Bab 5. Kami Saling Cinta

1002 Kata
Happy Reading. "Tidak, dia-dia siapa, Gazelle? Kamu pasti bohong, kan? Kamu belum punya pacar, aku tahu itu!" seru Elea tidak terima jika Gazelle sudah memiliki kekasih. Selama setahun ini dia selalu mendekati Gazelle dan dia tidak pernah melihat Gazelle bersama dengan wanita lain. Apalagi Elea tahu sendiri jika Gazelle sangat tidak suka jika ada seorang wanita mendekatinya dan hanya dirinya yang bisa mendekati Gaza selama ini. "Untuk apa aku berbohong? Tidak ada gunanya juga, yang jelas sekarang semuanya sudah tahu jika aku tidak berbohong, aku memang sudah memiliki kekasih jadi dengan sangat menyesal aku mengatakan jika tidak bisa meneruskan perjodohan ini," ujar Gazelle menatap Elea tetapi tangan Gazelle menggenggam tangan Siska. Elea menahan emosinya ketika melihat Gazelle yang memperlihatkan kemesraannya pada wanita yang dikenalkan sebagai kekasih itu di depan semua orang. Wanita itu mengepalkan kedua tangannya merasa tidak terima karena Gazelle seakan mempermainkannya. Akan tetapi, Elea tidak bisa berbuat apa-apa, mau marah pun dia tidak berhak karena dia memang bukan siapa-siapa. Akhirnya Elea pergi meninggalkan meja itu dan keluar dari restoran tersebut. Abi–ayah Elea sebenarnya ikut kesal karena Gazelle ternyata sudah memiliki kekasih, dia pun ikut beranjak dari duduknya. "Pasti Elea kecewa, sejak dulu dia sudah sangat menyukaimu, Gazelle, tapi sekarang kamu malah datang dengan membawa wanita lain, kamu seharusnya tahu bagaimana perasaannya. Arsen, aku harus mengejar Elea. Makan malam ini sebaiknya kita tunda saja. Ayo, sayang," pria paruh baya itu langsung menarik istrinya untuk mengejar sang anak yang sudah berlari keluar restoran. Siska sejak tadi hanya diam, dia tidak bersuara tetapi kehadirannya sukses membuat satu keluarga kecewa. Entah bagaimana dengan orang tua Gazelle, apakah mereka juga tidak akan setuju jika Gazelle memiliki hubungan dengannya. Terdengar helaan napas yang keluar dengan mulut Arsenio. Siska tahu jika dia pasti akan di sidang setelah ini. "Gazelle, ajak pacarmu duduk dulu, Dad mau ngomong," ujar Arsenio menatap tajam putranya. Sedangkan Keyla– sang mommy hanya menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan keberanian Gazelle. Gazelle menurut dan mengajak Siska duduk. Siska mengikuti saja, dia siap menerima kemarahan orang tua Gazelle. "Jadi, kamu di bayar brp oleh putra saya?" tanya Arsenio to the poin. Keyla langsung memegang lengan suaminya, memintanya untuk sabar. "Dad, aku seriusan sama Siska, dan kami benar-benar pacaran, tidak ada bayaran apapun, bukan begitu, Ay?" Gazelle menatap wajah Siska dengan tatapan penuh dengan cinta. Siska bahkan tidak berkedip karena melihat hal itu. Gazelle sudah membohongi kedua orang tuanya, padahal jelas-jelas Gazelle membayarnya dengan sangat mahal hanya demi membatalkan perjodohan itu. "Eghem." Gazelle berdehem membuat Siska mengerjab perlahan. "Lihatlah binar cinta dimatanya, Dad. Kami memang saling mencintai, aku sayang kamu, Ay. Kamu juga, 'kan?" Siska masih harus terbiasa dengan perkataan Gazelle yang menurutnya terdengar aneh. "Akting Gazelle benar-benar bagus, dia lebih cocok jadi artis saja," batin Siska. "Iya, Mas." Siska menatap Keyla dan Arsenio. "Kami tidak berpura-pura karena memang benar adanya jika kami saling mencintai," ujar Siska dengan tatapan lembut kepada kedua calon mertuanya. Hanya calon pura-pura dan tidak betulan. Arsenio menatap Siska, dalam pandangannya gadis itu terlihat begitu polos dan lugu. Apakah kali ini Gazelle memang benar-benar mencintai gadis itu? "Bagus kalau memang kalian benar-benar saling mencintai, aku senang akhirnya mendengar Gazelle memiliki kekasih di usianya yang sudah hampir kepala tiga itu, perjodohan tadi memang keluarga Elea yang merencanakan, kami tidak bisa langsung menolaknya begitu saja," ujar Keyla. Kini Siska paham dengan kronologinya. Gazelle memang benar-benar menganggapnya sebagai tameng agar bisa lolos dari keluarga Elea. "Bagaimana keadaan ayahmu? Apakah pengobatannya berjalan baik?" tanya Gazelle saat mereka berada di dalam mobil. Pria itu mengantarkan Siska pulang ke rumahnya. "Ayah sudah melakukan kemoterapi, mudahan-mudahan penyakitnya bisa hilang hanya dengan sekali pengobatan meskipun itu tidak mungkin, tapi aku yakin jika terus berdoa dan berusaha pasti Tuhan mengabulkan permintaan kita," jawab Siska dengan mata berkaca-kaca setiap menceritakan ayahnya. Dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi kalau sampai ayahnya pergi. Gazelle merasa tidak enak ketika melihat Siska yang seperti ini. "Maaf, aku tidak bermaksud—" "Tidak apa-apa, hanya aku saja yang baperan, aku tidak bisa jika harus kehilangan ayah secepat ini, aku akan berusaha untuk membuat ayah sembuh. Saat ini aku hanya memiliki ayah dan Mia. Kalau sampai ayah pergi, aku dan Mia sebatang kara," ujar Siska dengan senyum getir. Entah kenapa dia merasa hidupnya tidak pernah merasa bahagia. Siska ingat bagaimana kerasnya hidup yang dia jalani dengan keluarganya. Kemiskinan memang membuat mereka kerap dihina dan direndahkan. Siska tidak pernah mengeluh dengan jalan yang ditakdirkan Tuhan untuknya. Akan tetapi, apa saja jika Siska juga menginginkan sebuah kebahagiaan dan ketenangan di hidupnya. Ibunya meninggal juga karena sakit keras, kemudian dia harus hidup bertiga dengan ayah dan adiknya–Mia. Gazelle mengulurkan tangannya mengelus rambut Siska, dia merasa ikut sakit mendengar cerita dari wanita itu. Dia mengira setelah lulus SMP dan tidak lagi bersekolah di tempat yang sama dengan Siska, kemudian memutuskan kuliah di luar negeri, Gazelle berharap jika kehidupan wanita itu menjadi jauh lebih baik. Siska menjadi wanita karir yang sukses seperti keinginannya. Akan tetapi, setelah kembali setahun yang lalu dan melakukan pencarian hingga akhirnya dia tahu nama Siska ikut masuk dalam daftar calon sekretarisnya, dia bisa melihat bagaimana uletnya Siska dan wanita itu telah banyak berubah. Apakah Gazelle bisa membuat wanita itu keluar dari lubang penderitaan yang sejak kecil sudah Siska rasakan? "Selama kamu menjadi kekasihku, izinkan aku untuk membahagiakan mu," ujar Gazelle. Siska menghapus air matanya yang tiba-tiba mengalir. "Aku tidak tahu kenapa kamu memilih ku, tetapi aku bersyukur dengan adanya kerjasama ini, terima kasih banyak, Taun," ujar Siska tersenyum tulus. Mungkin baru kali ini Gazelle melihat senyuman itu karena selama ini Siska selalu bersikap dingin kepadanya. "Aku lebih suka di panggil "Mas" atau Gazelle saat kita berdua saja, tapi kalau kamu masih merasa tidak nyaman, it's oke. Senyaman kamu aja." Siska hanya tersenyum dan tidak menjawab, dia merasa Gazelle memang berbeda, dulu pria itu benar-benar dingin dan irit bicara, sekarang Gazelle lebih cerewet darinya. Gazelle tidak pernah menjawab pertanyaannya, tidak apa. Yang penting dia bisa mendapatkan biaya pengobatan sang ayah. Siska hanya harus belajar membentengi hatinya agar tidak jatuh cinta lagi terhadap cowok itu Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN