“Ada apa, Rei? Kamu baik-baik saja’kan?” tanya Andi setelah mereka duduk di taman belakang. Dua cangkir kopi dan beberapa jenis camilan sudah tersedia di sana. Reinald menyeka matanya yang berkaca-kaca. Bibirnya tampak bergetar. “Apa ada masalah?” “Andhini ....” “Ada apa dengan Andhini, Rei?” “Andhini sedang tidak baik-baik saja.” “Maksudnya?” “Barusan ia mengajakku bicara di dalam kamar. Ia mengatakan sesuatu yang sama sekali tidak ingin aku dengar.” Reianald pun tidak kuasa menahan air matanya. “Andhini baik-baik saja’kan?” Reinald menggeleng, “Ternyata selama ini Andhini menyimpannya sendiri. Andhini menyembunyikan rasa sakit yang sudah ia derita. Tujuannya hanya satu, tidak ingin membuat siapa pun khawatir.” “Sakit? Maksudnya Andhini sakit?” “Iya, Andhini mengidap tumor rahi