Naira kembali menangis dengan lutut tertekuk naik. Bersandar di kepala ranjang ia menelungkupkan wajah di antara lutut. Baru dua minggu berlalu tapi rindunya pada Jimin sudah mencapai ubun-ubun. "Maafkan aku, Jim ...." Ia bergumam pelan. Jimin benar-benar memutus hubungan dengannya. Itu membuat Niara sakit hati. Jimin memblokir nomernya juga aku media sosialnya. Maira menghela napas melihat putrinya yang terus saja menangis sepanjang waktu. "Berhenti menangis seperti ini, Naira." Sang ibu duduk di samping putrinya. Mengusap penuh kasih kepala anaknya menuntunnya ke pangkuan. Wanita itu kini tidur meringkuk di ranjang dengan kepala di pangkuan sang ibu. "Jika kau memang merindukannya, pergilah. Susul dia ke Jepang. Kalau tak di Jepang dia pasti ada di Australia." Naira menggeleng pela