Chapter 25

1678 Kata
"Biarkan Lia kecil disini bersama dengan istriku." "..." Ruangan itu sunyi. Tidak ada anggota keluarga Nabhan yang bersuara. "Aku setuju dengan apa yang dikatakan oleh kakek besar," untuk beberapa saat, Aqlam menyuarakan pendapat. Kini, semua mata keluarga Nabhan terarah ke Aqlam. Wajah Aqlam yang biasa tersenyum itu terlihat serius. Dengan wibawa seorang Nabhan, Aqlam berkata, "mungkin sebagian orang tidak percaya dan mungkin sebagian orang juga percaya bahwa ada jiwa yang saling terhubung antara satu orang dengan yang lainnya, melihat dari pengalaman yang sudah kita dapatkan sebelumnya bahwa Lia kecil dan nenek besar saling menyukai dan merekapun cocok dalam bergaul, itu membuat jiwa mereka saling terhubung, kesedihan yang dirasakan oleh salah satu orang akan terasa oleh orang yang lain, mungkin ini hanya terjadi pada kembar, namun beberapa kasus mungkin berbeda, seperti kejadian yang pernah terjadi di Amerika Serikat, dua kakak beradik meninggal pada saat yang bersamaan karena kecelakaan, umur merekapun tidak sama, yang adik berumur enam tahun dan yang kakak sebelas tahun, beberapa lama kemudian lahir dua saudara kembar perempuan pada orang tua yang sama, dan ingatan atau memori mereka saling terhubung, kebiasaan mereka pun sama dengan kebiasaan yang dilakukan oleh kedua kakak mereka yang telah meninggal, mereka melakukan kebiasaan yang sama dengan kedua kakak mereka yang telah meninggal itu hingga umur dimana kedua kakak perempuan mereka tiada, pada umur enam sampai sebelas tahun, ingatan atau memori mereka hilang perlahan." Ujar Aqlam. Keluarga Nabhan yang berada di ruang rawat keluarga itu menjadi diam ketika mereka mendengarkan penjelasan dari Aqlam. "Menyimpulkan dari kasus yang Aqlam jelaskan dan melihat pada Lia kecil dan nenek besar, bahwa kondisi dan usia dari nenek besar yang sudah mencapai sembilan puluh tahun pada saat ini, dan juga kondisi memori dan ingatan dari nenek besar yang maaf, sudah pelupa atau pikun tersebut dan kondisi dari Lia kecil yang sekarang sengaja ataupun tidak sengaja mengingat atau mengucapkan apa yang terjadi dimasa lalu, dan jika ditelusuri dari hubungan genetik atau darah, darah dari nenek besar dan Lia kecil saling terhubung yaitu sebagai nenek buyut dan cicit perempuan." Aqlam mengakhiri penjelasannya. Setelah beberapa saat seluruh keluarga Nabhan berpikir, mereka melirik ke arah Lia kecil dan Lia besar. Terlihat Lia besar menggenggam tangan Lia kecil juga suaminya, Agri. "Ada hal lain yang masih Aqlam duga, namun tidak bisa Aqlam katakan sekarang, sebab hal ini perlu beberapa ahli yang menilai dan mendiagnosa," ujar Aqlam. Farel, Busran dan Rafi yang merupakan saudara kandung itu saling berpikir, apa yang dikatakan oleh Aqlam itu memang benar terjadi. Mungkin sebagian orang percaya dan mungkin sebagian orang juga tidak percaya akan hal itu. "Aku pernah mendengar cerita itu ... yah ... meskipun aku belum seratus persen mempercayainya ... namun ... melihat bahwa ibu dan cucu Busran ... aku pikir mungkin bisa diterima ... setidaknya untuk sementara ...." Rafi menyuarakan pikirannya. Rafi setuju dengan pendapat dari Aqlam, meskipun itu hanya dugaan atau penjelasan dari seorang anak yang baru beranjak remaja, namun kemampuan Aqlam tidak dapat diremehkan. Rafi tahu itu, keistimewaan dari Aqlam, cucu laki-laki dari kakak sulungnya. "Jiwa yang terhubung ...." Busran melihat ke arah istrinya. Glung glung "Itu juga yang aku pikirkan," ujar Gea. "Aku dan Gilan yah ... kurang lebih seperti itu, meskipun hobi kami tidak sama, tapi rata-rata seperti batin dan jiwa kami saling terhubung," ujar Gea menurut pengalamannya. "Menurut pengalamanku," Daniyah dan Dianah mengangguk bersama. "Aku adalah sebagian orang yang dikatakan oleh Aqlam bahwa percaya pada hal seperti itu," ujar Daniyah. "Ya, aku juga," Diyanah mengangguk membenarkan saudara kembarnya. "Tidak mustahil apa yang dikatakan oleh Aqlam, apa saja bisa terjadi meskipun itu diluar nalar pikir manusia," lanjut Diyanah. "Rahasia Allah, siapa yang tahu?" timpal Daniah. Glung glung Diyanah mengangguk. Gaishan dan Ghifan saling melirik. "Apakah jiwa kita saling terhubung?" tanya Gaishan ke arah adik kembarnya. Ghifan menoleh ke arah kakak kembarnya. "Jiwa kita selalu saling bertentangan." Jawab Ghifan. Piw! Wajah Gaishan terlihat dongkol. "Ck! Aku lagi serius," Gaishan berdecak dongkol. Ghifan melirik ke arah Gaishan, "menurutmu apa jiwa kita saling terhubung?" tanya Ghifan balik. Gaishan berpikir, menelisik dan menelusuri lagi ingatan pada masa lampau dengan adik kembarnya yang memang mereka selalu tidak sejalan dan selalu saling mengejek. Maka, Gaishan pun menjawab,"sepertinya yang membuat jiwa kita saling bertentangan adalah dirimu yang selalu iri dan cemburu akan ketampananku ini, karena melihat dari pembagian gen dan ketampanan, aku selalu yang nomor satu darimu," Piw! Giliran Ghifan yang dongkol. "Ck! Aku lagi serius," Ghifan berdecak dongkol. "Hehehehe," Gaishan cengengesan, dia tersenyum lebar hingga sudut-sudut bibirnya hampir tersambung dengan telinganya. Plak "Awh!" Gaishan mengaduk kesakitan ketika dahinya dijitak oleh seseorang. "Perhatikan didepan, kau tertawa terus setiap hari, setelah dari sini aku akan membawamu ke rumah sakit jiwa, tidak perlu ke psikiater untuk diagnosa." Ujar seorang wanita garang ke arah Gaishan. "Sss ... sinting," Ghifan memutarkan bola matanya atas tingkah Gaishan. Sedangkan dia tersenyum dan menaikan jempolnya ke arah sang kakak ipar. "Good," "Sayang, jangan marah-marah," ujar Gaishan ke arah Fathiyah, istrinya. "Bicara lagi, malam ini tidur di luar." Suara Fathiyah penuh dengan nada ancaman. "..." Gaishan seketika mengunci mulutnya. Syarastini tersenyum geli ke arah Gaishan dan Fathiyah. Tipe suami takut istri, oh itu sudah pasti. Galak dan garangnya Fathiyah melebihi bibi dari Gaishan dan Ghifan yang dia tahu, Cika. Kembali pada situasi di dalam ruang rawat itu. Agri sedang memandang serius ke arah Frederic. "Aku berjanji, tidak ada yang bisa menyentuh cicit perempuanku selama aku hidup, Lia kecil adalah milik keluarga Nabhan dan Farikin, dia juga punya darah Baqi dan Rousseau, siapa yang berani menyentuh dia?" Untuk beberapa detik, Frederic mengangguk membenarkan. Di dalam aliran darah putrinya Lia kecil itu, mengalir darah Nabhan, Farikin, Baqi dan juga Rousseau. Itu belum juga dihitung dari ibunya yang merupakan orang terpandang di Prancis, juga dari nenek dan kakeknya dari masing-masing pihak yang juga bukan orang sembarangan. Agri melihat serius ke arah Frederic, "Istri atau putrimu?" "..." Ruangan itu sunyi, ini adalah pilihan yang sulit bagi Frederic, sebab dua orang itu adalah orang yang terpenting di dalam kehidupannya. Namun dia harus memilih dari salah satu yang disebutkan oleh kakek dari istrinya. Antara sang istri dan anak perempuannya. Frederic memandang ke arah Agri, "istriku." Agri mengangguk puas. "Baik, besok kalian akan berangkat ke Paris dengan pesawat pribadi Nabhan," "Hari ini saja kakek Agri, papa Eric juga harus ke presiden untuk urusan negara, dan Lia kecil juga sudah bosan melihat wajah mereka, ini masih awal untuk mereka berangkat ke Paris," timpal suara imut dari gadis tiga tahun. Piw! Wajah Frederic dan Bushra cemberut dan memerah. Lia kecil memang benar-benar berani. Gaishan melihat ke arah jam dinding di dalam ruang rawat itu. "Jam lima sore," "Ppfftt!" Gaishan menahan tawanya. Srek! "Awhmp!" Gaishan menahan sakit karena rusuknya disikut oleh Fathiyah. Fathiyah melebarkan bola matanya seperti bola pingpong. "Jangan berisik, tutup mulutmu, bau." "Sssh...huuhh," Gaishan menarik dan menghembuskan napasnya. "Begini kalau punya istri galak macam singa." Batin Gaishan mencibir. "Jangan bersungut di dalam hati." Suara Fathiyah terdengar tajam. Sret Fathiyah melirik dengan ekor matanya ke arah Gaishan. "Eum ... uhuk! Tenggorokanku gatal," Gaishan terbatuk. "Mau kucekik atau tenggorokanmu diam?" Fathiyah menawarkan jasa cekiknya. "Terima kasih sayang, aku sudah merasa baikan." Jawab Gaishan menolak halus tawaran dari jasa sang istri. "Bagus kalau penurut, malam ini boleh tambah satu ronde lagi," "Pffftttt!" Ghifan hampir menyemburkan tawanya, perutnya dibuat sakit karena menahan tawa. Percakapan Gaishan dan istrinya terdengar di beberapa pendengaran anggota keluarga Nabhan. "Ck! Mentang-mentang masih muda, jadi pamer." Rafi, sang putra bungsu dari Lia dan Agri mencibir iri ke arah keponakannya. "Kalau sudah bau tanah, jangan iri kepada kaum muda, banyak berdzikir sana," Cici Cila, sang istri dari Rafi melirik ke suaminya. Rafi berdehem membersihkan tenggorokannya. "Ehem ...." Busran tertawa geli dengan kelucuan keluarganya. °°° Wajah Frederic datar ketika duduk di kabin pesawat pribadi milik Nabhan. Bushra merasa geli dengan apa yang diekspresikan oleh suaminya. "Nanti kita akan datang ke Jakarta sesering mungkin untuk bertemu dengan Lia," ujar Bushra. Frederic menganggukkan kepalanya. "Jadi, jika dimasa depan ketika kamu sudah menjadi duta besar Prancis untuk Denmark, mintalah kerja sama dengan pemerintah Indonesia, kemungkinan besar kita bisa bertemu dengan putri kita lagi," ujar Bushra. Marc, sang anak laki-laki dari mereka mengangguk setuju dengan sang ibu. "Marc setuju," Frederic mengangguk mengerti. Frederic memang sangat mencintai Lia kecil dan istrinya, sebab tidak mudah di keluarganya ada anak perempuan. Keluarga Rousseau banyak anak laki-laki, Frederic sendiri mempunyai tiga saudara lelaki tanpa perempuan. Sedangkan saudara sang ayah ada empat orang, juga semuanya laki-laki. Di keluarga ibunya, hanya sang ibu yang merupakan anak perempuan satu-satunya. Frederic sakit kepala memikirkan alasan yang akan dia berikan kepada keluarganya nanti bahwa sang putrinya dia tinggalkan di Indonesia. Itu juga merupakan pilihan yang sulit. Namun sang istri yang menjadi nomor satu, jika memikirkan lagi perjuangan ketika dia melamar istrinya, Frederic jatuh bangun dalam usahanya. Anak perempuan, semoga mereka diberikan oleh Tuhan lagi. Jadi, keluarga kecil itu terpaksa pulang dengan kurang satu orang. Frederic melihat serius ke arah Bushra. "Tidak apa-apa anak perempuanku ditinggalkan di sini, asalkan jangan istriku," ujar Frederic. Bushra tersipu malu ketika mendengar ucapan suaminya. "Anak bisa dibuat ulang, jadi kita harus bekerja keras setelah dari sini, aku harap kerja keras kita akan membuahkan hasil yang memuaskan." "Uh?" Bushra mangap-mangap ke arah Frederic. Beberapa detik kemudian. "Eric!" °°° "Maaf Aqlam, Tante Kania baru datang menjenguk kamu, Tante harus mengurus hari meninggal dari kakek Kandrun," wajah Kania terdengar tidak enak. Sudah dua minggu kejadian musibah dari sang keponakan, dia baru datang sekarang. "Tidak apa-apa tante, sekarang Aqlam sudah sehat," Aqlam tersenyum. "Tante juga mau lihat Chana," ujar Kania, wajahnya terlihat sedih ketika mengatakan nama Chana. Sang adik sudah mengatakan pada dia lewat telepon bahwa Chana mengalami koma. Aqlam mengangguk. "Aqlam ingin ke ruang rawat Chana, Tante bisa pergi dengan Aqlam," "Ya," Kania mengangguk. Kania melihat ke arah Lia besar dan Lia kecil. "Nenek Lia, sehat-sehat selalu, jangan sakit-sakit," "Um?" Lia besar melihat bingung ke arah Kania. Kania tersenyum. Nenek Lia makin menjadi pelupa, namun itu tidak masalah, banyak anak cucunya yang mencintainya. "Kania ingin melihat Chana di ruang sebelah, Atika, kakak ke sebelah," ujar Kania. Atika mengangguk. "Ayo Tante, ikut Aqlam," ujar Aqlam membawa jalan. Surya, suami dari Kania lima tahun lalu berhenti menjadi pengawal dari Nabhan, dia dan istrinya pindah ke Balikpapan untuk menjaga sang ayah dari Kania yaitu Kandrun. Ketika Kandrun dalam masa-masa tua, dia pulang kampung dengan sang istri di Balikpapan, kampung halaman dari istrinya. Di sana dia dan istri hidup sampai ahkir hayat mereka menghadap sang Ilahi. Surya membuka pelatihan beladiri yang profesional, tidak untuk umum. Nibras menawarkan pekerjaan lain ke Surya, yaitu menjadi pelatih untuk bibit bodyguard Nabhan, Surya menerima niat baik dari Nibras. °°° Saya menulis cerita ini di platform D.R.E.A.M.E dan I.N.N.O.V.E.L milik S.T.A.R.Y PTE. LDT Jika anda menemukan cerita ini di platform lain, mohon jangan dibaca, itu bajakan.  Mohon dukungannya. IG Jimmywall Terima kasih atas kerja samanya.  Salam Jimmywall.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN