahal kita berjuang dengan kerjaan kita ini juga nggak mudah. Walaupun banyak yang bilang gue penyanyi musiman, biarin deh... asal banyak yang pake musik gue di videonya.” Kimaya terkekeh geli memikirkan banyaknya komentar buruk tentangnya. “ Padahal suara lo juga bagus. Mungkin mereka iri.” “ Yap! Hanya orang iri lah yang suka menjatuhkan orang lain. Padahal berada di puncak tanpa harus menjatuhkan orang lain kan jauh lebih mulia.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN