Rosa keluar dari kamar mandi. Ternyata Mas Rafi masih ada didepan kamar mandi dan bersiap untuk memeluk, mungkin takut gadisnya kabur. Tapi respon Rosa luar bisa, ia langsung menampar Mas Rafi dengan kasar hingga, Mas Rafi mundur beberapa langkah ke belakang.
Rosa mencari pakaian nya dan segera memakainya. Memasukkan semua barang-barangnya ke dalam tas. Ujung matanya melihat Mas Rafi hanya diam di ujung ranjang, memperhatikan gerak-gerik Rosa. Ia ingin mendekat, tapi takut respon Rosa diluar dugaan.
Mata Rosa melihat ke segala arah, mencari dimana lelaki ini meletakkan kunci kamar. Rosa mempercepat jalan nya dan mengambil kunci kamar, ia berjalan ke arah pintu. Belum berhasil membuka pintu, tangan nya dicekal oleh Mas Rafi. Ditarik tubuhnya dan masuk kedalam pelukan Mas Rafi.
"Lepas!! Jangan peluk tubuhku dengan tangan kotormu itu!!" bentak Rosa berontak tidak ingin dipeluk oleh kekasihnya. Dia merasa tangan lelakinya itu kotor.
"Dek tenang dulu. Tolong tenang dulu dengerin Mas dulu." Suara Mas Rafi makin parau, takut melihat gadisnya sehisteris ini.
"Apalagi yang harus dijelaskan!!" Rosa membentaknya kasar dengan mata yang melotot.
"Lepaskan!! Aku mau pulang!!" bentaknya lagi, ia berusaha meloloskan diri dari pelukan kekasihnya.
"Iya ayo kita pulang tapi dengerin mas dulu." Mas Rafi mencoba menenangkan Rosa dengan lembut.
"Cuih!! Apa yang harus aku dengarkan lagi dari mulut busukmu itu? Hah? Tidak ada yang perlu aku dengarkan lagi!!" Respon Rosa makin menjadi, dia terus saja menghina dan memaki lelaki dihadapannya ini.
"Sebentar saja Dek, sebentar," ucap Mas Rafi dengan wajah memelas.
"Gak!! Gak ada yang perlu dijelaskan lagi." Rosa tidak ingin mendengarkan penjelasan apa-apa lagi dari mulut Mas Rafi.
"Kamu ini!! Apa salah nya sih dengarkan aku bicara terlebih dahulu!! Dengerin penjelasan mas dulu!!" Hilang kesabaran Mas Rafi, dia membentak Rosa dengan kasar.
Seakan tidak peduli dengan ucapan dan hentakan Mas Rafi. Rosa mendorong Mas Rafi dengan kasar hingga dia tersungkur ke belakang. Lalu mengambil dan menggendong tasnya.
Tiba-tiba tangan Rosa ditarik, ia ditampar oleh Mas Rafi hingga tersungkur menabrak ujung ranjang. Rosa mengusap wajahnya, darah segar mengalir dari ujung bibir dan pelipisnya.
Mas Rafi yang melihat Rosa berdarah, langsung menggendong Rosa ke atas ranjang dengan kasar. Ia khawatir, terlihat dari sorot matanya. Tapi ia tidak ingin terlihat mengkhawatirkan Rosa.
"Duduk dan diam. Maafin mas udah buat kamu seperti ini. Maafin mas sudah menampar mu Dek, maaf." Mas Rafi memohon menangkupkan kedua tangan nya di hadapan Rosa. Rosa memalingkan wajahnya, ia benci melihat Mas Rafi.
"Tolong lah dek, jangan seperti ini. Mas itu sayang dan cinta banget sama kamu, Dek. Kenapa kamu gak melihat rasa sayang dan cinta Mas, Dek." Dia mulai mencoba menjelaskan pada Rosa. Dia frustasi karena merasa, Rosa tidak bisa melihat rasa sayang dan cinta yang mendalam.
"Mas melakukan semua ini demi cinta kita, Dek. Agar mas gak kehilangan kamu, agar kita bisa menyatu sebagai suami istri dan kamu tidak menolak mas lagi. Mas sungguh sangat takut kehilanganmu," sambungnya, sakit rasanya mendengar dia melakukan ini dengan sengaja. Agar Rosa mau menjadi istrinya.
"Hahahaha, agar menyatu dengan cara hina seperti ini?" tanya Rosa dengan mata melotot, memiringkan kepala dan tersenyum sinis. Mas Rafi yang melihat nya bergidik ngeri.
"Perlu kamu ketahui ya, Mas. Hari ini niatku adalah memberikan kabar bahagia dengan menerima dan mengiyakan ajakanmu untuk menikah, tapi nyatanya?" ucap Rosa, ia menahan sesak di dadanya, menarik nafas dan melanjutkan kalimatnya.
"Tapi ternyata, jadi aku yang diberikan kejutan. Aku lebih dulu dikasih kejutan menyakitkan sebelum aku memberikan kejutan membahagiakan untukmu," jelas Rosa parau. Di Pelupuk matanya, sudah menggenang air yang siap jatuh ke pipi merahnya.
"Dek, maafin Mas. Tapi Mas janji, akan tetap menikahimu. Mas gak akan pernah meninggalkan dan mengkhianati, Adik." Mas Rafi mencoba menyakinkan Rosa.
Rosa hanya diam saja, ia tidak kuasa lagi menahan air mata yang sedari tadi sudah tergenang di pelupuk matanya. Ia menangis, meratapi nasibnya yang sudah hina, menangis karena diperlakukan seperti ini oleh kekasihnya.
Ia sakit hati dan kecewa karena sikap dan tingkah laku Mas Rafi yang sangat j*****m. Mas Rafi banyak bicara dan terus saja meminta maaf tapi Rosa hanya diam mematung dengan tatapan yang kosong.
Mas Rafi membuka pintu kamar, mengulurkan tangan nya dan berniat menuntun Rosa masuk ke dalam mobil. Tapi ia menolak dan menepis tangan Mas Rafi, ia berjalan sendiri dengan tertatih masuk ke dalam mobil.
***
Rosa pov
Di Dalam mobil aku hanya diam dan menangis, setiap Mas Rafi ajak bicara aku hanya diam tak membalas nya.
Hatiku merasa sangat retak sekali saat itu, ibarat kata kertas yang sudah diremas, kertas tersebut tidak akan kembali rapi dan pasti akan terlihat jelas remasan di setiap sisi kertas tersebut.
Entah lah apa yang kurasakan saat itu benar-benar kacau. Semua rasa benar-benar sedang kurasakan, perasaanku campur aduk. Terbayang sekilas wajah Ayah dan Ibuku, bagaimana perasaan mereka jika tau keadaan ku seperti ini.
Sedih rasanya melihat wajah mereka yang mungkin kecewa karena orang yang dipercaya bisa menjaga anak nya, ini malah membuat anak nya tersiksa dan kecewa mendalam.
Selama perjalanan pulang, Mas Rafi terus menawarkan sesuatu tapi hanya dijawab dengan gelengan kepala. Setiap tanya dek mau makan? Dek mau minum? Aku hanya menggelengkan kepala.
Aku merasa sangat lelah sekali. Ingin cepat sampai di rumah, masuk kedalam kamar, mengurung diri dan berusaha melupakan kejadian ini yang mungkin tidak akan pernah terlupakan nantinya.
Lama juga perjalanan ke rumah, sekitar 3 jam perjalanan untuk sampai ke rumah. Selama 3 jam kami tidak berhenti untuk makan atau sekedar minum karena aku hanya diam dengan tatapan kosong.
Terasa seperti seonggok daging yang tidak bernyawa. Yang masuk ke dalam tubuh yang saat ini sudah sangat kotor dan menjijikan. Kehilangan kehormatan yang sudah dijaga dan juga harga diri.
***
Sesampainya di depan rumah, Rosa turun dari mobil tanpa mengucapkan sepatah kata. Membuka gerbang dengan kasar, dan membuka pintu rumah dengan kasar.
Ia berlari kedalam kamar dan menutup pintu kamar dengan kencang. Rosa menyeluruh kebawah jatuh terduduk dilantai, Mbak Tuti terbangun dan mengetuk pintu kamar, menanyakan apa yang terjadi.
Rosa yakin, Mas Rafi pasti langsung lari mengejarnya setelah memarkirkan mobil nya.
"Dek, buka dulu pintunya." Mas Rafi terus menggedor pintu kamar Rosa dengan kencang.
"Ya Allah Mas, ada apa sama, Nona? Bukanya kalian ke laut dan menginap untuk beberapa hari?" tanya Mbak Tuti bingung, karena tiba-tiba mereka pulang selarut ini.
"Gak jadi mbak. Kami ada sedikit masalah, jadi lebih memilih pulang," jawab Mas Rafi santai, suaranya masih terdengar oleh Rosa dari dalam kamar.
Shit sedikit masalah dia bilang? Dia telah memperkosa, melecehkan, menampar dan membuatku berdarah seperti ini dibilang sedikit masalah? Memang lelaki b******n, batin Rosa.
"Oh begitu, ya sudah Mas pulang aja kalau begitu. Ini sudah larut malam malah kalian berantem begini. Gak enak sama tetangga takut mendengar keributan kalian." Mbak Tuti menyuruh Mas pulang ke rumahnya.
"Ya sudah Mbak, Rafi titip Rosa ya. Apapun yang terjadi sama Rosa, tolong Mbak segera hubungi Rafi. Rafi akan tetap dirumah selama kondisi Rosa masih kacau seperti ini!" Dia dengan tegas, memerintahkan pada Mbak Tuti.
"Iya Mas tenang aja. Nanti Mbak hubungi jika ada sesuatu yang terjadi sama Nona Rosa," jawab Mbak Tuti dengan santai.
"Sudah sekarang, lebih baik mas pulang. Istirahat agar besok fit kembali dan kesini untuk bicara baik-baik dengan Nona ya," lanjut Mbak Tuti meminta Mas Rafi untuk kembali lagi keesokan harinya.
Rosa mendengar langkah kaki semakin menjauh, dan mendengar suara mesin mobil yang makin jauh meninggalkan rumahnya.
"Non, Mas nya sudah pulang. Non istirahat ya atau mau mbak buatkan s**u dulu agar tidur nya nyenyak?" tanya Mbak Tuti halus dari luar kamar.
"Boleh mbak, buatkan aku s**u saja ya. Nanti simpan saja dalam kamar. Aku mandi dulu, pintu kamar gak aku kunci," jawaban Rosa, ia mendengar langkah kaki menjauh dari kamar.
Rosa membuka kunci pintu, masuk kamar mandi. Ia membersihkan diri lagi, mengulangi hal yang sama menggosok tiap kecupan Mas Rafi di tubuhnya, menangisi kejadian tadi lagi dan berteriak sangat kencang.
Setelah puas mandi dan menangis, ia keluar dari kamar mandi, mengunci kembali pintu kamarnya, minum s**u dan tidur. Ia hari ini lelah dan berdoa, semoga besok bisa lupa akan kejadian menyedihkan ini, batinnya.