Jejak Jalanan

1530 Kata
Jejak itu ada, walau fisiknya dihapus oleh hujan. Namun, jejak jalanan itu masih membekas di kenanganku -Yuuna Jovanka N. - Tahun 2006 bulan desember yang artinya sudah berada di bulan penghujung tahun. Biasanya orang yang akan bersuka cita bergembira akan menyambut tahun baru dan membuat lembaran baru dalam kisah kehidupannya. Begitu pulalah yang terjadi pada Yuuna Jovanka N., hanya hampir saja bukan berarti sama persis. Yang ia lakukan hanya hampir sama dengan yang dilakukan kebanyakan orang, bedanya adalah ia memiliki dirinya sendiri agar lebih kualitas hidup yang baik. Mencoba merintis lembaran kehidupan yang baru di setiap tahun karena sebuah masa kelam yang sedikit mengalami trauma dengan hidupnya sendiri, perasaan yang menghantui Yuuna harus dari sebuah hadiah yang seharusnya ia terima, walau hal tersebut salahnya, tetapi ia adalah penyebab kejadian itu terjadi . Gadis berusia 17 tahun bernama Yuuna itu sedang sibuk dengan pekerjaannya sebagai pelayan toko roti. Gadis itu tampak tidak memudarkan senyuman di wajahnya saat bertemu dengan pelanggannya. Tugasnya berganti-gantian dengan rekan kerja, kadang ia meletakkan roti di rak roti atau di estalase kaca. Kadang kala tugasnya juga menjadi penjaga mesin kasir. Tidak menutup kemungkinan juga ia kadang berada di dapur toko untuk membantu staf bagian dapur, tapi itu hanya terjadi saat ia sudah mendapatkan izin dari bos untuk menghampiri dapur untuk belajar. Bosnya tahu benar ia sangat tertarik dengan cara memasak roti dan juga proses pembuatannya. Roti itu tidak dan langsung dapat begitu saja, Telah enam bulan semenjak ia keluar dari rumah sakit, dan dia pula dibantu oleh Halim Rezaananda. Mencari pekerjaan dan menemukan tempat tinggal yang cocok untuk Yuuna. Reza berbaik hati pada Yuuna dan menjadi teman Yuuna sampai saat ini. “Permisi … Yuuna ada?” sapa Reza setelah sampai di toko tempat Yuuna bekerja. Seperti biasa yang sudah dilakukan oleh Reza selama 6 bulan terakhir yaitu mengunjungi Yuuna, ia juga menjaga Yuuna dan melindungi Yuuna takut-takut bosnya yaitu Junni marah besar setelah tahu calon istrinya meninggal dunia dan melampiaskannya pada Yuuna. Tetapi, beruntung selama 6 bulan terakhir tidak ada yang terjadi pada Yuuna semua berjalan lancar dan baik-baik saja. “Ya … ? Yuuna? Ada lagi di belakang, ”balas rekan kerja Yuuna bagian penjaga kasir memberitahukan keberadaan Yuuna. “Oh ... kalau begitu saya tunggu dia di meja biasa,” sahut Reza saat tahu Yuuna masih sibuk dengan pekerjaannya, lalu ia pergi ke tempat yang ia katakana tadi, yaitu tempat yang sudah menjadi tempat favoritenya di toko roti tersebut tepat di meja panjang dekat sudut sudut toko yang menyatu dengan dinding toko di samping dinding kaca depan toko tersebut. Rekan kerja Yuuna sudah terbiasa dengan kedatangan Reza yang kapan saja dia ada kasempatan untuk datang. Reza sudah menjadi pelanggan tetap toko tersebut. Mereka sampai hafal apa-apa saja kegemaran Reza di toko tersebut. Rekan kerja Yuuna menyajikan kopi pada Reza. “Terimakasih… bisa tolong sekalian dengan roti biasa,” pinta Reza pada pegawai toko tersebut. Bertepatan Yuuna keluar dari dapur toko membawa keranjang roti yang sudah dikemas rapi dan cantik, rekan kerja Yuuna pun meminta untuk bertukar tugas. “Yuu kamu antar roti ini ke pelanggan tetap kita itu, biar aku yang meletak roti-roti cantik ini,” pinta rekan kerja Yuuna dengan sunyuman menggoda Yuuna. Yuuna menurutinya saja sambil balas tersneyum ramah dan menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu ia memberikan keranjang penuh roti itu pada Harumi rekannya. Dengan nampan dengan beberapa potong roti kegemaran Reza. Yuuna menghampiri meja favourite Reza dan meletakkan nampannya. Ketika Yuuna akan pergi kembali bekerja, Reza menghentikannya dan memintanya untuk duduk sebentar. “Tunggu dulu, ada waktu mengobrol sebentar?” tanya Reza. Yuuna tampak berpikir lalu ia menjawab, “sepertinya ada tapi hanya sebentar.” wanita berhijab itu duduk bersebrangan dengan Reza. Yuunna tidak enak hati untuk menolak permintaan orang yang telah banyak berbuat baik padanya itu. Reza tersenyum dengan Yuuna yang selalu meresponnya dengan baik. “Saya ingin mengajak kamu makan malam di rumah saya,” ujar Reza sambil tersenyum lembut dan pandangan teduhnya, ucapannya tadi lebih kepada ia mengutarakan permintaanya dengan baik pada Yuuna. Yuuna tampak kaget dengan permintaan yang tidak ia duga yang akan dia dengar dari Reza, dan Yuuna kebingungan akan menjawab apa. Baru akan mengucapkan sesuatu. “Ki-/” kata-kata Yuuna terpotong oleh kalimat Reza berikutnya. “Hahaha… tentu tidak hanya kita berdua Yuuna, jadi kamu tidak perlu takut dan merasa tidak nyaman begitu padaku,” jelas Reza agar Yuuna tidak takut atau merasa tidak nyaman untuk menjawab permintaannya. Ia mengerti dengan Yuuna, Yuuna yang selalu takut dan was-was itu sulit untuk melalukan hal-hal baru dalam hidupnya jika ia merasa hal itu tidak menyakinkan untuknya. Kemudian Reza tertawa melihat respon wajah Yuuna lebih tepatnya ekspresi waja Yuuna yang kebingungan menggemaskan sekaligus cantik. “Tenang saja saya tidak akan menyakiti kamu, makan malam itu merupakan acara makan malam dengan rekan kerja saya juga, karena saya sudah berhasil membentuk bisnis saja sendiri yang sudah lama saya impi-impikan,” jelas Reza pada Yuuna sambil tersenyum lebar dan ia mencoba untuk menghilangkan rasa takut Yuuna saat melihat ada raut ketakutan di wajah cantik Yuuna.  Reza menjawab ketakutan tersebut dengan ucapan berikutnya,  “ada banyak wanita tenang saja” sambung Reza sambil tersenyum lembut pada wanita di depannya itu. Yuuna merasa lega dan membuang nafasnya legas seperti beban yang terlepas setidaknya hanya sedikit. “Huh… Alhamdulillah, insya Allah. Aku akan ikut,” jawab Yuuna dengan cara bicaranya yang lembut dan sopan. “Nanti saya akan menjempumu, itupun jika kamu tidak keberatan,” tawar Reza lagi, Reza memang berbaik hati seperti menjadi kakak laki-laki untuk Yuuna, manjaga Yuuna dengan tidak sembarang menyentuh Yuuna. Bahkan Reza menyentuh Yuuna hanya pada saat Yuuna yang terbaring lemah saat kecelakaan, Reza memangku kepala Yuuna dan mengabaikan boss-nya sendiri. Reza menyetahu latar belakang dari Yuuna dan membuatnya merasa simpati pada keadaan Yuuna saat itu hingga saat ini mereka menjadi dekat walau Yuuna tetap menjaga jarak amannya karena masih ada trauma dari dalam dirinya sendiri. Pikirannya selalu menghakimi jiwanya sebagai yang bersalah telah membuat seorang wanita bernama Syahilla meninggal dunia. “Terimakasih banyak Kak, tapi apakah itu tidak merepotkan Kakak, Kakakkan pemilik acara,” ujar Yuuna. Yuuna memanggil Reza dengan panggilan kakak karena Reza selalu memarahi Yuuna jika Yuuna memanggilkan dengan panggilan bapak, Reza tidak rela dipanggil bapak oleh Yuuna yang ia anggap seperti seorang adik perempuannya. Walau untuk mendapatkan panggilan kakak dari Yuuna adalah sebuah usahanya yang sangat sulit karena Yuuna sekali-kali masih memanggilnya dengan sebutan bapak. “Kak? Apa ada lagi yang mau Kakak sampaikan ke aku? Karena kalau tidak ada aku harus kembali bekerja dulu,” tanya Yuuna sopan pada Reza secara tidak langsung ia juga meminta izin untuk kembali ke pekerjaannya. Reza menydari bahwa ia tidak ada lagi yang ingin dikatakan iapun mempersilahkan Yuuna untuk meninggalkannya. “Saya rasa tidak ada, silahkan kamu kembali berkerja maaf menganggu waktumu,” ujar Reza. Reza berharap untuk dapat berkomunikasi lebih lama dengan Yuuna, tapi ia harus memahami jika Yuuna memiliki tanggung jawab atas pekerjaannya dan Yuuna memiliki sifat yang tertutup sulit untuk ia mengambil resiko. Jika salah-salah ia akan benar-benar kehilangan kesempatan berteman dengan Jisu. “Baik, aku kembali bekerjan dulu Kak, maaf tidak bisa menemani mengobrol lebih lama,” tutur Yuuna berpamitan. “Heumm, Yuuna tunggu sebentar. Jika kamu tidak keberatan apa kamu juga bisa membantu adikku untuk menemaninya berbelanja sehabis masa piket kerjamu hari ini?” tanya Reza tiba-tiba saat Yuuna sudah berbalik meninggalkan tempat duduknya tadi. Lalu Yuuna kembali berbalik melihat kearah Reza. “Bisa,” jawab Yuuna singkat sambil tersenyum. Yuuna memang mengetahui tentang adik perempuan dari Reza yang seumuran dengannya karena Reza telah menceritakan padanya tentang adiknya itu yang bernama Rika Reina. Reza pun balik membalas dengan senyuman karena artinya rencananya berhasil untuk membawa Yuuna berbelanja walau ia harus menggunakan adiknya sebagai umpan. Yuuna kembali berbalik meninggalkan Reza yang tengah tersenyum sambil menatap punggung Yuuna yang menjauh dari jangkauan pandangannya. Ia sengaja mengajak Yuuna berbelanja yaitu untuk membelikan Yuuna pakaian tetapi melalui adiknya karena Yuuna tidak akan mau menerima barang apapun dari Reza secara langsung jika ia tahu itu darinya. Yuuna memang sulit menerima barang dari siapapun karena rasa segannya sangatlah besar. Selama beberapa bulan Yuuna setelah sembuh dari luka fisik kecelakaan itu. Yuuna tidak pernah menyinggung tentang kecelakaan yang telah lalu tersebut, ia tidak pernah menanyakan lagi setelah 6 bulan berlalu tentang kabar orang yang membantunya saat ia akan di jual oleh saudaranya. Tidak tahu apa yang membuat Yuuna bergitu seakan tidak pernah mengalami kejadian yang mengerikan tersebut. Setidaknya orang akan menanyakan kabar bagaimana orang yang telah membantunya. Tapi itu tidak terjadi pada Yuuna, setelah ia diperbolehkan untuk turun dari brankar rumah sakit hanya sekali ia menjenguk Yuuna yang kritis untuk mengucapkan terimakasih dan permintaan maafnya pada orang yang tidak akan mendengarnya tersebut. Ia juga meminta maaf atas kematiaan Syahila karena semua disebabkan oleh dirinya dengan berkali-kali karena rasa bersalahnya. Yuuna kembali bekerja, Reza hanya dapat memperhatikannya dari tempat ia berada. Tidak mengerti apa yang dipikirkan oleh Reza sehingga ia rela banyak membantu Yuuna dan merelakan waktu serta tenaganya hanya untuk Yuuna secara cuma-cuma. Reza hanya beralibi, “sudah sepantasnya untuk saling membantu”. Reza yang merasa sudah waktunya ia kembali ke kantornya, ia pun ke kasir dan beranjak dari toko tersebut sekaligus berpamitan pada Yuuna yang sedang membereskan meja di luar pintu utama. “Yuuna, Kakak pergi dulu, jaga dirimu baik-baik. Kalau butuh bantuan kabari Kakak segera. Assalamu’alaikum…” pamit Reza pada Yuuna. Yuuna yang mengawasi kegiatan berberesnya tadi melihat Reza yang berpamitan padanya lalu pergi. “Baik Kaka , hati-hati di jalan Kak. Wa'alaikummussalam… ”jawab Yuuna dengan datar tetapi masih ramah untuk dilihat. Lalu melihat sebentar Reza yang pergi dan memasuki mobilnya. Lalu Yuuna kembali fokus pada pekerjaannya, mengkat nampan dan membawanya.   
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN