Mahkota yang terenggut

1198 Kata
"Dasar pelayan bodoh! Siapa yang meminta layanan kamar? Bawa kembali makanan itu dan segera tinggalkan kamar ini!'' Bentak Morgan kepada pelayan wanita yang mengkerut ketakutan di tempatnya berdiri. "Taaa-tapi di kertas ini tertera jika nomor kamarnya adalah 539 dan nama pemesan adalah Tuan Morgan Jayadiningrat." Dengan tergagap sang pelayan menjawab Morgan. Raut ketakutan pun jelas terpancar dari wajah perempuan yang memakai seragam hotel. Morgan menghela nafas kasar, hasratnya sudah berada di ubun-ubun tapi ternyata harus tertunda karena makanan yang tidak pernah dia pesan. Dasar gadis hotelier sialan! Umpatnya dalam hati. "Baik, kalau begitu bawa masuk saja. Nanti akan saya makan," ucap Morgan akhirnya. "Pak... Tapi saya harus memastikan apakah makanan dan minuman yang disajikan itu sesuai dengan kriteria Bapak. Bisakah Bapak mencicipinya meski hanya sesuap saja?" pinta si pelayan dengan nada memelas. "Apa!? Kenapa saya harus memakannya di hadapan pelayan hotel yang tidak punya sopan santun?" sentak Morgan semakin membuat gadis pelayan itu menciut di tempatnya berdiri. "Maafkan saya, Pak. Saya masih karyawan baru jadi tidak begitu mengerti ...." "Berani sekali manager hotel membiarkan karyawan baru untuk masuk ke dalam kamar tamu VIP!" Dengan murka, Morgan memotong pembicaraan gadis itu. Setelah urusannya dengan Cecilia selesai, dia akan memanggil manager hotel dan akan memberikan ultimatum kepada pihak hotel yang sudah lalai. Rasa amarah membuat Morgan terasa panas, apalagi sebelumnya dia telah meminum obat kuat pria agar dapat mengeksekusi gadis itu semalam penuh. Tanpa sadar Morgan membuka tudung saji yang menutupi makanannya dan langsung menandaskan segelas jus jeruk dalam beberapa detik. "Keluar dari kamar ini sekarang sebelum kesabaran saya habis!" Perintah Morgan dengan nada tinggi. Sang pelayan nampak mengangguk sebelum melangkah menuju keluar kamar, namun belum sempat gadis itu membuka handle pintu, suara dentuman kencang terdengar tak lama kemudian. Lantas si pelayan membalikkan tubuhnya dan melihat jika Morgan sudah rebah di lantai hotel yang berbalut karpet ini. "Halo, Bu, sesuai dengan perintah target telah meminum habis jus jeruk dan langsung lumpuh. Mohon perintah selanjutnya!" Dengan suara tegas dan yakin si pelayan menghubungi seseorang dengan ponsel pintarnya. Hilang sudah raut wajah ketakutan yang sejak tadi ditunjukkan kepada Morgan. Yang ada kini hanya seorang wanita dengan raut wajah penuh ketenangan. "Biarkan saja Morgan tertidur di lantai. Siapa suruh dia mau berniat licik dengan cara merusak seorang gadis. Bawa saja Cecilia keluar dari kamar itu!" Tak lama sebuah perintah meluncur dari balik sambungan telepon. "Siap! Perintah dilaksanakan. Jadi saya harus membawa Nona Cecilia ke mana?" tanya sang wanita kembali. "Bawa ke kamar 870, saya juga sudah mengamankan Darren dari rencana licik gadis bule itu. Ah, saya jadi terpikir untuk menyatukan kedua orang itu dalam satu kamar." Panggilan pun terputus, lebih tepatnya diputus secara sepihak oleh orang yang berada di balik sambungan telepon itu. Wanita itu segera menuju ke ranjang dan melihat keadaan Cecilia yang sudah semakin parah, efek dari obat perangsang itu sepertinya membuat gadis itu kesakitan namun juga mendamba akan sesuatu yang tidak dia ketahui apa itu. Kedua tangannya pun tanpa sadar menekan aset berharganya yang menegang dengan keras. "Untunglah kamu masih dapat terselamatkan dari pria b******n ini," ucap sang wanita lalu memapah tubuh Cecilia yang lebih kecil darinya. Cecilia memang selamat tiba di kamar 870, tapi sepertinya sang pesuruh melupakan satu hal. Gadis itu masih mabuk dan dalam pengaruh obat perangsang, begitu juga .... Darren yang berhasil diselamatkan dari rencana jahat Kathleen. Mantan kekasih Darren itu bernasib sama dengan Morgan harus tertidur setelah meminum jus jeruk yang sebelumnya telah dibubuhi obat tidur dalam dosis yang banyak sehingga bereaksi hanya dalam hitungan detik. "Kita cabut sekarang, tugas kita sudah selesai untuk menyelamatkan kedua orang ini." Ajak sang pesuruh pria penyelamat Darren. "Tapi apa tidak bahaya meninggalkan mereka dalam keadaan masih terpengaruh oleh obat perangsang?'' tanya wanita yang menyelamatkan Cecilia dengan ragu. Kedua tangan Darren dan Cecilia yang sedang kesakitan itu terikat dengan kain dalam posisi berjauhan. Keduanya secara bersahutan mengeluarkan rintihan kesakitan yang membuat si wanita meringis. "Kamu lihat 'kan kalau tangan mereka sudah aku ikat dengan kencang, tidak mungkin akan lepas begitu saja," jawab si pria dengan yakin. "Baiklah, kita pergi sekarang. Kunci saja dari luar dan serahkan pada bos, lagian ada kartu cadangannya juga ini," putus sang wanita yang lalu menyusul si pria yang sudah keluar terlebih dahulu. "Aduh...Sakit sekali, tolong lepaskan ikatan ini!" pekik Cecilia yang merasa sekujur tubuhnya semakin memanas dan nafasnya pun tersengal. Dosis yang diberikan Morgan kepada Cecilia ternyata lebih banyak daripada Darren yang hanya 3 tetes. Jadi Darren yang masih memiliki sisa kesadaran berusaha untuk melepaskan diri, dia berguling hingga jatuh dari ranjang lalu menuju tempat Cecilia yang tergeletak tidak berdaya di sofa. Dengan sisa kekuatannya, pria itu menggesekkan kain itu mengenai hak sepatu Cecilia yang runcing. Darren melakukannya di tengah rasa sakit akibat efek dari obat perangsang dan mabuk akibat meminum wine hingga 3 gelas karena begitu nikmatnya rasa minuman yang memiliki cairan kuning keemasan itu. "Kalau tahu bakal mabuk, aku enggak akan nekad minum sampai 3 gelas," sungut Darren dengan sisa kesadaran yang semakin menipis. Dan tak lama kemudian, ikatan yang membelenggu tangan Darren lepas tapi tidak ikatan nafsu yang sudah sepenuhnya menguasai tubuh pria itu. Sang tuan muda Sanjaya menatap tubuh Cecilia dengan mendamba dan penuh minat. Apalagi tubuh seksi itu menggelinjang gelisah di sofa, membuat ular sanca milik Darren sepenuhnya mengacung tegak. Darren dengan tidak sabaran langsung menggendong Cecilia dan menghempaskan tubuh kecil itu ke ranjang. Suara rintihan dan desahan gadis itu membangkitkan sesuatu yang baru dalam tubuh Darren. Pria itu melucuti pakaiannya lalu beralih ke Cecilia hingga keduanya seperti bayi yang baru lahir, polos tanpa ada sehelai pakaian yang menutupi tubuh. Cecilia menggigit bibirnya sendiri, semburat merah pada pipinya yang putih semakin membuat Darren mabuk kepayang. Pria itu lantas menyatukan kedua bibir mereka dan menciuminya dengan ganas. Tanpa sadar, Cecilia juga mengarahkan tangan Darren untuk meremas payudaranya yang tegak menantang. Meskipun ini pengalaman pertama bagi keduanya tak lantas membuat keadaan canggung, karena insting primitif manusia dalam bereproduksi yang membimbing sepasang anak Adam dan Hawa yang sedang terbakar gairah terlarang itu. Secara naluriah, Darren tahu harus berbuat apa pada tubuh Cecilia yang semakin menggeliat di bawahnya. Dia mengarahkan bibirnya untuk menyusuri setiap lekuk tubuh gadis itu. Tidak ada yang terlewati oleh hisapan mulutnya, dia mencecap setiap inchi lekuk tubuh Cecilia hingga gadis itu berteriak memohon disertai dengan erangan kenikmatan. Sementara Cecilia yang baru pertama kali disentuh oleh lawan jenis merasakan berjengit seakan ada aliran listrik yang masuk dan memenuhi seluruh indra tubuhnya. Nafas hangat Darren yang menyentuh kulit Cecilia membuat gadis itu mendesah dan memompa semangat pria itu untuk lebih mengekplorasi tubuh sekertaris sang ayah. Detak jantung keduanya yang berpacu cepat seakan menjadi alunan musik yang mempercepat detak jantung sepasang manusia itu. Akhirnya tiba juga waktu Darren memposisikan tubuhnya dalam keadaan siap bertempur. "Please, do it!" Pinta Cecilia saat kedua manik mereka bersirobok. Mendengar suara yang sarat permohonan itu membuat nafas Darren berpacu dengan cepat dan tanpa ragu melesakkan inti tubuhnya mengoyak pertahanan Cecilia yang telah dijaganya selama 25 tahun hidupnya. "Aduh! Sakit sekali, tolong berhenti!" Raung Cecilia dengan menitikkan air mata. Tidak Darren hiraukan cakaran serta pukulan bertubi-tubi yang dilakukan oleh Cecilia, fokusnya hanya 1 saat ini, menuntaskan pergumulan panas mereka. Rupanya pengaruh obat perangsang dan wine membuat permainan mereka berlangsung selama 2 jam, hingga akhirnya keduanya roboh lalu tertidur.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN