Risna Murka

1397 Kata
Ku berlari keparkiran dengan semua tenaga yang tersisa agar terlepas dari Tio b******k mantan ayah tiriku. Amarah ku berkobar di d**a hingga kebencian dan dendam didada ini bertambah besar dan sulit untuk dihempaskan. Rasanya ingin ku maki dan ku cincang saja dirinya, karena telah menyebabkan ku menjadi seperti ini, salah arah dan aku menyadarinya. Setelah sampai di apartemen langsung ku menuju kamar mandi untuk menghilangkan bekas noda yang kurasa masih menempel di tubuhku. Ku nyalakan shower dan berdiri di bawahnya yang membasahi sekujur tubuhku dengan kesegarannya, membuatku merasa lebih rileks. Lama ku berdiri hingga tak terasa tubuhku menggigil, kuambil handuk dan mengeringkan tubuhku. Entah mengapa air mata ku lolos keluar dengan deras, kehidupan yang ku harap baik - baik saja malah membawanya ke titik seperti sekarang ini. Dan itu semua karena Tio pria b******k mantan ayah tiriku. "b******k kamu Tio, aku akan membalas semua ini lebih pedih, aku akan bunuh kamu b******n" Aku benci dengan diriku, aku benci dengan semua ini.. Terlanjur kotor dan pendosa ya sudah sekalian saja. "Bagaimana aku balas dendam dengan si b******k itu" Ku hela nafas dan menetralkan emosiku yang tak kunjung reda, hingga aku teringat akan serbuk guna - guna itu. "Good job Risna your briliant, kenapa aku nggak coba - coba untuk mengguna - gunai si b******k itu saja?, ha ha aku nggak habis fikir bagaimana jadinya jika penyakit kulit itu menimpanya, menjijikan" Tawa bahagiaku membahana di apartemenku, terlintas fikiran licikku.. setelah dendamku terbalaskan, aku akan ambil semua asetnya. Ada hikmah di balik semuanya, tak apalah aku akan berpura - pura baik dan menerimanya walau terasa menjijikan. Untuk melanjutkan misi balas dendamku, malam hari ini aku ke club malam terbesar yang berada di pusat kota, aku tahu semua club di kota ini milik si Tio b******k yang kini dia telah kaya raya. Ku berdandan sangat mempesona di tambah susuk berlian yang ku pakai membuat semua pasang mata berdecak kagum. Ku duduk di depan bartender dan memesan minuman. "Orange juice" Senyuman manis tersungging dari pelayan yang sedang memainkan kelihaian atraksinya. Sesekali pelayan itu melirik dan curi pandang mungkin karena melihat kecantikanku yang paripurna. Di sisi lain di ruangan, terlihat Tio yang sedang memperhatikan cctv. "Ramai sekali malam ini syukurlah, owh.. wanita itu.. Risna huh, pucuk di cinta, kau harus bertanggung jawab Risna, kau nggak akan pernah bisa lari lagi dari ku" Mata Tio memancarkan kebahagiaan, dengan sigap menelpon para bodyguard untuk selalu siaga agar Risna tidak lepas. "Malam ini kamu miliku seutuhnya Risna sayang, tunggu aku yang akan memberikanmu kebahagiaan malam ini" Tak lama kemudian Tio menyuruh bodyguardnya untuk membawa paksa Risna keruangannya "Bawa dia kehadapanku" "Siap boss" Tanpa menunggu lama Risna di bawa menghadap Tio. "Apa mau kamu, lepaskan aku b******k, cuihh" "Walau kamu marah, kamu tetap mempesona, i love you" "Awas kamu b******k, jangan sampai menyentuhku kamu akan menyesal" "Oh ya.. justru aku menyesal kalau tidak menyentuhmu" "Cuih" Plakk Tangan kekar itu menamparku keras membuat pipiku terasa perih, dia tak suka dengan sikap kasar ku. "Layani aku, dan jangan berbuat yang macam - macam" Diruangan dingin hanya aku berdua dengan Tio, perlahan dia mendekati dan melucuti pakaianku satu persatu, aku merasa geram karena tangannya mulai berselancar, membuka perlahan pengikat bra ku, bibirnya menciumku lembut, berpindah ke gunung kembarku, meremas dan melumatnya. Ah.. sial kenapa ini begitu nikmat sekali ku rasakan hingga mengeluarkan suara menjijikan membuat Tio menyunggingkan senyuman kemenangan di sudut bibirnya karena melihatku menikmati setiap sentuhannya. Pergulatan panas pun terjadi, hingga akhirnya tubuh kami terkulai lemas, tubuhku yang polos tak henti di hujam Tio tanpa ampun. Ada rasa muak ketika melihat wajahnya yang bernafsu karena mengingatkanku kejadian masa lalu yang harus terulang kembali, namun tak menampik aku menikmatinya, biarlah ku korbankan sekali lagi demi misi dendamku, biarlah dia menikmati tubuhku ini, tapi lihat saja dia akan segera ku enyahkan. Sentuhan tangan kekar membangunkanku, ku kerjapkan mata yang terlihat wajah Tio si b******k tengah menatapku dengan tatapan yang sulit kuartikan "Jangan pernah pergi dariku sayang, aku sangat mencintaimu, maafkan aku dan terimalah aku, aku akan membahagiakanmu" "Ish.., ngomong apa sih, apa buktinya kalau kamu mencintaiku?" Tanyaku penuh amarah sambil menutupi tubuhku dengan selimut, namun tangannya menghempaskan kembali selimut tersebut menatap intens setiap inci tubuhku yang polos membuatku merasa risih. "Biarkan tubuh indah ini ku tatap sejenak, kau adalah candu untuk ku aku berjanji akan ku buat kau bahagia, akan ku nikahi kamu.. dan punya anak agar ada penerus untuk usahaku yang banyak ini, gimana kamu mau kan Risna? jujur setelah kejadian waktu itu aku menyesal sekali, aku selalu mencari kamu sayang" "Ish.., aku benci sama kamu dan tidak mungkin untuk mencintaimu, aku nggak sudi jadi istrimu apalagi punya anak dari mu" amarah ku membludak tak tertahankan "Sudahlah Risna, tolong lupakan kesalahan ku yang dulu apa susahnya sih, aku janji apa pun yang kamu mau aku penuhi, asal kamu mau menikah dengan ku dan melahirkan anak - anakku" "Baiklah ayo kita nikah sekarang" "Apa ?" "Kalau tidak mau ya sudah.." "Bukan begitu.. sayang, aku cuma nggak..-" "Nggak percaya maksudnya, ya udah aku pergi sekarang" "Jangan, aku cuma kaget aja dengernya, okey kita panggil penghulu sekarang" "Serah.. kamu" Sebenarnya aku benar - benar tak sudi dan muak padanya, tapi demi dendamku lebih cepat lebih baik. Tanpa berfikir panjang dan berlama - lama Tio mempersiapkan semuanya dengan cepat, acara ijab kabul pun dimulai. "Saya terima nikahnya Risnawati bin Ramlan dengan mas kawin uang tunai 10 milyar di bayar tunai" "Bagaimana sah..?" "Sah" "Baik sekarang kalian sudah sah menjadi sepasang suami istri, semoga samawa banyak anak dan selalu di berkahi.. aamiin" Wejangan demi wejangan pak penghulu membuatku muak, mungkin jika menikah dengan orang yang ku cintai ini adalah moment yang bahagia. Aku tak habis fikir mengapa pernikahan ku yang pertama kali harus dengan Tio b******k mantan ayah tiri yang merusak masa depanku, mungkinkah ini yang disebut jodoh, sebegitu jelek kah takdir ku sehingga harus bersuamikan orang sepertinya?, padahal yang kuharapkan aku berjodoh dan menikah dengan Pramudia. Sosok pria idaman setiap wanita yang mampu membuat hatiku berdenyut hebat. Tapi ya sudahlah.., tak ada gunanya juga ku sesali karena toh sudah terjadi. Yang terpenting sekarang bagaimana caranya agar aku secepatnya mengeyahkan Tio, setelah itu baru aku kembali mengejar cinta Pramudia. Pernikahan yang di baluti dendam membuatku setiap hari harus memutar otak, berulang kali ku coba menaburi makanannya dengan serbuk guna - guna namun selalu saja gagal, makanan yang ku sajikan jangankan dimakan, di sentuh saja tidak, banyak sekali alasannya seolah tahu rencanaku membuatku sedikit frustasi, tapi aku tak kan pernah menyerah. Dari raut wajahnya Tio sangat bahagia dan menikmati hidup bersamaku, namun bagiku ini seperti neraka. Pernikahan ini hanya pura - pura semata untuk menjalankan misi balas dendamku. Setiap hari, setiap malam Tio selalu menghantam tubuhku, tidak ada rasa capenya, dia menginginkan aku segera hamil anaknya. Ku akui dia gagah dan mampu memuaskan ku, andai saja dulu dia tidak pernah mengambil kehormatanku mungkin aku sudah bisa membalas cintanya, namun sayang sekarang aku harus membuatnya menderita. Jujur aku lelah dengan semua ini, terasa tak adil bagiku. Tio selalu memperlakukanku sangat baik dan seperti ratu, dalam hati kecil ku akui aku sedikit merasa nyaman tinggal bersamanya. "Mengapa harus Tio pria b******k yang kini selalu ada di sisiku" gumanku dalam hati Aku tidak tahu pernikahanku sah atau tidak, aku awam dalam keagamaan karena yang ada difikiranku kini hanya balas dendam. Dendamku yang telah berkarat sampai sekarang. Ku coba merayu Tio agar mau memakan masakanku yang telah ku campur dengan serbuk guna - guna, karena aku tidak mau berlama - lama hidup dengannya. Setelah itu dia akan cepat terjangkit penyakit yang menjijikan, sudah tentu aku akan segera menendangnya setelah semua aset miliknya jatuh ketanganku. "Makan dulu gih, aku udah masak" tak ada panggilan sayang atau pun embel- embel apalah, dan sikapku seperti biasa ketus. "Kenapa kamu yang masak, apa pelayan di sini sudah enggan bekerja di sini?" "Ish.. apa salah aku sebagai istrimu, ingin melayani mu?, ya sudah aku buang saja" "Oh, begitu bagus deh aku senang banget mendengarnya sayang.. tapi nanti ya.. sekarang belum lapar" "Terserahlah.." rajuk ku "Iya.. iya aku makan, tapi jangan ngambek gitu dong, aku sedih kalau kamu marah - marah terus, okey.. makasih ya..istriku tercinta" Ingin rasanya ku muntah saja mendengar setiap kata manis yang diucapkanya. "Mampus.. kau Tio" gumanku dalam hati tak sabar ingin melihat seperti apa dia setelah memakan makanan yang telah ku campur dengan serbuk guna - guna ini. Mati nggak ya.. si Tio ?? Yuk coment sebanyak - banyaknya Happy Reading
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN