Kematian yang Dipalsukan

1061 Kata
Leon membersihkan diri, membiarkan Jovita begitu saja, ia mengenakan baju kemeja rapi berwarna putih, lengan baju lipat sampai ke sikut dan di padukan dengan celana bahan berwarna hitam. Ia akan keluar dari markas persembunyiannya , meninggalkan wanita malang itu masih dalam keadaan pingsan. “Urus dia, nanti jangan lupa berikan obat pil K B ini padanya,” pintanya pada seorang wanita paruh baya, menyerahkan satu papan Pil K B pada wanita itu. “Baik Den,” jawab seorang wanita paruh baya dengan sangat hormat. Setelah hampir tiga jam wanita itu belum juga bangun. Padahal Naga sudah pulang, ia pulang dari tengah jalan, karena klien yang memakai jasanya membatalkan rencana bertemu. Tentu saja ia merasa sangat kesal, maka ia lebih kesal lagi saat menemukan Jovita Hara masih tidur sama seperti saat ia tinggalkan tadi. “BU … Apa wanita ini, belum bangun dari tadi?” tanya Leon saat ia masuk ke kamar menemukan wanita malang itu belum juga bangun. “Belum Den,” jawab wanita itu dengan sangat takut, lalu ia pamit mundur. “Kamu pikir ini tempat untuk tidur-tiduran? Bangun kamu!” Suara meninggi membangunkan Jovita. Melihat wanita itu masih belum sadar, ia kesal, lalu menggendong Jovita, tanpa ada rasa kasihan, lalu memasukkannya ke dalam bathroom kamar mandi. Ia memang manusia setengah iblis. Saat tubuhnya di jatuhkan ke dalam bak mandi, saat itu juga ia terbangun dengan wajah panik, mulut ngap-ngappan batuk-batuk, karena airnya keminum olehnya, ia di jatuhkan kedalam bak yang berisi air hampir penuh, dalam keadaan pingsan, Jovita terbangun dan duduk belum sepenuhnya sadar. Tetapi saat bagian intinya terkena air, saat itulah rintihan kesakitan keluar dari bibir mungilnya. “Aduh sakit, perih,” rintihnya menjepit pangkal paha, ia merasakan bagian intinya sangat sakit, berdenyut-denyut saat kena air, ia juga merasakan kalau lengannya yang terluka perih, saat terkena air. Naga hanya menatap dengan tatapan dingin, membiarkannya merintih kesakitan. Jovita menatap Naga dengan kemarahan, menyadari lelaki jahat itu ada bersamanya, ia menahan suaranya . Kali ini ia hanya merintih kecil, memegang kewanitaannya. Bisa di bayangkan bagaimana rasa sakit yang dirasakan Jovita, selaput bagian intinya robek, karena ini pertama kali bagi gadis cantik itu di jamah pria, ia terluka dan luka itu dimasukkan kedalam air, ia sampai berkeringat menahan rasa sakit itu. ‘Dasar setan, ini sangat sakit, aku akan membunuhmu suatu saat nanti’ kata Jovita dalam hati, kini hatinya dipenuhi dendam, ia menatap Naga dengan mata sinis. “Bersihkan dirimu dan cepat keluar dari sana,” pintanya dengan tegas, melemparkan handuk berwarna putih, meninggalkan Jovita yang masih merintih menahan rasa perih di area intinya. Tangannya sesekali meremas kuat sisi bak mandi, setiap kali ia membuat gerakkan mendadak. “Auuuuh ini perih, ini sakit sekali ibu,” ucap Jovita, ia menangis, saat lelaki jahat itu meninggalkannya. Ia keluar dengan tubuh sempoyongan, kakinya gemetaran, tungkai kakinya seakan kehilangan fungsinya, tidak mampu menopang tubuhnya lagi. Rasa sakit di sekujur tubuhnya dan rasa lapar membuatnya nyaris mati. Ia melilitkan handuk berwarna putih itu di dadanya dan berpegangan pada dinding kamar mandi, agar ia bisa keluar dari kamar mandi. Dengan susah payah, akhirnya ia keluar dengan lutut yang masih gemetaran Dengan pandangan mata mulai muram dan kepala sangat berat, ia tidak mampu lagi berjalan. Lagi-lagi tubuhnya yang malang tumbang di depan kamar mandi. Ini sudah kesekian kali ia hampir mati lemas, di buat lelaki tampan yang kejam tersebut. “Memangnya, tidak ada kerjaan lain selain pingsan dasar lemah,” ucap Leon sinis, ia mengangkat tubuh Jovita ke atas tempat tidur. “A-air.” Ia meminta air dengan suara kecil, “Ini minum dan ini habiskan rotinya,” pintanya ia memberikan dua lembar roti isi coklat dan satu botol air mineral. Seperti kesetanan, ia merebut roti itu dengan sangat rakus, memasukkannya sekaligus kedalam mulutnya, dengan air mata yang tumpah dari pipinya, ia memukul dadanya agar rotinya bisa masuk. Wajahnya terlihat sangat pucat karena kelaparan . “Ini makan lagi, agar kamu kenyang sebelum mati,” kata Naga memberikan dua lembar roti lagi. Jovita merebutnya dengan cepat dari piring yang di sodorkan lelaki itu. Dengan kedua tangannya ia lagi-lagi memasukkannya sekaligus dalam mulutnya, tangannya masih gemetaran. Tubuhnya meringkuk ketakutan di lantai, apa yang di lakukan Leon padanya membuatnya ketakutan “Apa kamu masih kelaparan , anjing kecil?” tanya Leon memegang satu roti, lagi-lagi, ia melakukan hal yang sama, menyambar dan memakannya dengan lahap. Tidak di kasih makan selama berhari-hari, membuatnya hampir mati karena lapar. ‘Aku berharap kamu suatu saat, nanti mati karena kelaparan lelaki kejam’ ucap Jovita mengutuk Leon. “Ini pakai,” ujar Leon, melemparkan baju kemeja berwarna putih dan celana dalam milik pria, tanpa ada pengaman bagian atasnya. Ia menatap lelaki itu dengan tatapan mendominasi, ingin menolak tetapi takut dibunuh, ingin menerima tetapi hatinya menolak. “Apa kamu takut sekarang padaku. Apa kamu tidak akan berteriak lagi atau kamu merebut pisau ini lagi,” ucapnya dengan senyum menyeringai terlihat seperti iblis. Jovita hanya diam mengalihkan pandangan matanya dari wajah lelaki kejam itu, ia takut mendapat perlakuan brutal lagi dari lelaki itu, membuatnya takut, ia berjanji akan jadi anak penurut demi keselamatannya. Ia memakai baju kemeja berwarna putih dan celana dalam pria yang di berikan padanya. Kemejanya tipis memperlihatkan dua tonjolan di dadanya, tonjolan berwarna coklat itu menantang dengan bebas, di balik kemeja tipis yang di berikan Naga padanya Kaki mulusnya sampai ke pangkal paha, terpampang jelas, tidak ada penutupnya. Ia duduk meringkuk lagi di lantai bersandar di dinding. Leon akhirnya membaca berita meninggalnya semua keluarga Jovita. “Kenapa kamu mati begitu cepat, aku belum melakukan apa-apa padamu, aku ingin kamu melihat penderitaan putrimu. Tetapi kenapa mati? Siaaal!” Teriak Leon Bukannya merasa simpati, ia malah merasa marah. Tidak ingin repot karena Jovita. “Aku belum bisa menyingkirkannya saat ini, tunggulah waktu yang tepat,” ucap Leon, menatap Hara dengan tatapan mengintimidasi. Tidak ingin repot, ia akhirnya memalsukan kematian Jovita Hara. Polisi menemukan mayat yang mereka yakini Jovita Hara, putri dari Iwan santoso yang di temukan di saluran irigasi dalam keadaan sudah membengkak, dan sudah sulit dikenali tapi, barang-barang miliknya membuktikan identitasnya sementara. Polisi meyakini itu adalah Jovita, karena barang-barang yang dimiliki, cincin tunangan dan kalung serta jam tangan miliknya. Beni tunangannya mengakui, bahwa itu milik dari Jovita Hara. Maka Polisi merilis berita terbaru, bahwa satu keluarga itu dinyatakan meninggal dunia semuanya. Perihal siapa pelakunya dan apa motifnya, polisi masih menyelidikinya. Naga membuat kematian palsu pada Jovita agar ia tidak lagi di cari polisi. Bersambung....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN