Menyesal Setelah Kehilangan

1014 Kata
Entah mengapa hatiku berubah sedih ketika melihat om Tio memakan masakan yang aku buat dengan lahapnya. Ada rasa tidak tega dalam hati ini, namun segera ku tepiskan karena ku teringat akan tujuan awalku yaitu dendam untuk menyingkirkan nya. "Sayang, ternyata enak sekali masakan mu ini, lihat makan ku jadi sebanyak ini" Terlihat girang di matanya ketika menyantap masakanku yang kini tandas. "Kalau suka, nanti aku masak lagi" seperti biasa jawaban ketusku keluar begitu saja, membuat om Tio menghela nafas dengan senyum getir yang dipaksakan. Tapi walaupun begitu ia sangat sabar dan mengerti menghadapi sikap ku yang tak pernah berubah. Mungkin karena sikapku yang selalu ketus dan sinis om Tio segera pergi meninggalkanku yang entah kemana aku juga tak peduli. Udara gerah membuatku ingin bermanja ria di bathtub, berendam dengan aroma terapi bunga mawar kesukaanku. Ku lucuti semua kain yang menempel di tubuhku yang polos, lalu ku berendam, mencoba menghilangkan penat, ku pejamkan mata terasa sangat nyaman dan tenang, rupanya karena suasana tenang dan wangi aroma theraphy membuatku tertidur pulas. "Jangan om, lepaskan aku, tolong jangan lakukan... aaaa" Ku berteriak kencang membuatku tersadar, bahwa aku sedang bermimpi, bayang masa lalu waktu pertama kali om Tio mengambil paksa kehormatanku kembali hadir di ingatan yang dengan susah payah ku lupakan. Aku marah dan menangis sejadi - jadinya, bagaimana bisa aku menikah dengan orang yang paling ku benci walau memang tidak ku pungkiri kalau om Tio telah berubah dia selalu memanjakanku seperti ratu, apa yang ku inginkan selalu di kabulkannya, dia pernah berkata kalau semua ini dia lakukan untuk menebus kesalahannya di masa lalu. Namun rasa benci dan sakit hati tidak merubah semuanya, aku tetap pada pendirianku apalagi semakin hari rasanya semakin muak kepadanya. Ku lilitkan handuk di tubuh, ku keringkan rambut yang basah dan ku sisir perlahan. Sejenak ku tersentak melihat om Tio yang terbaring lemas tangannya terus menggaruk kulitnya hingga sebagian terlihat melepuh karena mungkin kerasnya garukan kuku tajam nya. Senyumku sedikit tersungging akhirnya serbuk guna - guna ku mulai beraksi. "Risna.." Panggilan suara parau membuatku heran dan menghampirinya. "Apa..?" "Badanku sakit, dan kulitku tiba - tiba gatal sekali tolong panggil dokter Arman suruh dia ke sini secepatnya" "Heem, emang kenapa sih, alergii..?" Nada suara ku masih ketus dan tidak bersahabat. "Nggak tahu, selama ini tak ada apapun yang bikin alergi.." "Banyak dosa tuh.." "Mungkin juga, maka dari itu tolong maafin semua kesalahan om selama ini ya.., untuk sekarang ini hanya kamu Risna yang om punya, semua harta yang om punya, akan om serahkan sama kamu, itulah bukti bahwa om dari dulu sangat mencintaimu" Setelah mengetahui pengakuan om Tio, aku merasa lega, karena tak perlu berlama - lama lagi aku akan menjadi wanita kaya raya. Sedikit ku berbaik hati, segera menghubungi dokter Arman memintanya untuk segera datang. Tak berapa lama dokter Arman pun datang untuk memeriksa om Tio. "Permisi... selamat siang nona" Suara bariton terdengar seksi di telingaku. "Anda.." "Perkenalkan, saya dokter Arman nona, ayah nona dimana, katanya sakit ya..?" "Yuuu, huu.. nona, dasar dokter ganteng bikin orang seneng aja" gumanku dalam hati, kata nona membuatku seakan seperti anak remaja kemarin sore, semuda itu kah wajah ku? "Iya.. dokter mari saya antar ke kamarnya" "Baik nona, terima kasih.." Aku berjalan di ikuti dokter muda dan ganteng, jika teringat kata nona jadi ingin ketawa sendiri. "Permisi... siang bapak Tio" "Ah masuk..dokter" "Maaf pak, saya periksa dulu ya" "Ya dok, silahkan" "Ah, maaf apa bapak alergi sama makanan atau apa?, karena ini penyakit kulit kayaknya parah banget dan hanya dokter specialis kulit yang bisa menangani ini" "Nggak tuh, bahkan saya nggak punya alergi apa - apa sama sekali, saya juga heran datangnya baru kali ini" Dokter Arman heran dengan penyakit om Tio, dia seperti berfikir keras dengan penyebabnya. Dan aku hanya tertawa puas dalam hati, "mampus deh sekalian" gumanku dalam hati. "Baiklah pak Tio, ini resep obat yang harus bapak beli di apotek, kalau selama satu minggu penyakit bapak belum juga sembuh sebaiknya bapak periksakan ke dokter apecialis kulit mereka lebih paham, baik pak saya permisi dulu semoga lekas sembuh" Setelah berpamitan aku segera mengantar dokter Arman sampai depan rumah. "Nona, tolong dijaga ayah nya ya.." Ternyata dokter Arman masih menyangka aku sebagai anak om Tio, bagus deh. "Dok, mau nanya dong boleh..?" "Iya, tentang?" "Emmh, dokter udah menikah?" "Emang kenapa?" "Nggakk, nanya aja.., tapi seandainya dokter belum menikah mau nggak jadi pacar aku... hehe ups bercanda dokter.. abis dokter ganteng sih" Goda ku membuat dokter Arman tersenyum manis sambil tangannya mengacak rambut ku gemas. Aneh juga sih, dokter Arman menyangka aku seperti bocah ingusan, padahal usia ku saja udah 30 tahun. "Kamu lucu nona..-" "Risna dokter, Risnawati.." "Oo, nona Risna" "Ya udah, saya pamit dulu ya.., jaga baik - baik ayahnya, kalau ada apa - apa telpon saya saja" "Iya, dok makasih.." "Eh, dokter pertanyaan tadi belum di jawab" "Yang mana?" "Ish, gak jadi deh" Dokter Arman hanya menggeleng kepala lalu berteriak "Sudah". Dan mobilnya pun melaju. Sudah tiga hari om Tio sakit, makin hari makin bertambah parah. Kini dia hanya berbaring saja. Karena kondisi om Tio sangat lemah akhirnya om Tio meninggal dunia. Entah kenapa ada rasa sesal di dalam d**a, walau bagaimanapun juga akhir hayatnya om Tio memperlakukan ku dengan sangat baik. Seluruh asetnya kini menjadi milikku dan aku benar - benar menjadi wanita kaya raya. Baru satu bulan kepergian om Tio, namun rasa sesal di d**a semakin besar, ternyata rasa sesal hadir setelah kehilangan. Kerinduan menjadi syahdu, penyesalan yang datang terlambat karena tidak akan kembali lagi. "Maafkan aku om, bukan maksudku membuat mu lenyap dari hadapku, namun itu semua karena ulahmu yang menyebabkan ini semua terjadi, rindu dan cinta hadir setelah kau pergi dan tak mungkin kembali lagi, kan ku lukis dalam hati semua yang terjadi diantara kita, luka yang pernah kau torehkan membuatku mati rasa akan namanya cinta dan kesetiaan, ku harap kamu tenang dan damai di alam sana" Semua telah tersusun rapi, semua keinginanku telah terwujud tapi mengapa hati ini malah terasa hampa, tanpa kehadiran orang yang selalu tulus mencintaiku seutuhnya. Kini harapanku cuma satu mengejar cinta Pramudia. 'Luka yang kau torehkan terlalu dalam, membuatku tidak bisa membedakan cinta, benci dan sesal'

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN