Darren yang galau

1365 Kata
Darren berusaha untuk mengalihkan pandangan ke arah jendela, melihat Cecilia lebih lama tidak baik untuknya. Matanya seakan tidak mau berpaling dan terus memandangi wajah gadis yang duduk di depannya, meskipun di alam bawah sadar dia memaki dan mengingat jika Kathleen adalah kekasihnya tapi rupanya Darren kalah total dari godaan itu dan membuatnya merasa menjadi orang yang tidak setia. Padahal Kathleen sudah susah payah menyusulnya dan akan berkuliah di Jakarta dengan alasan ingin terus dekat dengan dirinya, tapi ternyata dia tidak dapat mempertahankan komitmen dalam hubungan mereka dengan mendua hati. "Ada apa Aden sampai menghela nafas dan terlihat galau seperti itu?" tanya Pak Ridho yang melihat Darren dari kaca spion. "Jangan berpikir Bapak bisa mangkir dan menemani gadis bule itu seharian!" bentak Cecilia yang membuat Pak Ridho terkejut, bahkan dia tidak berani membuka suara karena sungkan dengan gadis itu "Kathleen itu tidak mengenal Jakarta dan takut dengan keamanan di kota ini," ucap Darren dengan nada lemas membayangkan Kathleen yang kecewa karena aku tidak dapat menemaninya. "Hapenya saja yang smart tapi orangnya tidak," sahut Cecilia dengan sinis dengan mata yang masih menatap tablet. "Apa maksud kamu berkata seperti itu?" tanya Darren yang tak suka mendengar Kathleen dijelek-jelekkan. "Bapak punya otak untuk berpikir kan? Pikir saja sendiri!" Gadis ini kembali menyahuti Darren dengan sinis. Saat akan mendebatnya, iPhone milik Darren berbunyi dan pria itu segera mengambilnya dari saku celana. Kathleen yang mengirim pesan itu rupanya. Kathleen : Babe, aku maafkan tindakan kamu yang meninggalkan aku di kamar hotel karena hujan. Sekarang aku mohon sama kamu untuk menemani aku mencari tempat tinggal hari ini. Please, Babe, aku tidak nyaman tidur di hotel. Me : Kenapa kamu tidak nyaman tidur di hotel? Setidaknya kamu tidak perlu khawatir dengan keamanannya, karena tidak akan ada penjahat yang akan membuat kamu tidak tenang. Kathleen : Tetap saja, aku merasakan tidak nyaman karena sendirian di sini. Darren, aku harap hari ini kamu bisa menemani aku. Please, Darren. Darren menghela nafas kasar saat membaca pesan balasan dari Kathleen, jika dia sudah memanggilku Darren artinya gadis itu marah besar terhadapku. "Jika Bapak masih mau meladeni keinginan dari kekasih Bapak yang manja itu , jangan salahkan jika saya memakai cara kekerasan," ucap Cecilia dengan suara yang terpatah-patah dan ditekan. "Cecilia, hanya izin beberapa hari saja tidak akan ada masalah yang serius kan?" tanya Darren dengan rasa yang tidak tenang, karena membayangkan Kathleen yang sedang sendirian di kamar hotel. "Apakah para klien maupun investor dapat mengerti dengan izinnya Bapak beberapa hari?" tanya Cecilia dengan nada sarkas. "Tapi saya kan belum sepenuhnya menggantikan Ayah menjadi CEO. Jadi seharusnya tidak perlu seketat ini," ucap Darren yang masih mencoba membela diri. "Tapi sikap Bapak yang mangkir inilah yang akan dilihat oleh dewan direksi, klien dan investor." Sambar Cecilia dengan sinis dan tidak dapat lagi dibantah oleh Darren. Cecilia kembali larut dengan pekerjaannya, sementara pikiran Darren berkelana mencari cara bagaimana membujuk Kathleen agar tidak marah lagi kepadanya. Hingga pria itu tidak sadar jika sudah sampai di gedung perkantoran. Irene sudah sibuk dalam pekerjaannya dengan sekotak teh rasa lemon dan membuat Darren penasaran jam berapa gadis itu tiba di kantor? Padahal jam yang menempel di dinding masih menunjuk angka 08:10 pagi. Melihat Irene yang serius membuat Darren merasa malu karena sebagai pemimpin tidak menunjukkan loyalitasnya. "Ayo kita selesaikan pekerjaan yang sudah menanti pada hari ini." Cecilia berkata dengan nada tegas. Tak lama mereka berdua sudah larut dalam pekerjaan hingga bunyi yang terdengar dari iPhone milik Darren. Pria itu menghela nafas kasar saat melihat nama Kathleen sebagai sang pemanggil. Sang kekasih sungguh-sungguh gigih jika menginginkan sesuatu, salah satu persamaan yang dimiliki oleh Kathleen dan Cecilia. "Jika Bapak mengangkat telepon itu untuk menuruti keinginannya, lebih baik tidak usah diangkat," ucap Cecilia dengan nada sinis. "Kamu sekarang juga mengatur privasi saya?'' tanya Darren dengan nada tak percaya. "Karena privasi Bapak membahayakan Sanjaya Group," ceplos Cecilia tanpa perasaan. Akhirnya Darren mereject panggilan itu dan mengirimkan pesan balasan jika tidak dapat menemani Kathleen untuk mencari tempat tinggal yang dekat dengan kampusnya yaitu Purple Blossom. Tapi sampai 2 jam tak kunjung juga dia membalasnya. Darren semakin resah dan tidak dapat memperhatikan penjelasan Cecilia hingga gadis itu menggebrak meja dengan kencang dan memandang sang tuan muda dengan tajam. "Jika pikiran Bapak masih terus tertuju pada pacar Bapak yang manja itu, artinya Bapak tidak kompeten menggantikan Bapak Giovani sebagai CEO. Bapak pikir Sanjaya Group ini tempat bermain," ucap Cecilia ketus. "Melihat kamu yang seperti ini membuat saya yakin jika kamu belum pernah berpacaran. Bisa-bisanya kamu tidak mengerti kekhawatiran seorang pria saat mengetahui jika pacarnya sendirian di tempat asing," Darren menyahut dengan kesal. "Tapi dia sendiri yang memilih untuk datang ke negara ini. Seharusnya dia juga tahu apa konsekuensinya dari perbuatannya," balas Cecilia tak mau kalah. "Berbicara dengan kamu tidak ada gunanya," ujar Darren yang mulai lelah dengan perdebatan ini. "Karena saya bekerja dengan otak dan tangan bukan dengan mulut," ucap Cecilia sambil mencebikkan bibir. Entah kenapa mata Darren tertuju pada bibir Cecilia yang hari ini dipulas dengan warna oranye yang semakin membuat wajahnya segar. Bibir yang membuka itu terlihat sangat menggoda. "Belikan saya dark mocca latte ukuran besar juga sekalian tuna puff dan red velvet." Darren mengulurkan kartu kredit berwarna hitam ke tangan Cecilia yang hanya dipandangi dengan ekspresi datar. "Kamu kenapa? Apa sekalian mau juga? Oh iya saya lupa kalau ada beli beberapa kopi kaleng yang biasa kamu minum. Nanti malam akan saya kasih tahu Bunda untuk menyiapkan untuk kamu bawa besok," ucap Darren yang heran karena gadis ini hanya terdiam di tempatnya berdiri. "Tidak usah repot-repot, Pak. Dan saya ini bukan pesuruh yang bisa Bapak perintah seenaknya," sahut Cecilia dengan ketus. "Ckckck, kamu ini kenapa sih harus berkata dengan ketus seperti itu? Jika tidak suka ya bisa kamu tolak dengan baik-baik!" Gadis angkuh ini benar-benar memancing emosi Darren. Bayangkan saja, sekarang masih jam 10 pagi dan masih tersisa waktu 6 atau 7 jam lagi sebelum jam kerja hari ini usai. Tpapi gadis itu seakan mencari ribut dengan Darren. Akhirnya Darren memanggil Irene dan meminta gadis yang sudah mulai terlihat berani itu untuk membelikan pesanannya dan sekalian menyuruh sekertarisnya itu untuk membeli makanan atau minuman yang dia inginkan di kedai kopi asal Amerika itu. "Kamu lebih baik jujur deh, ada masalah apa kamu dengan saya?" tanya Darren kepada Cecilia ketika Irene sudah keluar dari ruangan kerja Darren ''Masalah Bapak itu cuma 1, terlalu BUCIN sama pacar bule Bapak yang manja itu," jawab Cecilia dengan mata menatap tajam ke arah Darren. Kedua mata mereka beradu dan seakan mengunci dalam rasa amarah. Tidak ada yang saling mau mengalah di antara keduanya, tapi saat Darren akan melakukan perlawanan dengan menatap gadis angkuh ini, netra hitam sepekat malam milik Cecilia seakan menarik Darren lebih dalam dan membuatnya terpana. ''Lebih baik Bapak segera putuskan akan melakukan apa terhadap gadis manja itu. Dan saya harap Bapak akan lebih mementingkan perusahaan daripada gadis itu." ucapan Cecilia membangunkan Darren dari lamunan. Suara iPhone yang terus berdering membuat Darren sadar jika ada panggilan masuk dari Kathleen, tapi entah kenapa saat ini dia malas menerima telepon itu. Karena itu Darren mendiamkan saja iPhone yang berbalut softcase berwarna hitam itu di atas mejanya hingga berhenti sendiri. "Saya akan keluar sebentar untuk snack time. Sebentar lagi harusnya Irene akan datang membawakan pesanan Bapak," sambung Cecilia kembali sebelum keluar dari ruangan Darren. Mendengar suara khas ketukan sepatu yang beradu dengan lantai membuat Darren mengarahkan pandangan kepada gadis yang mulai memasuki hatinya itu tanpa permisi. Rasa yang sebelumnya tidak pernah Darren sangka akan menghampiri, di mana seluruh perhatian dia curahkan kepada Kathleen seorang. Jauh di lubuk hatinya yang terdalam, Darren seperti merasa harus melindungi Cecilia meskipun dia tidak pernah mengeluh akan rasa sakit dan kesusahan yang sedang dia alami. Di balik sikap keras kepala yang Cecilia miliki, entah kenapa Darren merasa jika gadis itu memerlukan limpahan kasih sayang dan perlindungan dari semua hal yang membahayakan dirinya. Semua ini membuat Darren ragu akan dirinya yang sudah hidup selama 25 tahun, karena ini pertama kalinya merasa asing dengan dirinya sendiri dan mirisnya lagi orang yang berhasil mengguncang hati Darren adalah Cecilia. Gadis yang memberikan kesan buruk pada awal pertemuan mereka. Oh Cecilia! Aku harus bagaimana terhadap perasaan ini? Sementara aku juga sudah memiliki seseorang yang sudah menjadi bagian dari masa depanku. Keluh Darren dalam hati.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN