Hailey berjalan gontai seakan seperti zombie hidup. Dylan yang melihat itu mengerutkan dahinya. Jarang sekali Hailey bertingkah seperti ini datang ke kantor.
Gadis itu terkejut saat Dylan menepuk bahunya bahkan sedikit saja Dylan menjadi korban bantingan Hailey.
"Ada apa denganmu. Kau terlihat seperti mayat saja" Celetuk Dylan.
Hailey menghela nafas rendah. Andai saja Dylan tau dirinya memang mayat hidup mungkin dia akan ketakutan. Hailey penasaran bagaimana seorang Dylan ini ketakutan.
"Aku akan menceritakan tapi tidak di sini" Hailey melirik sekitarnya di mana beberapa orang tengah menatap dia dan Dylan.
"Kalau begitu kamu bisa datang ke ruanganku" ucap Dylan menyadari jika apa yang akan Hailey katakan ini begitu penting. Lelaki itu berjalan di depan Hailey.
Hailey masih teringat ancaman Elias. Kenapa pria itu sangat menyebalkan mulai dari awal bertemu saja Hailey sudah di buat kesal. Dan sekarang makin tambah mengesalkan saja.
"Apa yang ingin kamu katakan?"
Hailey menyodorkan map di depan Dylan.
Dylan melemparkan map setelah dia baca isinya.
"Apa-apaan ini. Kamu tidak hadir di kantor beberapa hari namun saat kamu kembali ingin mengundurkan diri!"
Memutar bola matanya malas. Sebenarnya dia juga tidak mau keluar dari pekerjaan ini tapi Elias pria b******k itu memegang kartu as nya. Hailey tidak bisa melakukan banyak hal. Kehidupan keluarganya bisa dalam ancaman besar.
Pilihan untuk mengundurkan diri adalah pilihan yang tepat meskipun harus mengorbankan berlian biru safir yang sangat ia inginkan untuk jadi koleksi nya.
"Aku sudah memutuskan untuk keluar. Bagiku sudah cukup banyak musuh sejak aku masuk ke bisnis ini sekarang waktunya untuk mengakhiri semua"
"Aku tidak menerima pengunduran dirimu jika tidak ada alasan yang logis"
"Kamu tidak bisa melarangku keluar dari pekerjaan ini"
Dylan meraup wajahnya gusar. Hailey kebanggaannya jika wanita ini keluar apa lagi yang bisa ia banggakan?.
Tapi percuma menghalangi sikap keras kepala Hailey. Jika dia sudah memutuskan sesuatu maka tidak ada yang bisa menghalanginya.
"Jangan mencariku lagi. Mulai hari ini aku keluar dari kantormu" Hailey berjalan keluar ruangan Dylan tanpa sedikitpun menceritakan soal keberadaan Elias atau informasi mengenai lelaki itu.
"Akan ku lipat gandakan berlian yang kamu inginkan jika tetap melanjutkan misi ini" seru Dylan. Hailey berhenti saat sudah memegang handle pintu. Dia mengigit bibir bawahnya.
Tawaran ini begitu menggiurkan. Tapi Hailey juga tidak bisa diam saja saat Elias mengancam akan membongkar identitasnya ke publik.
"Jadi apa kamu masih ingin mengundurkan diri?" Dylan berjalan mendekat.
Kepalanya terasa ingin pecah. Otaknya terus mengatakan berlian tapi di lain sisi Hailey juga teringat ancaman Elias.
Hailey memejamkan matanya.
"Baiklah aku lanjutkan misi nya"
Akhirnya tetap berlian pilihan Hailey. Dylan tersenyum bangga.
"Kalau begitu lanjutkan pekerjaanmu"
Senyum miring tercetak di bibir Dylan dia tau kelemahan Hailey. Gadis itu susah menolak tawaran berlian apa lagi Hailey sangat menyukai benda berkilau itu untuk menjadi koleksinya.
"Kakak aku mau lagi!" teriak Hailey. Aland datang sambil menjewer telinga Hailey.
"Gadis rakus. Sudah berapa kantung darah yang sudah kau habiskan ha!" Ujar Aland kesal.
Hailey meringis memegang telinganya.
"Aku lapar. Energiku harus penuh saat besok menghadapi lelaki menyebalkan itu lagi"
"Sejak kapan kamu seperti ini. Biasanya kamu bisa menghadapi orang-orang seperti itu dengan mudah"
"Tapi dia berbeda. Anehnya aku tidak bisa memanipulasi pikirannya" dan aku terjebak sekarang. Lanjut Hailey dalam hati.
Aland duduk bersebelahan dengan Hailey terlihat menyandarkan bahunya dengan nyaman.
"Kakak aku sedang serius kenapa kau malah menutup matamu" Hailey mengguncang lengan Aland.
"Diamlah biarkan aku berpikir"
Hailey menyilangkan tangan didepan perut. Aland datang sejak satu jam lalu saat mengatakan jika Hailey lapar. Lelaki ini datang membawa beberapa bungkusan darah segar untuk Hailey dan sekarang satupun kantung darah tak tersisa setetes pun.
"Yah setelah ku pikir pikir aku juga tidak tau kenapa sihirmu tidak berfungsi untuknya"
Sebuah bantal sofa melayang di depan wajah Aland.
"Aku menunggu jawaban baik malah ini yang kamu berikan. Tidak berguna" Hailey memberondongi Aland dengan pukulan. Aland justru tertawa di pukuli Hailey dengan bantal sofa.
"Cukup hentikan!" Aland mencekal lengan Hailey dan memeluk gadis itu begitu erat.
Nafas Hailey tak beraturan, pasrah saat kakak keduanya ini memeluknya. Dari dulu memang Aland yang lebih dekat dengannya ketimbang Aaron.
Aland mencium pucuk kepala Hailey dengan lembut.
Hailey mendongak menatap Aland sambil menyandarkan kepalanya di d**a bidang Aland dengan nyaman.
"Kenapa kamu tidak segera menikah dengan Sofia" ucap Hailey tiba-tiba.
Aland menanggapi dengan senyuman tipis. Sofia adalah kekasih Aland sejak satu tahun yang lalu. Sofia berasal dari vampir klan secret.
"Aku masih ingin menjahilimu" Jawab Aland sambil mencubit gemas hidung Hailey. Gadis itu semakin mengeratkan pelukan di depan perut Aland.
"Hailey kapan kamu mendapatkan pria baik yang bisa menerimamu meskipun kamu bukan manusia"
"Aku tidak akan mencari pria lain. Aku hanya mencintaimu dan Aaron"
"Dasar kamu ini. Seorang gadis harus segera mencari pendamping hidupnya. Aku dan Aaron adalah kakakmu kamu tidak bisa selamanya mencintai kami"
"Aku tidak mau pria lain. Bagaimana kalau kamu saja yang jadi pendampingku?" Sekali lagi Hailey mendongak menatap Aland.
Aland terkekeh pelan, candaan Hailey terdengar lucu.
"Ini namanya melawan hukum alam --"
Ucapan Aland terpotong saat Hailey menciumnya tepat di bibirnya. Aland jadi teringat sesuatu dan segera mendorong Hailey.
"Tidak bisa! Ini tidak bisa di lanjutkan Hailey" Aland langsung berdiri.
Hailey menaikkan sebelah alisnya
"Bukannya kita pernah melakukannya. Kenapa responmu kali ini berbeda?"
"Kecelakaan itu tidak bisa di ungkit lagi Hailey. Aku sudah mencoba melupakannya. Kamu adikku tak seharusnya kamu melakukan hal yang seharusnya tidak kamu lakukan"
Aland berbalik dan berjalan beberapa langkah sebelum dia menghilang di hadapan Hailey.
Hailey ingin menangis. Tapi dia tidak bisa. Sekarang dia ingin melampiaskan kekesalannya pada seseorang.
Di lain tempat.
"Kamu bereskan saja dia. Sekarang aku sangat sibuk jangan menggangguku" Elias melemparkan gagang telepon ke atas meja. Sebelah kakinya menginjak lengan orang tak berdaya di bawahnya.
"Katakan siapa yang menyuruhmu" ucap Elias sambil meminum whiskey di gelas kaca kristalnya.
"Biarpun kau membunuhku aku tak akan mengatakannya" ucap pria di bawah Elias. Elias menginjak kepalanya.
"Baiklah kalau kamu ingin mati akan ku kabulkan" Elias menarik pelatuk pistolnya dan seketika orang di bawah Elias mati.
"Sejak kapan kau berdiri di sana?" seru Elias saat matanya melihat Hailey dengan santainya bersandar di dekat pintu menyaksikan Elias yang baru saja membunuh pria yang kini berlumuran darah.
Hailey berjalan mendekat
"Apa kamu tau saat melihat begitu banyak darah seperti ini rasanya aku ingin memakan sesuatu" sambil menunjuk dagu Elias.
"Lalu kenapa tidak kamu makan saja dia" sambil menunjuk mayat di bawahnya.
"Menurutku kau lebih menarik dari pada yang sudah mati"
Elias tertawa kaku
"Kau mengancamku atau ingin mencoba darahku?"
"Tidak dua-duanya" Jawab Hailey. Elias mengerutkan dahinya. Namun belum sempat Hailey mengatakan kalimat selanjutnya terdengar suara wanita.
"Elias!" Teriak wanita itu. Hailey berdecak lalu segera pergi dari tempat Elias.
Elias membersihkan tangannya yang terciprat darah. Sebelum menghampiri suara wanita di luar.
"Kenapa kau lama sekali membuka pintunya" Jessica menerobos masuk ke dalam penthouse Elias.
Lelaki itu hanya memakai piyama tidurnya saat Jessica datang.
"Apa orang tuamu tidak mengajarkan sopan santun" ujar Elias.
Jessica memiringkan kepalanya saat menatap Elias.
"Mereka mengajarkan sopan santun padaku tapi tidak berlaku saat bersamamu"
"Lalu apa yang kamu lakukan datang kemari?"
Jessica menghela nafas rendah sambil berjalan mendekati sepupunya ini.
"Di mana Samuel?" Tanya dia.
Elias tertawa pelan.
"Kau mencari Sam di sini? tidak salah? Ini rumahku bukan rumah Sam. Jessy kau salah alamat ya" Ejek Elias.
Jessica berdecak lidah
"Sam dekat denganmu ku pikir dia ada di sini atau jangan-jangan kamu menyembunyikan dia dariku?" Jessica menatap Elias dengan pandangan menyelidik.
"Untuk apa aku menyembunyikan dia. Lebih baik aku menyembunyikan wanita yang cantik untuk menemani malamku" Ucap Elias dengan santainya. Jessica mendengus kesal kemudian berjalan keluar sambil membanting pintu.
"Apa dia sering datang kemari?"
"Kadang" jawab Elias berjalan membelakangi Hailey.
"Kau sendiri bagaimana bisa masuk?" Elias menuangkan kembali whiskey ke dalam gelas.
"Menurutmu apa aku perlu lewat pintu untuk masuk kemari?" Tanya Hailey balik. Elias mengedikkan bahu lalu meminum whiskey dari gelasnya.
"Jadi apa yang membuatmu datang menemuiku? Aku tidak tertarik dengan wanita sepertimu"
Hailey tertawa sinis "Siapa juga yang datang kemari untuk menawarkan diri. Aku juga tidak tertarik dengan pria sombong sepertimu"
"Lalu apa yang membuatmu datang kemari" Elias mendekati Hailey.
"Menawarkan sebuah perjanjian" ucap Hailey serius.
----
"Hei apa kau sudah mabuk?" Seru Rehan saat Hailey tidak bergerak dari meja bar setelah menghabiskan 10 gelas minuman.
Rehan sebenarnya juga bingung terhadap Hailey. Gadis ini memang kuat secara fisik tapi mudah di kalahkan dengan racun yang masuk ke tubuhnya. Terlebih Hailey juga bisa terpengaruh dengan alkohol. Padahal dia kan vampir.
Vampir yang aneh. 3 ainsley bersaudara punya kelemahan masing-masing. Jika Aaron tidak bisa merasakan bagaimana rasa makanan dan Aland yang tidak bisa terkena Air laut maka Hailey terhadap obat obatan.
Meskipun Rehan tidak terlalu mengenal keluarga Ainsley dia juga tidak berani macam-macam apalagi Rehan hanyalah salah satu klan yang berada di urutan paling bawah. Berbeda dari keluarga Hailey yang menududuki klan paling atas di dunia vampir.
"Hailey wake up!" Rehan menguncang pelan lengan Hailey.
"Biarkan aku menghabiskan minumanku" Tangan Hailey bergerak meraba gelasnya.
"Gadis bodoh. Sudah mabuk juga masih ingin nambah lagi" Rehan membantu Hailey berjalan kembali kerumahnya.
"Sebenarnya kau ini makan apa kenapa seorang wanita saja begitu berat" Protes Rehan dan langsung kena jambakan dari tangan Hailey.
"Kau yang bodoh. Aku ini tidak berat hanya saja aku tidak pernah diet" Racau Hailey. Rehan menggeleng sambil dengan sabar mengembalikan gadis itu ke tempatnya.
Begitu pagi tiba saat cahaya matahari mengenai tangan Hailey, gadis itu melompat merasakan panas yang membakar kulitnya.
"Sejak kapan kamarku bisa tertembus sinar matahari?" kesadarannya kembali 100% meskipun sedikit menyisakan pusing.
Tak lama kamar mandi terbuka. Hailey ingin bersiul melihat Elias hanya mengenakan lilitan handuk di pinggangnya namun sayangnya Hailey tidak bisa bersiul.
Sebuah tattoo burung phoenix di bahu kanan Elias menambah kesan berbeda dari lelaki itu di tambah rambut basahnya.
"Sudah puas melihatnya" Ucap Elias menyadarkan Hailey dari imajinasinya.
Tunggu dulu. Sejak kapan dirinya berada di kamar Elias? Hailey melihat sekeliling kemudian segera berdiri dan berjalan menjauh.
Hailey belum memakai sun blok nya jika matahari mengenainya dia bisa langsung jadi ayam bakar.
Elias menutup gorden hingga cahaya matahari terhalangi.
"Ku pikir hanya dongeng jika vampir takut dengan matahari?"
Hailey menatap Elias sinis.
"Meskipun kamu tau siapa aku sebenarnya kau juga tidak bisa melakukan hal seenaknya"
"Kau seharusnya berterima kasih karena aku membantumu. Pikir saja jika orang tau ada vampir mabuk apa itu tidak mengguncang dunia"
"Bagaimana aku bisa ada di tempat mu?" Sela Hailey mengabaikan kalimat Elias sebelumnya. Lelaki itu berjalan ke arah walk in closet dan memakai pakaian nya.
"Kau tanyakan saja pada pria yang menitipkanmu padaku kalau tidak salah dia yang berambut putih itu" ucap Elias begitu di keluar dengan pakaian santai.
Hailey menggenggam tangannya
"Rehan awas saja kau!" ucapnya gregetan.
________
Eh eh eh ada Readers.
Haloo
Suka genre vampir atau utornya
Aku sih lebih suka klo karyaku di sukai kalian wkwk. Jangan lupa Vote, komen dan Share ya biar karyaku di kenal sama yang lain
ILY
❤