Bab 6. Kapan Kita Kencan

1053 Kata
Happy Reading. Siska menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong, setelah mengikuti skenario Gazelle yang memintanya untuk menjadi kekasih pura-pura atau kekasih kontrak. Entahlah, Siska bingung menyebutnya karena dia merasa hanya bekerja untuk melunasi hutangnya pada Gazelle. Siska tidak berani berharap lebih dengan perasaan yang bersarang di hatinya. "Gazelle sekarang terlihat begitu perhatian, meskipun hanya pura-pura, tapi kenapa aku merasa jika itu benar-benar dari hatinya, sebenarnya bagaimana perasaan mu padaku?" gumam wanita itu mengingat dua bulan menjadi sekretaris Gazelle dia benar-benar merasa speechless dengan kelakuan pria tersebut. Gazelle tidak segan-segan mengajaknya ke makan siang dan mentraktirnya, bahkan dia selalu menggunakan nada lembut dan menggoda ketika bersama karyawan lainnya. "Apa benar maksud dari tujuanmu hanya ingin aku menjadi tameng untuk membuat perjodohannya batal? Tapi pertanyaannya kenapa aku? Bukan wanita lain?" Siska masih berpikir keras dengan apa yang sedang di rencanakan oleh Gazelle. Tetapi lama kelamaan matanya meredup karena kelelahan. Seharian ini dia tidak ke rumah sakit dan Mia yang menunggu sang ayah. Sedangkan di sisi lain. Gazelle tidak pulang ke apartemen tetapi malah mampir ke apartemen sahabatnya. Pria itu berjalan mendekati sang sahabat yang tengah duduk meminum kopinya. Gazelle duduk didepannya dan langsung tertawa kecil membuat Angga–sang sahabat mengernyit heran. "Kenapa lu? Tiba-tiba ketawa kaya orang kesambet," tanya Angga. "Gue udah jadian sama Siska, dia mau jadi pacar gue meskipun hanya pura-pura," jawab Gazelle tersenyum. Senyum yang sangat jarang dia perlihatkan pada semua orang dan hanya orang-orang tertentu yang bisa menikmati senyumnya termasuk Siska. "Emangnya lu nggak bisa apa buat dia jatuh cinta lagi sama lu?" "Ck, gue nggak pernah pacaran dan nggak tahu gimana caranya bikin cewek klepek-klepek gitu, bisa Deket sama Siska aja udah beruntung, lu tahu kan kalau dia berubah 180% cueknya minta ampun, ya kali tiba-tiba gue bilang cinta sama dia padahal dulu gue nggak nerima cintanya, bisa-bisa gue dikatain stres dan dia bakal makin benci sama gue," jelas Gazelle panjang lebar. Angga manggut-manggut, "Bener juga sih. Jadi itu alasannya lu tiba-tiba ajak dia pacaran? Apa nggak semakin ilfil tuh?" Angga tertawa membayangkan sahabatnya yang kaku itu nembak cewek. "Awalnya sih iya, dia kayak yang kesal gitu, tapi ternyata dia punya masalah, ayahnya masuk rumah sakit dan harus melakukan kemoterapi, dia butuh uang banyak dan gue memang tidak tega akhirnya membantunya membayar semua biaya rumah sakit ayahnya, tapi lu tahu sendiri kalau Siska bukan wanita biasa, dia malah akan mencicil utangnya dan bekerja seumur hidup dengan gue, kenapa dia tidak menjadi istri saja kalau memang mau bekerja seumur hidup," ujar Gazelle panjang lebar dan itu semakin membuat Angga tertawa. "Wah-wah, lucu juga kisah cinta kalian, sama-sama saling mencintai tapi terhalang banyak hal dan gue yakin kalau sebenarnya Siska masih memiliki perasaan buat lu, Bro," ucap Angga sambil menepuk bahu Gazelle. Memberi semangat tetapi malah terkesan mengejek. "Lu kira Siska seperti wanita lainnya? Dia wanita yang beda, Ngga. Lu nggak tau aja." *** Pagi hari Siska berangkat ke kantor dengan keadaan yang lebih baik karena kondisi sang ayah berangsur membaik setelah melakukan kemoterapi. Tentunya dia sangat bersyukur karena sang ayah mampu melewati pengobatan tersebut. Hari ini Siska tetap memakai pakaian yang biasanya meskipun dia sudah memiliki beberapa bagian yang bagus yang dibelikan oleh Gazelle, tetapi wanita itu tidak memakainya, katanya sih tidak terbiasa. Siska lebih nyaman ke kantor dengan memakai jas yang besar dan rok span di bawah lutut. Tetapi kali ini ada yang berbeda di wajahnya, Siska yang biasanya selalu terlihat datar dan tidak pernah tersenyum terlihat menarik kedua sudut bibirnya sejak masuk gedung Saputra Grup. Wanita itu bahkan menyapa beberapa karyawan meskipun tahu dia akan mendapatkan tatapan sinis atau bahkan ejekan dari mulut orang-orang itu, tetapi tidak masalah bagi siska karena dia merasa bahagia. "Hai, Sis? Kelihatannya kamu lagi senang, ya? sampai kamu tidak mempedulikan orang-orang yang bicarakan kamu," ujar indah. Siska hanya tersenyum saja menanggapi. "Emangnya salah ya kalau aku kelihatan senang? Kalian sukanya kalau aku kelihatan susah, 'kan?" tanya Siska dengan wajah yang dibuat murung. "Bukan gitu, maksudnya kan aneh aja kalau lihat kamu itu terlihat sumringah, wajah kamu juga terlihat semakin bersih dan cantik. Kamu ngerasa nggak sih kalau kamu itu lebih cantik kalau sering-sering senyum seperti ini, kalau kamu diam terus dengan wajah yang tanpa ekspresi seperti itu pasti mereka akan semakin kesal dan ingin membully kamu," jawab Indah. Memang benar apa yang dikatakan oleh Indah, Siska itu sebenarnya cantik tetapi wajahnya terlalu kelewat jutek dan didukung dengan penampilannya yang sangat kuno. "Aku tuh nggak mau pedulikan apa kata orang, yang penting mereka tidak menyakiti fisikku secara langsung aku akan tetap diam saja, kalau mau aku pasti bisa membalas mereka semua tapi buat apa? Intinya kita hidup itu perlu kedewasaan agar kita tidak berpikir sempit seperti mereka yang bisanya hanya mengejek dan menghina saja," ujar Siska. Indah hanya mengangguk. Dia mengerti jika memang sahabatnya itu adalah orang yang begitu baik. "Ya sudah, aku mau keruangan Pak Angga, pagi-pagi dia sudah sibuk neror aku, minta laporan yang belum aku selesaikan, alhasil semalam aku lembur untuk menyelesaikan laporan tersebut. Untung saja Pak Angga ganteng, usianya jugaasih muda ... ups!" Indah langsung menutup mulutnya dengan sebelah tangan, dia keceplosan. Siska menatap Indah dengan tatapan yang menyipit entah kenapa kata-kata Indah terdengar berbeda di telinga Siska. "Jangan bilang kalau kamu suka sama Pak Angga, Indah?" "Ehh, jangan bilang seperti itu, nggak enak kalau didengar sama Pak Angga. Padahal kenyataannya kan nggak seperti itu, dia udah punya kekasih jadi nggak usah berpikir yang aneh-aneh," ujar Indah merasa tidak enak hati. Meskipun sejujurnya dia naksir sama atasannya itu, tetapi Indah tahu diri jika hal itu sangat mustahil. Angga juga pasti sudah memiliki kekasih. Akhirnya Siska dan Indah naik ke dalam litf dan keluar di unit masing-masing. Siska memutuskan untuk memeriksa berkas-berkas yang kemarin dia tumpuk karena belum membereskannya. "Selamat pagi, Siska," sapa Gazelle yang baru saja datang ke kantor dan melihat kekasihnya sudah duduk di meja kerjanya. "Selamat pagi, Pak," jawab Siska menunduk sopan kemudian mengikuti langkah kaki Gazelle masuk ke dalam ruangannya. Siska membawa satu map di mana di situ ada beberapa jadwal Gazelle untuk hari ini. "Hari ini jadwal Anda akan ada meeting dengan klien dari Singapura selama 2 jam pada jam sembilan sampai jam sebelas, setelah itu akan diadakan rapat dewan direksi setelah makan siang sekitar jam 2 dan sorenya Anda akan dijadwalkan bertemu dengan Pak Ilham dari PT kontruksi." "Apa ada jadwal untuk kita kencan?" Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN