Tiga Puluh Tiga

1539 Kata
Berkilo-kilometer berlalu tanpa satu kata pun, Harry terlihat puas untuk melupakan masa lalunya, meski beberapa menit sebelumnya dia dengan lancar mencurahkan semua detailnya. Begitu dia mulai mengantuk lagi, Ivan langsung mencibir. “Kau tinggal di Shibuya. Paman Moka datang dan pergi.” Cedutan, lima atau sepuluh detik, kemudian, “Ia, eh, kami tinggal di sebuah trailer di luar kota, di wilayah miskin. Kami selalu tinggal di wilayah-wilayah miskin, tapi aku ingat merasa bangga dengan trailer kami yang bagus. Sewaan, tapi aku tak tahu waktu itu, ada sebuah jalanan kecil, beraspal, panjangnya berkilo-kilometer sampai ke perbukitan di selatan Shibuya. Di sana ada sungai-sungai kecil, lembah-lembah, dan jalanan-jalanan tanah. Pokoknya surga anak-anak. Kami bersepeda selama berjam-jam menyusuri jalanan-jalanan itu dan tidak seorang pun pernah menemukan kami. Terkadang kami mencuri bir dan minuman keras dari trailer, atau bahkan dari toko, dan melarikan diri ke bukit-bukit untuk berpesta-pora sedikit. Suatu kali seorang anak bernama Damian mempunyai sekantong g***a yang dicurinya dari kakak laki-lakinya, dan kami menjadi begitu teler sampai-sampai tak mampu mengayuh sepeda.” “Dan ini tempat kau mengubur gadis itu?” Ivan menghitung sampai sebelas sebelum Harry menyahut, “Kurasa, iya. Dia ada di suatu tempat di sana. Terus terang, aku tidak begitu yakin kalau aku bisa mengingatnya.Aku cukup mabuk waktu itu, Pendeta. Aku berusaha mengingat-ingat, bahkan berusaha menggambar peta kapan hari itu, tapi rasanya sulit kalau kita berhasil pergi sampai sejauh itu.” “Kenapa kau menguburkanya di sana?” “Aku tidak mau orang lain menemukannya. Dan aku berhasil.” “Bagaimana kau tahu kau berhasil? Bagaimana kau tahu mayatnya belum diketemukan? Kau sudah menguburnya sejak sembilan tahun yang lalu. Kau sudah dipenjara selama enam tahun terakhir, dan jauh dari berita-berita.” “Pendeta, aku bisa memastikan bahwa dia belum pernah diketemukan.” Mendengar intonasi suara Harry yang terdengar meyakinkan, Ivan menjadi merasa tenang. Dia mempercayai Harry, dan kenyataan bahwa dia sedemikian mempercayai seorang penjahat tangguh ini membuatnya frustasi sendiri. Dia benar-benar segar dan melek saat mereka mendekati Wichita. Boyette sudah kembali ke balik cangkang kecilnya yang menyedihkan. Sekali-sekali dia menggosok-gosok pelipis. “Kau pernah disidang waktu masih berusia dua belas tahun, kan?” tanya Ivan Cedutan. “Sepertinya begitu. Iya, aku masih berusia dua belas tahun waktu itu. Aku ingat si hakim melontarkan komentar tentang diriku yang terlalu muda untuk mengambil karier baru di bidang kriminalitas. Dia pasti sangat tidak menyangka.” “Apa kejahatanmu waktu itu?” “Kami menyelinap atau bisa dibilang menyusup ke dalam sebuah toko dan mengutil semua barang yang bisa kami bawa. Bir, rokok, permen, daging kalengan, keripik. Berpesta-pora seperti biasa di dalam hutan, mabuk-mabukan. Tidak ada masalah hingga ada seseorang melihat rekaman vidio. Pada saat itulah pertama kali aku melakukan pelanggaran, jadi aku mendapat hukuman percobaan. Rekanku pada waktu itu bernama Morris. Dia berusia empat belas tahun, dan itu bukan pelanggarannya yang pertama. Mereka mengirimnya ke pusat rehabilitasi, dan aku sudah tidak pernah melihatnya lagi. Daerah pemukiman itu memang kasar, tidak pernah kekurangan anak nakal. Kami entah membuat masalah atau terlibat masalah. Sesudah itu Kenichi memarahiku, tapi dia datang dan pergi. Ibuku berusaha bersikap sebaik-baiknya, tapi dia tidak sanggup berhenti minum. Kakakku dikirim pergi waktu berumur lima belas tahun. Aku, tiga belas tahun. Kau pernah masuk ke dalam pusat rehabilitasi, Pendeta?” “Tentu tidak.” “Sudah aku duga. Ini adalah anak-anak yang tidak diinginkan siapa pun. Kebanyakan bukanlah anak nakal, tidak saat mereka pertama kali datang ke sana. Mereka cuma tidak memiliki kesempatan. Perhatian pertamaku adalah sebuah tempat di dekat St. Louis, dan sama persis dengan pusat rehabilitasi yang lain, bahwa tempat itu sesungguhnya penjara bagi anak-anak. Aku mendapatkan ranjang paling atas di ruangan panjang yang penuh dengan anak-anak jalanan St. Louis. Kejahatan di situ begitu brutal. Tidak pernah cukup ada penjaga atau pengawas. Kami mengikuti beberapa pelajaran, tapi pendidikan itu hanyalah lelucon. Kau harus bergabung dengan salah satu geng jika tetap mau bertahan. Ada seseorang yang membaca arsipku dan melihat di mana aku pernah dianiaya secara seksual, jadi aku menjadi sasaran empuk para penjaga di sana. Usai dua tahun tinggal di neraka, aku dibebaskan. Saat ini, Pendeta, apa yang harus dilakukan anak yang berusia lima belas tahun saat kembali ke jalanan usai disiksa selama dua tahun?” Harry Kazuya secara sungguh-sungguh menatap Ivan, seolah-olah mengharapkan jawaban. Ivan menjaga agar tatapan matanya tetap lurus ke depan dan mengangkat bahu. “Sistem pengadilan remaja tidak melakukan apa-apa selain menumbuhkan para penjahat kawakan. Masyarakat ingin agar mengurung kami dan membuang kuncinya, namun masyarakat begitu bodoh untuk menyadari kalau pada akhirnya kami toh, dibebaskan. Dan saat kami keluar, situasinya sama sekali tidak bagus. Contohnya aku. Menurut pendapatku, sesungguhnya aku masih bisa ditolong saat masih berusia tiga belas tahun. Tapi beri aku semacam kehidupan yang penuh dengan kejahatan, penganiayaan, maka masyarakat akan mendapat masalah begitu saat aku keluar di umurku yang lima belas tahun. Penjara merupakan pabrik penghasil kebencian, Pendeta, nanum masyarakat malah semakin menginginkannya. Tetap percuma saja.” “Apakah kau menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi pada gadis itu?” Harry menghembuskan napas dan membuang muka. Itu sebuah pertanyaan berat, dan dia merosot di bawah bobotnya. Akhirnya dia menyahut, “Kau tidak memahami inti perkataanku, Pendeta. Apa yang telah aku lakukan memang salah, tapi aku tidak mampu menghentikan diriku? Karena begitulah aku. Aku tidak dilahirkan seperti ini. Aku menjadi manusia dengan banyak masalah seperti ini, bukan karena DNA-ku, tapi karena tuntutan masyarakat. Kurung mereka. Hukum seberat-beratnya. Dan apabila ada segelintir monstrer yang terbentuk sebagai akibatnya, apa boleh buat.” “Bagaimana dengan lima puluh persen lainnya?” “Dan siapa mereka kira-kira?” “Setengah dari jumlah semua tahanan yang dibebaskan dari penjara menjauhi masalah dan tidak pernah ditangkap lagi.” Harry Kazuya tidak menghargai statistik ini. Dia memiringkan tubuh dan memaku  tatapan pada kaca spion di sebelah kanan. Dia menarik diri ke dalam cangkangnya dan berhenti berbicara. Ketika mereka sampai di selatan Wichita, dia sudah terlelap. ***   PONSEL Ivan berdering lagi pada jam 03.40 pagi. Dari Ichiro Ozawa. “Dimana kau, Ivan?” tanyanya keras. “Tidurlah kembali, Chiro. Sori aku sudah membangunkanmu tadi.” “Aku tak bisa tidur. Di mana kau?” “Kira-kira lima puluh kilo dari perbatasan Oklahoma.” “Masih bersama temanmu itu?” “Oh, ya. Dia sedang tidur sekarang. Aku sendiri, hanya tidur-tidur ayam.” “Aku sudah berbicara dengan Kiki. Dia cemas sekali, Ivan. Aku juga khawatir padamu. Menurut kami berdua, kau benar-benar sudah kehilangan akal sehat.” “Mungkin begitu. Aku sangat terharu. Tapi tenanglah, Chiro. Aku tahu kalau aku melakukan hal yang benar, dan aku akan bisa mengatasi apa pun yang terjadi. Saat ini, aku hanya bisa memikirkan Furuya Satoru.” “Jangan melawan aparat. Kau hanya harus memberikan informasi.” “Aku sudah mendengar tentang itu darimu sejak awal.” “Bagus. Aku cuma ingin aku tercatat bahwa aku pernah memberimu peringatan lebih dari satu kali.” “Aku menulisnya.” “Oke, Ivan, kalau begitu sekarang dengarkanlah aku. Kita sama sekali tidak punya ide tentang apa yang akan mungkin terjadi begitu kau sudah tiba di Kanto dengan temanmu itu, dan apa jadinya jika dia telah membuka mulut di sana. Menurut dugaanku dia akan menarik setiap kamera yang ada seperti bangkai yang menarik burung-burung nazar. Ketika hal seperti itu terjadi, tolong segera menjauhlah, Ivan. Terus tundukkan kepalamu dan jangan berbicara dengan wartawan mana pun. Satu dari dua hal ini sudah pasti akan terjadi. Nomor satu, sudah pasti eksekusi itu akan tetap dilaksanakan seperti yang sudah dijadwalkan sebelumnya. Jika memang demikian, maka kau harus sadar bahwa kau sudah berusaha mencoba melakukan sebisamu, dan setelah itu tiba saatnya kau bergegas pulang ke rumah. Harry Kazuya, temanmu itu mempunyai pilihan dengan tetap tinggal di sana atau menumpang kendaraan lain untuk kembali ke asalnya. Hal itu sudah tidak menjadi masalah lagi buatmu. Intinya yang terpenting itu kau pulanglah sendiri. Ada kemungkinan tidak satu orang pun akan mengetahui petualangan kecilmu di sana. Sedang skenario kedua ialah eksekusi tersebut ditunda.  Kalau demikian, kau menang, tapi jangan buru-buru merayakan. Sementara pihak berwenang menyambar Harry Kazuya, kau berusahalah menyelinap keluar kota dan pulang. Entah skenario mana yang terjadi yang penting kau jangan turut campur. Penjelasanku jelas?” “Kurasa begitu. Ini pertanyaanku: Ke mana kami harus pergi setibanya di Kanto? Jaksa penunutut, polisi, pers, atau pengacara pembela?”             “Robert Eijun. Dia satu-satunya orang yang mungkin akan mau mendengarkan. Polisi dan jaksa tidak mempunyai alasan untuk mendengarkan Harry Kazuya. Mereka menganggap telah mendapatkan pelakunya. Mereka hanya menunggu saat eksekusi. Eijun-lah satu-satunya orang yang mungkin mempercayaimu, dan dia jelas-jelas terlihat mampu membuat kegemparan. Apabila cerita Harry Kazuya bagus, maka Eijun sendiri yang akan mengurus pers.”                “Menurutku juga begitu. Aku berencana menelepon Eijun jam enam nanti. Menurutku dia pasti juga tidak bisa tidur.”                  “Lebih baik kita berdiskusi terlebih dahulu sebelum mulai menelpon orang-orang.”                   “Ide yang bagus.”                  “Dan Ivan… Aku masih menganggapmu gila.”                  “Aku yakin itu, Chiro.”                 Dia memasukkan ponselnya ke saku, dan beberapa menit sesudahnya mobil itu melaju dan mulai memasuki Oklahoma. Ivan mengemudi dengan kecepatan seratus dua puluh lima kilometer per jam. Dia juga mengenakan kerah pendetanya, dan meyakinkan diri sendiri bahwa polisi lalu lintas yang baik di mana pun tidak akan mengajukan terlalu banyak pertanyaan kepada hamba Tuhan yang kejahatannya bukan apa-apa selain mengebut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN