Hari Bahagia Fitri

1085 Kata
Belum pernah aku merasakan sebahagia ini. Pernikahan ku akan digelar sebentar lagi, rasa yang dulu pernah hadir ketika menikah bersama mas Danu hampir mati dan sirna di telan pengkhianatan. Namun syukurlah kini hadir kembali sosok pria yang setia menungguku dengan sabar, dia adalah Pramudia. Kami berdua duduk berdampingan menghadap penghulu, ada rasa gugup menyelimuti, seolah ini adalah pernikahan ku yang pertama kali. "Saya terima nikahnya Fitri Anastasya bin Sanusi dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang tunai 5 milyar dibayar tunai" "Bagaimana sah..?" "Sah" Semua tamu yang menghadiri bertepuk tangan ikut berbahagia. Ijab kabul yang di ucapkan mas Pramudia sangat lancar, kami sangat bahagia. Tak terasa air mata haru keluar, dengan lembut mas Pramudia yang kini telah sah menjadi suamiku menyeka buliran bening, mengecup kening, ku cium tangan imamku dengan takzim. "Honey aku akan selalu berusaha agar kamu berbahagia, jangan lagi ada air mata duka" "Makasih... makasih imamku, kini kau adalah segalanya buatku" Kami terhanyut dalam suasana haru dan bahagia. Tak ada lagi keraguan di hati. Yang telah tergembok semua yang ada pada diriku menjadi milik mas Pramudia imamku seutuhnya. Acara telah selesai ku buka satu persatu manik dirambut yang terhias cantik, begitupun dengan gaun pengantin indah yang telah membalut tubuhku menjadikan ku tampil sempurna. "Honey, mas bantu buka ya" Tangan kekar suamiku melingkar erat, hembusan nafasnya terdengar tak beraturan. "Makasih suamiku" Dibalikannya tubuhku hingga kini kami berhadapan saling memandangi ciptaan tuhan yang teramat sempurna. Akhirnya kami menikmati hasrat yang kian lama terpendam, mas Pramudia memperlakukanku dengan lembut hingga kami benar - benar menikmati surgawi sesungguhnya. Terdengar deringan ponsel suamiku sekilas ku lihat ada nama yang membuat mataku membulat. "Risna" Ada apa Risna menelpon suamiku, ah.. jangan bilang kalau mereka ada hubungan yang tak ku ketahui, dan yang membuatku heran Risna menghubungi mas Pramudia lebih dari 10 kali. Ku beranikan diri mengangkat dering ponsel mas Pramudia, karena tak mungkin juga ku membangunkannya yang sedang tertidur lelap karena aktifitas panas semalam. "Ya.. hallo bu Risna ada apa?" "Ah.., bu Fia maaf mengganggu pagi anda, bisa saya bicara dengan bapak, ada hal penting yang harus saya bicarakan dan ini mengenai perusahaan" "Oh.., begini bu Risna bagaimana kalau nanti saya hubungi lagi berhubung suami saya sedang tidak bisa di ganggu" "Ah.. baik bu tolong sampaikan ya bu.., maaf telah mengganggu" "Ya baik, tidak apa - apa bu" Ternyata masalah perusahaan sebegitu pentingkah hingga pagi buta begini udah mengganggu orang lain. Rasa takut kehilangan suami hadir kembali setelah kejadian dulu, namun Fitri segera menepiskannya. "Honey, udah bangun?" "Udah sayang, cuma pagi ini aku lagi bad mood" "Loh, kenapa?, pingin lagi ya..hehe" "Apaan sih sayang, bukan itu.." "Trus apa dong" "Tuh, lihat aja sendiri ada 10 panggilan dari Risna, emang kamu ada hubungan apa sayang sama dia" "Hah, masa sih" "Lihat aja" "Ha.. ha kamu cemburu honey" "Malah bercanda, aku serius loh ada hubungan apa kamu sama si gundik itu" "Hihi aku senang banget kamu cemburu, begini honey kayaknya ada sesuatu yang terjadi diperusahaan Danu jadi Risna menelpon mas" "Dan mas tahu apa yang terjadi?" "Entahlah, bisa jadi perusahaan Danu bangkrut" "Why.." "I don't know, menurut berita yang beredar itu karena ada yang menggelapkan uang perusahaannya, bahkan banyak investor yang menarik sahamnya karena merasa dirugikan, mas akan cari tahu setelah kita pulang dari sini" "Owh.., kalau memang benar adanya seperti itu mungkin itu adalah balasan yang setimpal untuknya karena telah berbuat dzolim kepada ku mas" "Ya honey, siapa yang menanam dia akan menuai, sudahlah jangan merusak hari bahagia kita dengan sesuatu yang nggak penting, yang penting sekarang gimana caranya supaya cepet punya debay, ayo.. kita bikin yang banyak" "Aish.., emang bikin kue apa" "He he he" Sebenarnya ada rasa tak enak di hati walau bagaimana pun juga mas Danu mantan suamiku yang pernah menjadi bagian terindah dalam hidupku. Tanpa aku harus turun tangan membalas semua perbuatannya yang dulu. Dan ternyata tuhan telah membalas duluan. Aku ingin tahu akan seperti apa dua sejoli itu. Keesokan harinya, kami pulang ke jakarta karena banyak proyek besar yang membutuhkan mas Pramudia dan tidak bisa di wakilkan. "Honey, kamu istirahat gih siapkan mental dan tenaga untuk malam he he" "Aish, kamu emang mau kemana sayang, apa nggak sebaiknya istirahat dulu lah" "Ada proyek yang segera harus diselesaikan, mas janji nggak lama kok, begitu semua selesai langsung pulang" "Baiklah kalau begitu, ingat selalu jaga hati dan pandangan karena diluaran banyak yang mengincar kamu sayang" "Ha.. ha ha, kamu ada - ada aja deh, tentu saja aku itu akan selalu menjaga hati ini hanya buat istriku tercinta, muuuuach" "Janji ya" "Janji honey" Ku cium tangan suamiku dengan takzim, ku iringi dengan doa semoga di permudah segala urusannya. Setelah kepergian suamiku, aku langsung merebahkan diri di kasur empuk dimana akan jadi saksi awal malam pernikahan kami. Mungkin karena lelah ku terlelap tidur dengan nyaman di temani semilir angin yang berhembus dari luar jendela yang sengaja ku buka untuk menghilangkan pengap suasana kamar yang lama ku tinggalkan. Dering jam becker membangunkan ku dari tidur, rupanya senja telah tiba ku berjalan menghampiri jendela menatap keluar pemandangan indah seindah hari ku kini, tak henti ku ucapkan syukur kepada sang maha pencipta. "Terima kasih tuhan, engkau telah hempaskan ketidak adilan manusia untuk ku dan telah menggantikannya dengan yang lebih sempurna, tolong selalu hamba untuk menjaga keutuhan di dalamnya" Hari berganti malam namun belum ada tanda suamiku pulang, ah mungkin lembur karena banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikan. Ku bergegas ke dapur meracik makanan yang akan ku siapkan untuk makan malam bersama suami tercinta. Tempe bacem, cumi saus padang dan capcay menu favoritnya, aku sebagai istri ingin membuatnya selalu merasa nyaman berada disampingku. Ku tata rapi di meja makan semua masakan, sungguh tidak sabar menunggu suami pulang, ku coba memijit angka di ponsel menghubungi suami, namun sayang tidak tersambung hanya operator wanita yang berbicara nomor diluar jangkauan. Hatiku kecewa, namun dengan sabar ku ulang lagi menghubungi suami dan tersambung, namun tidak diangkat. Rasa khawatir di hati semakin menjadi, entahlah kini aku terlalu protektif kepada suami, tapi biarlah semoga saja suamiku mengerti itu semua karena rasa ketakutan ku yang beralasan. Ku melamun dalam keheningan, sesekali ku lihat arloji jam 8 malam kenapa belum pulang, ku coba bediri melangkah ke luar karena bosan menunggu terlalu lama. Namun tiba - tiba tangan kekar memeluk ku dan membekamku, entah siapa orang ini, aku berusaha menjerit dan meronta namun mulutku di bekam dan di lakban, mataku di tutup hingga aku tidak mengenali siapa yang berbuat ini padaku. Waduuh, siapa ya? baru aja bahagia udah ada yang ganggu lagi. Kasian kan Fitri.. Ditunggu comen nya ya.. terima kasih?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN