Chapter 24

1662 Kata
Tak Tak Tak Busran dan Gea berjalan di koridor rumah sakit Angta. Sret Busran berhenti. "Bagaimana sampai Lia bisa sakit?" "Apakah dia tidak sarapan tadi pagi?" Gea bertanya setelah suaminya. Bushra memeluk ibunya. "Bushra nggak tahu ma, Lia panas, panas sekali," ujar Bushra ketakutan. Busran melirik ke arah Frederic, "apa yang terjadi? Apakah sudah selesai diperiksa?" "Sedang diperiksa, pa." Jawab Frederic. Busran mengangguk mengerti. Penerbangan yang akan segera lepas landas itu tertunda selama hampir satu jam, dikarenakan situasi darurat dari salah satu penumpang anak yang demam tinggi. Bushra terlihat panik ketika mengetahui bahwa anak perempuannya itu demam tinggi. Terpaksa empat anggota keluarga kecil dan lima orang pengawal Frederic turun dari pesawat, Lia kecil dilarikan ke rumah sakit Angta, rumah sakit dimana Chana dirawat. °°° "Tiga puluh sembilan koma enam derajat Celcius," dokter membuka percakapan di ruang rawat anak VIP. "Kejang demam," dokter bernama Rania itu melihat serius ke arah Bushra dan Frederic. "Harus rawat inap dua atau tiga hari, ada kompres anti demam di apotik, harus diberikan kepada anak anda," Bushra dan Frederic mengangguk mengerti. "Hindari baju tebal, berikan makanan dan minuman cukup, makanan yoghurt dan sejenisnya, selain menjaga tubuh tetap terhidrasi, jenis makanan atau minuman tersebut bisa membantu mendinginkan tubuh dari dalam, jaga suhu ruangan dan mandikan dengan air hangat nanti," dokter Rania menjelaskan. Bushra dan Frederic mengangguk lagi. "Saya permisi," pamit dokter Rania. "Baik dokter, terima kasih." Ujar Bushra. Rania mengangguk dan keluarga dari ruang rawat Lia kecil. "Mari," Tak Tak Tak Ceklek Pintu ruang itu ditutup dokter Rania. Ssshhh Frederic mengusap wajahnya frustasi. Dia menoleh ke arah Bushra dan kedua mertuanya, "aku harus menelepon ke Paris bahwa perjalanan pulang ke sana tertunda," Busran mengangguk. Frederic berjalan keluar dari ruang rawat anaknya. "Huh! Mama sampai panik ketika dengar suara kamu yang takut begitu," ujar Gea. Bushra cemberut ke arah ibunya. "Sira nggak tahu kalau Lia sakit ma, pas naik mobil ke bandara masih baik-baik aja, memang wajah Lia merah, tapi karena marah dan merajuk nggak mau pulang ke Paris," Gea melirik ke suaminya. "Merajuk dan tidak mau pulang," Drrt drrt drrt Busran merogoh ponselnya, sang kakak menelepon, pikir Busran mungkin saja sang kakak sudah tahu keadaan Lia kecil dan menelepon menanyakan kabar dari cucunya. "Halo kak-" "Busran, ibu demam tinggi!" "Apa?!" Bola mata Busran hampir lompat ketika mendengar suara gaduh dari seberang. °°° Ruang rawat keluarga di rumah sakit Angta itu sunyi. Seluruh keluarga Nabhan berkumpul dan duduk di dalam ruang rawat keluarga yang besar itu. Di sisi lain dari ruangan itu, terlihat dua ranjang yang ditempati oleh dua orang berbeda, satu terlihat gadis kecil berusia tiga tahun dan yang lainnya perempuan tua berumur 90 tahun. "Rafi dan Cici sedang ke Bandara di Makassar, dua jam lagi penerbangan kesini, butuh waktu mungkin empat jam untuk tiba disini," ujar Busran masuk ke ruang rawat ibu dan cucu dari sang adik. Anggota keluarga Nabhan mengangguk. Ada Gaishan dan Ghifan dengan istri mereka, ada juga Aqlam yang duduk di sebelah kanan ayahnya, Nibras. Farel dan Jihan duduk bersebelahan, sedangkan Busran menuju ke samping kiri Gea untuk duduk. Dua orang saudara perempuan kembar dari Nibras telah diberitahu, Daniyah berada di Yogyakarta, dan Diyanah dari Medan, mereka juga sedang bersiap-siap akan ke Jakarta karena sakitnya sang nenek, Lia. Agri duduk bersandar di kursi khusus untuknya sambil memegang tongkat. Dia memandang penuh perhatian ke arah sang istri yang menggunakan selang infus dan pernapasan. Terlihat wajahnya tegang. Setelah Bushra dan keluarganya pergi ke bandara, wajah Lia berubah sedih dan lesu. Dua jam kemudian Lia yang sudah tua itu terlihat tertidur di ranjangnya. Awalnya Agri berpikir mungkin saja istrinya ini tidur, meskipun jam sepuluh bukan waktu tidur dari istrinya, jam pagi adalah rutinitas istrinya santai di taman atau di kebun belakang rumah Nabhan di pinggir tempat sampah untuknya. Ketika Agri bergabung dan tidur bersama istrinya, Agri memeluk Lia, namun pria yang sudah satu abad itu terkejut bukan main ketika melihat butiran keringat dan tubuh istrinya terasa panas. Flashback Tak Tak Tak Agri dibantu oleh dua orang pelayan berjalan masuk ke kamarnya, sudah ada Lia yang berbaring di ranjang mereka. Dua orang pelayan itu adalah seorang pemuda dan seorang wanita berumur lima puluhan. Sret Agri duduk di ranjang, tongkatnya dia berikan kepada pelayan perempuan agar meletakannya dengan baik agar mudah dia raih ketika hendak ingin berdiri. Sedangkan pelayan laki-laki membantu tubuh Agri duduk. Agri melihat ke arah istrinya, lalu dia tersenyum. "Sepertinya istriku lelah, tidak biasanya istriku tidur di jam seperti ini," suara Agri terdengar. Kedua pelayan mengangguk. "Ya tuan besar, mungkin nyonya besar lelah, mengingat akhir-akhir ini nyonya besar bermain bersama nona kecil, jadi lelah," pelayan wanita yang sudah berpengalaman itu menyuarakan pendapatnya. Agri mengangguk lalu dia tersenyum. "Cicit perempuanku itu sangat menyukai istriku, bahkan dia merajuk tidak mau pulang," "Benar, tuan besar," sahut pelayan wanita paruh baya itu membenarkan ucapan Agri. "Kalian boleh kembali bekerja, aku akan memanggil kalian jika ada yang aku butuhkan," ujar Agri. "Baik tuan besar," kedua pelayan itu mengangguk, lalu mereka keluarga dari kamar Agri. Tak Tak Tak Ceklek Pintu itu ditutup oleh pelayan wanita tadi. Agri yang tadi duduk bergerak untuk berbaring, dia ingin menemani istrinya untuk tidur. Sret Agri berbaring, tangannya dia peluk tubuh Lia. "Masih saja cantik meskipun sudah tua, sayang." Ujar Agri sambil tersenyum, dia memperhatikan wajah Lia yang tertidur. Namun untuk beberapa detik setelah Agri perhatikan baik-baik wajah istrinya dari pelukannya, terlihat butiran-butiran keringat sebesar biji jagung di wajah istrinya. Agri mengerutkan keningnya bingung. "Apakah AC nya mati?" Sret Tubuh istrinya terasa agak panas. Ya, sepertinya. Agri meraba-raba lagi tubuh istrinya. "Panas?" Agri melihat ke arah d**a istrinya, nafas Lia turun naik tidak karuan, seperti sesak napas, keringat bercucuran dari dahi turun ke pelipis dan berakhir di leher dan bantal. Bantal yang ditiduri oleh Lia basah. Sret Telapak tangan Agri diletakan ke atas dahi istrinya. Panas. Itu yang dirasakan oleh Agri. Sangat panas. Dada istrinya turun naik tak menentu. Jantung Agri seperti akan terkena serangan jantung ketika melihat tubuh istrinya yang tidak seperti biasanya. Matanya membulat lalu Agri berteriak. "Farel!" "Jihan!" Teeeng Teeeng Teeeeeeeeeeeeeeeng! Bunyi interkom yang berada di atas nakas di pinggir ranjang Agri, pria tua itu memencet kuat tanpa jeda, matanya melihat panik ke arah Lia. "Lia!" "Farel!" "Jihan!" Tak Tak Tak Brak "Ayah! Ada apa?"   Jihan berlari dengan tubuhnya yang telah berusia 66 tahun itu ke dalam kamar sang ayah mertua. Dibelakangnya ada Farel yang baru datang bersama beberapa pelayan Nabhan dan pengawal. "Ke dokter! Istriku sakit!" Agri berteriak panik, suaranya bergetar takut. Flashback end "Sssh...huuhh..." Agri menarik dan menghembuskan napasnya susah. Dia sangat takut jika terjadi apa-apa kepada istrinya. Tidak ada yang dia takutkan kecuali kehilangan istrinya, Lia. Dia tidak bisa hidup tanpa istrinya. Tidak bisa. "Lia istriku..." suara tua Agri bergetar ketakutan. Tes Tes Air matanya tumpah, dia tidak pernah mengalami hal seperti ini, sejak menikah dengan Lia, istrinya tidak pernah sakit, sebab semua perawatan kesehatan kelas satu selalu Lia dapatkan. Empat belas tahun yang lalu pernah terjadi hilangnya sang istri, namun ketakutan Agri pada saat itu tidak dapat dibandingkan dengan saat ini. Jika pada saat itu Agri dapat tahu bahwa sang istri hilang namun masih sehat, sekarang tubuh istrinya makin menua dan sudah renta, dia sangat takut. "Lia..." "Istriku..." Farel yang melihat ayahnya itu belum bisa bernapas lega, sebab sang ibu belum juga sadar. Ketakutannya semakin menjadi ketika Agri dengan panik berteriak sambil mengeluarkan air mata. Di dalam perjalanan, Agri memeluk Lia, dia menolak melepaskan istrinya, apalagi ketika Farel melihat d**a ibunya yang bernapas tak menentu. Jantungnya berdetak tak karuan. Dia mengira hari ini adalah hari yang buruk bagi keluarganya. Hari ini, dua orang perempuan Nabhan sakit dan masuk rumah sakit. Dua orang dengan nama yang sama pula, Lia Rahmawati Farikin. Sret Agri menggenggam tangan istrinya. Perlahan dia mendekatkan wajahnya pada punggung tangan istrinya. Cup Kecupan dia berikan pada punggung tangan wanita yang sudah berkeriput tua itu. °°° Tiga hari kemudian. Anggota keluarga Nabhan bisa menghirup napas lega ketika mendengar penuturan dokter yang merawat Lia kecil dan Lia besar. "Demam dari nyonya Nabhan sudah turun, sekarang normal," jawab dokter bername tag Monnie. Farel dan Busran mengangguk mengerti. Dokter Monnie dan dokter Rania saling melirik. "Dan juga nona kecil Farikin," sambung dokter Rania, dokter yang merawat Lia kecil. Farel dan Busran mengangguk lagi. Dokter Monnie berkata, "nyonya Nabhan dan nona Farikin sembuh pada saat yang sama, saya tidak tahu apa yang terjadi, tapi...dugaan sementara saja ini mungkin hanya kebetulan bahwa nona Farikin memeluk tubuh nyonya Nabhan dalam tiga hari ini...bisa berbagi suhu tubuh dan kembali normal," Farel dan Busran saling melirik, beberapa keluarga Nabhan juga saling melirik. "Memeluk..." Diyanah dan Daniah bergumam. Mereka saling melirik. "Bukankah kita dulu waktu kecil selalu sakit dan sembuh diwaktu bersamaan dengan cara berpelukan juga?" tanya Daniah ke arah sang adik kembar, Diyanah. Glung glung Diyanah menganggukkan kepalanya. "Benar," "Aku dulu dengan saudaraku pernah seperti itu juga, meskipun hanya satu kali, yah...ketika kami masih balita," Gea melirik ke arah Diyanah dan Daniyah, lalu dia melirik ke arah Lia kecil dan Lia besar yang sedang berpelukan di atas ranjang rumah sakit. "Mungkin karena kita...kembar?" ujar Diyanah kurang yakin. Gea, Daniah dan Diyanah saling melirik. "Apa mungkin?" ujar Gea tak yakin. "Ibu dan Lia kecil kan bukan saudara kem...bar..." Sret Gea memandang ke arah dua keponakan kembar Busran. "Jiwa saling terhubung?" ketika wanita itu bicara serentak. °°° Tak Tak Tak "Lia, jangan berjalan tanpa alas kaki," Bushra berkata kepada Lia kecil yang turun dari ranjang rumah sakit dan berjalan ke arah kakek buyutnya. Sret Hap Lia kecil masuk ke pelukan Agri, sedangkan Agri sedang memegang tangan istrinya, Lia. "Nenek Lia, bagaimana perasaanmu? Apakah tubuhmu lelah atau terasa sakit?" tanya Lia kecil lembut. Lia besar tersenyum riang. "Oh tubuh kecilku, tubuhku terasa baik..." jawab Lia. Lia kecil mengangguk puas dengan jawaban Lia besar. "Apakah nenek Lia ingin minum? Lia kecil akan ambilkan air," Lia besar menggeleng. "Tidak haus..." Lia kecil mengangguk. Setelah menilai bahwa tubuh dari sang nenek buyutnya baik-baik saja, Lia kecil menoleh ke arah ayahnya. Sret Lia kecil memandang sang ayah, Frederic, dia duduk dipangkuan Agri dan mengayunkan kakinya. "Sekarang aku memberimu pilihan, Eric." Ujar Lia kecil serius. Sret Keluarga Nabhan yang berada di ruang rawat itu terdiam dan melihat ke arah Lia kecil dan Frederic serentak. Lia kecil memandang serius ke arah Frederic. "Bawa diriku ke Paris dan tinggalkan istrimu disini atau bawa istrimu ke Paris dan tinggalkan aku disini?" "..." Ruangan itu sunyi. Tidak ada yang bersuara sedikitpun. Gadis kecil tiga tahun itu memandang serius ke arah ayahnya. Frederic tak mampu berkata-kata ketika mendengar kalimat dari anak perempuannya. Bushra yang berada di samping ranjang Lia tadi menjatuhkan rahang bawahnya tak sadar. Lia kecil, anak perempuannya sungguh berani. Tiba-tiba sebuah suara dingin yang sudah tua terdengar. "Biarkan Lia kecil disini bersama dengan istriku." °°° Saya menulis cerita ini di platform D.R.E.A.M.E dan I.N.N.O.V.E.L milik S.T.A.R.Y PTE. LDT Jika anda menemukan cerita ini di platform lain, mohon jangan dibaca, itu bajakan.  Mohon dukungannya. IG Jimmywall Terima kasih atas kerja samanya.  Salam Jimmywall.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN