Rafi pov
Hari ini aku pulang, dan mampir ke rumah Rosa, mengajak nya liburan bersama teman-temanku. Mengisi waktu libur dengan jalan-jalan. Aku memintanya berkemas untuk besok, karena hari ini merasa lelah, aku pamit pulang.
Sebelum subuh, aku menelpon Rosa berkali-kali agar bangun dari tidurnya. Setelah dia bersiap, aku segera menjemputnya menggunakan mobil baruku.
Baru sampai di rumahnya, aku sudah dihidangkan pemandangan dengan wajah bingung nya. Mulut nya menganga karena terkejut melihatku membeli mobil baru.
Dia sempat protes, kenapa harus membeli mobil baru. Padahal sebelumnya, aku baru saja membeli mobil, dan hanya dijawab dengan senyuman.
Kami menuju rumah temanku yang sebagai tempat titik kumpul. Semua sudah datang, kami segera berangkat menuju tempat yang diinginkan. Akhirnya kami sampai ditempat yang dituju setelah menghabiskan waktu kurang lebih 3 sampai 4 jam di jalan.
Semua teman-temanku sudah berjalan ke arah laut. Aku keluar mobil untuk membelikan Rosa minum. Dia minum sedikit, dan mengajakku untuk bermain air menyusul teman-teman yang lain.
Setelah puas bermain di laut, kami membersihkan diri masing-masing. Aku lebih dulu selesai dari Rosa, mengambil air minum nya dan mencampurkan obat tidur didalamnya.
Entah setan apa yang sebenarnya memasuki diriku, tapi aku ingin dia menjadi milikku seutuhnya. Kami semua sudah membersihkan diri dan mencari penginapan.
Sepertinya gadisku lapar, ia memakan cemilan yang sebelumnya sudah kami beli. Dan meminum air yang sudah kucampur dengan obat itu. Aku tersenyum, tersenyum penuh arti. Tidak lama, sepertinya ia mengantuk dan meminta izin tidur.
Aku membelokkan mobil ke penginapan yang bagus, teman-temanku turun dan masuk ke kamar masing-masing.
Aku membawa tubuh gadisku yang lemah dan tertidur ini ke dalam kamar. Aku merebahkan tubuhnya diatas ranjang yang luas.
Ku menciumnya dengan kasar, menjamah tubuhnya yang masih tertutup pakaian. Ku buka satu persatu kancing baju nya hingga ia tak memakai sehelai benangpun yang melekat pada tubuhnya.
Ku rasakan manis tubuhnya, apakah aku jahat karena berbuat seperti ini dalam keadaan gadisku tak berdaya? Ah, persetan dengan semua itu. Aku harus memilikinya.
Aku tergila-gila melihat tubuhnya yang indah dan sintal. Aku segera melancarkan aksiku. Aku menciumnya berkali-kali, mencumbu dan menyemburkan lahar panas di dalam inti tubuhnya.
Aku sengaja melakukan semua ini, agar ia mau menikah denganku. Setelah aku puas menikmati tubuhnya, ku selimuti tubuh indahnya.
Tapi, aku kaget melihat ada darah di sprei. Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan? Apakah ku sudah menghancurkan kehidupan nya? Aku merasa bersalah padanya. Segera kututup tubuhnya dengan selimut, dan aku merebahkan tubuh di sebelahnya, tertidur pulas.
***
Rosa tertidur cukup lama. Dia perlahan membuka mata nya. Pertama kali, ia melihat cahaya lampu. Lampu? Dia berpikir, apakah mereka sudah sampai di penginapan? Tapi kenapa kekasihnya tak membangunkannya. Ia masih mencoba untuk sadar.
Ia melihat ke sebelah, ada Mas Rafi tertidur diranjang yang sama tanpa sehelai benangpun yang melekat pada tubuh mereka. Rosa kaget dan merasa hancur.
"Mas Rafi!" teriak Rosa membentak kekasih yang ia cinta dengan sangat kasar.
"Mas bangun!! Bangun!! Bangun Mas!!" Rosa berteriak dan mengguncangkan tubuh lelaki di sebelahnya agar segera bangun.
"Bangun b******k!!" Makinya tidak tertahan. Rosa menjambak rambut Mas Rafi, karena dia tidak bangun-bangun.
"Eugh apa sih dek? Masih ngantuk." Suara khas orang bangun tidur, ia menjawab nya dengan polos tanpa merasa bersalah.
"Bangun!! Kamu kenapa bersikap seperti lelaki yang tidak bermoral terhadapku, Mas!! b******k kamu, b******k!!" Rosa terus memaki Mas Rafi dengan kasar.
"Apa kamu bilang?? Berani banget kamu kasar ke Mas, Dek!!" Mas Rafi membentaknya, ia tidak terima diperlakukan kasar oleh gadisnya yang selalu lembut padanya.
"Terlalu j*****m kamu, Mas!!" teriak Rosa, menampar wajah Mas Rafi dengan keras.
"Kenapa kamu lakukan ini, Mas!! Kenapa!!" Rosa menarik selimut untuk menutupi semua tubuh kekasihnya. Ia sangat kacau dan tidak terima atas kejadian ini.
"b*****t kamu!! Kamu apakan aku, Mas!! Kamu apakan aku!" Rosa semakin hilang kendali, ia trus bicara kasar pada kekasihnya. Pikirannya kacau.
Rosa menjambaknya, memukulnya dan menggigitnya lengan kekasihnya. Rosa hilang kendali saat itu, yang ada di pikirannya hanya emosi dan amarah yang harus dikeluarkan.
Mas Rafi sekuat tenaga menahan dan menenangkan kekasihnya yang hilang kendali. Tapi sepertinya kekuatan Rossa saat marah lebih besar darinya. Mas Rafi kehilangan akal bagaimana menenangkan gadisnya.
"Plaaaakkk!!" Tamparan mendarat di pipi Rosa dengan kasar.
"Diam dan tenang bisa gak, Dek!!" Hati Rosa hancur, lelaki dihadapannya yang ia percaya. Sekarang membentaknya setelah menghancurkan kehidupan nya.
"Berani nya kamu menamparku j*****m!!" Emosi Rosa makin memuncak dan berusaha memukul kekasihnya dengan membabi buta.
"Maaf Dek!! Maaf!!" Meminta maaf tapi membentak Rosa seperti itu.
"Maaf dek, tenang dulu. Mas minta maaf banget. Mas memang salah." Suaranya parau, ia menunduk tak berani melihat mata Rosa. Rosa tidak percaya seseorang yang ia sangat percaya ternyata bisa berbuat seperti ini padanya.
"Gila kamu, Mas!! Sudah melecehkan ku, menamparku dan kamu bilang maaf!!!! Otakmu dimana!!" Rosa makin memaki lelaki dihadapannya yang diam mematung.
"Semudah itu kau mengucap maaf, Mas!!" bentaknya menjambak rambut kekasihnya sangat kasar hingga beberapa helai rambutnya rontok karena ulahnya.
***
Rosa pov
Sepertinya aku tertidur cukup lama. Aku perlahan mencoba membuka mataku. Pertama yang aku lihat saat membuka mata adalah cahaya lampu. Aku bingung, apa sudah sampai di penginapan? Tapi mengapa kekasihnya tidak membangunkannya.
Aku mencoba menyadarkan diriku terlebih dahulu. Sungguh, aku terkejut melihat Mas Rafi berada di sebelahku. Kami satu ranjang tanpa sehelai benang yang melekat tubuh kami.
Tubuhku ditutupi oleh selimut. Aku membangunkan nya, memaki dan menggigit lengan nya. Aku kacau. Hatiku sungguh sangat hancur. Lelaki yang ia percaya selama ini, ternyata memperkosa nya.
Aku hilang kendali, hingga dia menamparku dengan kasar. Aku terkejut di perlakukan seperti ini. Selama mengenalnya, aku tak pernah diperlakukan kasar. Tapi hari ini, aku dihancurkan dan diperlakukan kasar olehnya.
Aku menangis histeris. Hancur semua pertahanan yang sudah kujaga. Hancur semua keyakinan yang sudah kuberikan padanya.
Aku tak perduli, apakah ada yang mendengar teriakkan nya atau tidak. Aku mencoba turun dari ranjang dengan susah payah. Perih, aku merasakan perih di daerah sensitifku. Kakiku gemetar dan lemas, tapi tetap mencoba menapakkan kaki di lantai.
Perlahan jalan, ah sakit sekali. Aku melihat kasur, banyak sekali bercak darah disana. Tidak terasa air mataku menetes, hancur berkeping-keping hatiku.
Aku jalan tertatih ke kamar mandi menahan rasa sakit dan menutup pintu nya dengan kencang lalu kukunci pintu dari dalam. Mas Rafi mengetuk pintu kamar mandi dengan kasar, meminta aku membuka pintunya.
***
Saat Rosa didalam kamar mandi, ia mendengar ada yang mengetuk pintu. Mungkin itu pegawai hotel atau teman-teman Mas Rafi yang datang mendengar teriakannya tadi.
"Ada apa Mas?" tanyanya. Tapi suaranya beda, itu bukan teman-teman Mas Rafi.
"Oh gak ada apa-apa Mas, biasalah ribut sama istri. Gak papa mas, tenang aja," jawab Mas Rafi santai menyakinkan orang tersebut.
"Oh kirain ada kekerasan disini, maka nya saya ketok pintu nya. Baiklah maaf sudah mengganggu Mas, dan selamat beristirahat," ucap Pegawai hotel meninggalkan kamar.
Tidak terdengar lagi suara nya dan yang terdengar hanya suara pintu yang dikunci oleh Mas Rafi.
Rosa menyalakan keran air full. Ia menyeluruh jatuh ke bawah dalam posisi terduduk dan bersandar di tembok menangisi keadaan yang seperti ini.
Ayah, ibu maafkan anakmu ini, batin ia menjerit dan menangis. Ia mencoba menahan rasa sesak di dadanya.
Rosa benci dirinya sendiri!! Jijik dengan dirinya sendiri!! Bahkan ia najis dengan tubuhnya!! Ia merasa sangat hina sekali!! Ia malu jika harus bertemu orang lain!! Apalagi jika orang lain tahu bahwa ia sudah dilecehkan oleh kekasihnya.
Rosa masih menangis, menangisi nasibnya yang menjadi seperti ini. Ia menyabuni semua tubuhnya. Menggosok tubuh yang penuh dengan kecupan Mas Rafi. Yang ada di pikirannya saat itu adalah berusaha menghilangkan jejak kecupan Mas Rafi yang ada di badan.
Ia gosok sangat kencang dan kasar hingga berdarah, ia meninggalkan bekas lebam di tubuhnya. Rasa sakit dan darah segar yang keluar dari tubuhnya, tidak se sakit dan se kecewa dirinya yang merasa kotor ini.
Rosa merasa hidupnya runtuh. Ia sudah hancur, merasa sudah tidak punya harga diri lagi. Harga diri dan juga aset berharga diambil oleh kekasihnya sendiri yang berniat menjadi suaminya. Hingga ia berfikir, jangan-jangan kekasihnya itu tidak pernah serius dengan niat menikah.
Rencananya, hari ini Rosa akan memberikan kabar bahagia mengenai permintaannya saat itu. Tapi sebelum ia memberikan kabar baik, ia sudah terlebih dahulu diperlakukan buruk oleh kekasihnya.
"Kenapa kamu tega mas!! Kenapa kamu tega sama aku!! Apa salahku sehingga kau sampai dengan hati melecehkan ku seperti ini!!" teriak Rosa di dalam kamar mandi yang mungkin tidak terdengar oleh kekasihnya di luar.
Mas Rafi masih menggedor-gedor pintu kamar mandi dengan kasar, meminta Rosa untuk membuka pintu nya. Rosa tidak tahu apa yang sedang ada dipikiran kekasihnya saat itu melihat ia kacau seperti ini.
Apakah kekasihnya itu khawatir atau malah ingin menertawakan keadaan nya yang sudah hina seperti ini.
***
Rafi pov
Gadisku terbangun. Dia membangunkan ku dengan kasar. Aku kaget melihat nya menangis, dan bingung kenapa dia menjadi kasar.
Rosa memakiku, menghinaku, bahkan dia terus menerus menjambak rambutku. Tidak berhenti sampai disitu, dia memukuli tubuhku membabi buta, menggigit berkali-kali lenganku meninggalkan bekas dari gigitan nya.
Ia terlihat sangat kacau, tenaga nya melebihiku. Aku bingung, kehilangan cara untuk menenangkannya. Hingga aku melayangkan tanganku mendarat di pipi merahnya.
Dia terkejut diperlakukan kasar olehku. Aku menarik tanganku yang sudah menamparnya, memintanya untuk tenang. Tapi dia menangis. Kenapa sakit hatiku ini melihat nya menangis.
Rosa turun dari ranjang, ia terlihat kesakitan dan lemas. Ia berusaha menapakkan kakinya di lantai dengan susah payah. Tubuhnya bergetar hebat tapi dia berusaha menenangkan dirinya. Itu terlihat ketika dia mulai sedikit agak tenang.
Ia makin menangis ketika melihat bercak darah di atas sprei. Aku tau, dia hancur bahkan sangat hancur hatinya. Tapi aku harus melakukan ini agar dia menjadi milikku.
Ia berjalan perlahan, masuk ke dalam kamar mandi dan menjerit, menjerit seperti menyampai kan pada dunia. Jeritannya adalah jeritan pilu dan kehancuran.
"Dek maafkan, Mas! Maafkan Mas, tolong buka pintu nya dek buka!" teriak Mas Rafi dari luar.
"Dek, buka sayang buka pintunya. Mas menyesal, mas minta maaf sayang. Mas mohon buka pintu nya," pinta kekasihnya lagi. Dia terus menggedornya, berharap Rosa membuka pintunya. Dia khawatir, takut jika terjadi sesuatu dengan Rosa didalam sana.
"Menyesal? Hahaha, menyesal kau bilang, Mas?" tanya Rosa dari balik pintu kamar mandi. Dia tertawa, tawa nya begitu mengerikan.
"Setelah memperkosa ku, kau bilang menyesal? Menyesal atau menginginkan nya lagi!!" Bentaknya semakin tidak karuan.
Mas Rafi terus menerus menggedor pintu kamar mandi. Dan terus memohon maaf.
Rosa tidak peduli, bahkan ia berpura-pura tidak mendengar nya. Satu tujuannya saat itu adalah menghilangkan semua bekas kecupan di tubuhnya.
Berkali-kali digosok, berkali-kali mengeluarkan darah segar dan akan meninggalkan bekas lebam. Rosa menangis sesegukan.
"Hidup, tubuh dan masa depanku hancur semua karena ulahmu, Mas!!" Ia menjerit dan terus berteriak getir.
"Jika memang kau ingin menghancurkan ku, tidak seperti ini caranya b******k!!" Rosa berteriak memaki makin kencang.
Rosa berusaha menahan semua amarah dan berusaha untuk tidak hilang kendali saat itu. Ia merasa harus melawan Mas Rafi. Ia tidak boleh diam saja, harus keluar dan pergi dari tempat itu.
Rosa membersihkan tubuhnya yang penuh dengan darah segar secara perlahan. Ia menggigit bibir bawahnya menahan rasa sakit dari luka segar ini. Setelah bersih, Rosa memakai handuknya kembali dan memantapkan diri untuk keluar dari kamar mandi.
***