Tiga Puluh Dua

818 Kata
Tidak ada yang memancing cerita itu. Mungkin Harry sendiri juga mulai mengantuk, atau mungkin dia hanya bosan. Namun, semakin dia berbicara, semakin Ivan menyadari kalau dia sedang mendengarkan autobiografi rusak seorang laki-laki sekarat yang tahu bahwa hidupnya sangat tidak masuk akal, namun toh masih ingin berusaha. “Adik Kenichi—laki-laki yang aku anggap sebagai ayahku—kami memanggilnya Paman Moka, akan mengajakku pergi memancing, begitu yang dia bilang pada orang tuaku. Tapi kami tidak pernah menangkap ikan apa pun, bahkan tidak pernah mencelupkan kail. Kami pergi ke rumah kecilnya di luar kota, ada kolam di belakangnya, dan di sanalah katanya ikan-ikan itu seharusnya berada. Dan tidak pernah melangkah hingga sejauh itu. Dia memberiku satu batang rokok, membiarkan aku mencicipi birnya. Awalnya aku tidak tahu menahu apa yang sedang dilakukannya. Tidak punya gagasan sama sekali. Aku hanya anak kecil, berusia delapan tahun. Aku terlalu kuat untuk bergerak, untuk melawan. Aku begitu ingat betapa sakit rasanya. Dia mempunyai pelbagai jenis p********i anak, majalah, dan film: bahan-bahan memuakkan yang dengan entengnya dibaginya denganku. Kau menjejalkan semua sampah itu ke dalam kepala seorang anak kecil, dan tidak lama berselang dia mulai menerimanya. Aku pikir, mungkin ini yang dilakukan anak-anak. Tepatnya, yang dilakukan orang dewasa terhadap anak-anak. Kelihatannya sah dan wajar. Dia tidak jahat padaku; sebenarnya dia membelikan aku es krim dan snack—apa pun yang aku inginkan. Setiap kali usai kami pergi memancing, dia akan mengantarku pulang, dan persis sebelum kami masuk ke dalam rumahku, dia akan bersikap sangat serius, agak kejam, dan ada ancaman. Dia akan memberitahuku kalau penting buatku untuk menjaga rahasia kecil di antara kami. Beberapa hal tidak perlu digembar-gemborkan. Dia menyimpan sepucuk pistol di truknya, sepucuk pistol mengkilap. Pada suatu hari, dia akan menunjukkan padaku cara menggunakan pistol itu. Namun awalnya dia akan mengeluarkan pistol itu dan meletakkannya di jok, lalu menjelaskan kalau dia menyukai semua yang dia sembunyikan, dan apabila sampai terbongkar, maka dia secara terpaksa harus melukai seseorang. Termasuk dengan membunuhku. Dan jika aku memberitahu seseorang, dia akan membunuhku, serta membunuh pihak siapa pun yang aku beri tahu, itu juga termasuk Kenichi dan ibuku. Begitu efektif. Aku tidak pernah memberitahu siapa pun. “Kami terus memancing. Aku rasa ibuku tahu, namun dia memiliki masalah-masalahnya sendiri, khususnya dengan botol. Dia mabuk hampir sepanjang waktu, dia tidak sadar-sadar sampai beberapa tahun berselang, sampai sudah terlambat bagiku. Saat aku berusia sepuluh tahun, pamanku memberiku sedikit g***a, dan kami mulai merokok bersama-sama. Kemudian beberapa pil. Rasanya lumayan. Aku pikir dengan mengonsumsi itu, diriku menjadi terlihat sangat keren. Seorang anak, mengisap rokok dan g***a, meneguk bir, menonton p********i. Bagian yang lain itu tidak pernah ditayangkan, namun tidak berlangsung lama. Suatu hari kami terpaksa pindah rumah disebabkan masalah keuangan, hutang nunggak dan lain sebagainya. Paman Moka ditinggal di rumah. Aku sangat yakin dia patah hati. Dia akhirnya menemukan kami dan muncuk sekitar satu bulan kemudian, bertanya lagi apa aku ingin memancing. Aku jawab tidak. Kemudian Paman Moka pergi sambil menggerutu dan mengomel. Sesudah itu, aku sudah tidak pernah melihatnya lagi. Namun kerusakan telah terjadi. Kalau aku melihat dia lagi saat ini, aku akan mengambil tongkat bisbolku dan membuyarkan otaknya hingga sejauh satu kilometer. Aku benar-benar seorang anak kecil yang telah dianiaya. Dan aku rasa bahwa aku tidak pernah melupakan soal itu. Pendeta, boleh aku merokok?” “Tidak.” “Kalau begitu, bisakah kita berhenti dulu agar aku bisa merokok?” “Bisa.” Beberapa kilometer kemudian, mereka menepi dan memasuki tempat pemberhentian. Telepon Ivan berdering lagi. Panggilan masuk yang kemudian dijawab dari Ichiro Ozawa. Sementara itu, Harry Kazuya mengeluyur sendiri, terakhir kali terlihat oleh mata Ivan dia menyelinap ke dalam hutan di belakang toilet, sekepul asap mengikuti di belakangnya. Sedang Ivan melintasi halaman parkir, sambil mondar-mandir, berusaha memompa darah, berusaha menjangkau Harry dengan sebelah matanya. Saat Harry sudah tidak kelihatan—menghilang di balik kegelapan—Ivan ingin tahu apakah penjahat itu pergi untuk selama-lamanya. Dia telah bosan dengan perjalanan itu, dan jika Harry melarikan diri pada titik ini, siapa yang peduli? Ivan akan mengemudi pulang, sendirian dan bahagia di dalam mobilnya, setelah itu paling mendapat omelan dari istrinya dan teguran keras dari Ichiro. Apabila dia beruntung, tidak seorang pun perlu tahu tentang misi yang tidak berhasil itu. Harry Kazuya akan melakukan apa pun yang selalu dilakukannya—luntang-lantung ke sana ke mari hingga akhirnya mati atau membuat dirinya tertangkap lagi. Namun bagaimana jika dia melukai seseorang? Apakah Ivan musti ikut menanggung kejahatannya? Beberapa menit berselang berlaku tanpa gerakan apa pun dari dalam hutan. Satu lusin truk beroda 18 diparkir bersama-sama di salah satu sisi halaman parkir itu, generator-generatornya mendengung ketika para pengemudinya tidur. Ivan menyandar di mobilnya sambil menunggu. Dia kehilangan keberanian, dan dia ingin segera pulang ke rumah. Dia ingim Harry Kazuya tetap tinggal di hutan, berjalan terus hingga tidak mungkin bagi dia untuk kembali, semata-mata menghilang begitu saja. Pasalnya setelah itu dia memikirkan Furuya Satoru. Sekepul asap melayang dari balik pepohonan, Penumpangnya ternyata belum melarikan diri. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN