Pagi itu sekitar jam tujuh pagi, Rashi berpamitan secara resmi pada kedua orang tuanya untuk lanjut tinggal di tempat kost sampai batas waktu yang tak bisa ditentukan. Ia pun mendapat izin, lampu hijau sehijau hijaunya. Rashi mengendarai motor bututnya dengan ringan. Sangat jauh berbeda dengan saat ia kabur dari rumah dulu. Setelah saling berdamai dan saling mengungkapkan isi hati dengan Ayah dan Bunda, beban hidup Rashi seakan menguap bersama udara. Melakukan segala sesuatu pun rasanya jauh lebih tenang dan nyaman. Bukannya langsung menuju ke tempat kost untuk bersiap - siap pergi ke kantor, Rashi justru menuju ke tempat lain. Ke mana lagi kalau tidak ke rumah sakit. Begitu ia sampai di kamar Barra, Rashi segera berlari menghampirinya. Tak peduli dengan Barra yang masih bingung d