Abang Ganteng Kenapa!?

1761 Kata
Aurora masih misuh-misuh sambil menghentakan kakinya kesal. Lirikan matanya mengikuti arah mobil Wanda yang keluar dari perkarangan rumah. Bahkan ia tidak sadar jika kini Billy berjalan mendekati mereka. “Hei! Ngapain kalian pada di luar? Gak masuk?” Tanya Billy saat sudah berada di hadapan Aurora dan Joshep. “Iya, Om. Ini lagi ngobrol aja sama Ara,” ujar Joshep sambil tersenyum, walaupun itu sangat tipis dan Billy tentu menyadari itu. “Kenapa gak di dalem aja?” “Gak usah, Kak. Aku juga udah mau pulang. Takut kesorean di jalan,” ujar Aurora dengan senyum tipisnya. Moodnya benar-benar buruk melihat kedekatan Billy dengan wanita tadi. “Oh iya. Hati-hati di jalan. Om masuk dulu ya, Josh.” Sudut bibir Billy tertarik membentuk senyum tipis. Sangat tipis hingga Aurora tidak tau apa itu benar sebuah senyuman. Bahkan senyum itu tidak ditujukan untuknya, terlebih Billy yang tampak cuek. Aurora menggelang beberapa kali mengusir pikiran aneh-aneh yang tiba-tiba berputar di kepalanya. ‘Mungkin lagi cape aja.’ Aurora menatap punggung Billy hingga hilang di balik pintu masuk yang besar itu. Ia merasa kecewa. Billy seakan lupa dengan apa yang mereka lakukan beberapa hari lalu. Sikapnya yang biasa saja barusan tiba-tiba membuat hati Aurora takut jika kemarin hanya sesuatu yang terbawa suasana. “Kenapa, Ra?” Tanya Joshep menyentuh pundak Aurora membuatnya sedikit terkejut. Ia seperti mengetahui apa yang ada di kepala Aurora kini setelah melihat Billy bersama dengan wanita lain. Tentu Joshep paham akan itu. “E-enggak. Josh, lo... lo tau gak siapa cewek tadi?” Tanya Aurora membuat Joshep tersenyum tipis. ‘Lo cemburu ya, Ra?’ “Gue belum pernah liat temen Om Billy yang itu sih. Kenapa?” Tanya joshep lalu melipat kedua tangannya seakan siap dengan pertanyaan Aurora selanjutnya. “E-enggak. Enggak kok,” ujar Aurora sambil menggeleng pelan. “Om Billy jarang bawa temen ke sini, mungkin lebih di apartemennya. Om Billy kan balik ke Indonesia baru beberapa bulan ini,” ujar Joshep melihat raut kekecewaan di wajah Aurora. “Lo cemburu, ya?” Tanya Joshep yang tidak dapat menahan dirinya untuk tidak bertanya. “E-enggak,” ujar Aurora pelan lalu menunduk. Ia menggigit kecil bibir bawahnya, dalam hati bertanya apa benar ini yang namanya cemburu. “Lo bener-bener suka Om Billy ya, Ra?” Tanya Joshep dengan serius. “Gue… awalnya gue ragu, sih. Tapi makin ke sini gue makin yakin, Josh. Gue suka Kak Billy. Gue rasa udah masuk tahap cinta deh,” ujar Aurora mengangkat kepalanya dan menatap Joshep dengan sungguh-sungguh. Pria itu merasakan sesak di dadanya. Mendengar hal itu langsung dari mulut Aurora adalah hal yang paling menyakitkan. “Gitu ya,” lirihnya. “Menurut lo gimana, Josh?” Tanya Aurora harap-harap cemas. Ia sangat ingin tau pendapat dari Joshep. Sahabatnya sekaligus keponakan dari orang yang ia suka. “Apa?” Suara Joshep kini terdengar lebih pelan. “Menurut lo, gue sama Kak Billy gimana?” Ulang Aurora. Joshep menarik nafas dalam lalu menghembuskannya panjang. “Ya kalau... kalau punya perasaan yang sama, trus apa salahnya? Gue fikir juga gak buruk lah kalau kita jadi keluarga. Gue bakalan manggil lo Bibi,” ujar Joshep dengan senyum yang sedikit dipaksakan. Namun Aurora menganggap Joshep sedang menggodanya. “Gue udah mikir lo bakalan panggil gue itu, Josh. Tapi gak masalah sih. Ntar kita diskusiin lagi kalau kita udah jadi keluarga beneran,” ujar Aurora dengan semangat seolah lupa perasaan anehnya beberapa detik yang lalu. Joshep hanya mengangguk lalu tersenyum menanggapinya. “Ya udah sih. Gue pulang dulu, Asep. Bye,” ujar Aurora memeluk Joshep sebentar lalu mencubit sebelah pipinya. Buru-buru ia menuju dimana mobilnya terparkir. “Jangan panggil gue Asep, Ara!” Teriak Joshep namun tak menghentikan langkah Aurora. Gadis itu hanya melambaikan tangan ke atas seolah tak peduli. Sedangkan di balik tirai itu Billy menatap mereka dengan senyum tipisnya. ‘Lebih baik gini aja.’ *** “Dorrr!” “Oik! Billy begoo!!” Jessica yang tengah bermain dengan ponselnya dikejutkan oleh Billy yang mengendap-endap masuk ke dalam ruangannya. “Itu untuk yang kemaren. Satu sama,” ujar Billy cuek. Ia duduk di sofa yang tak jauh dari meja Jessica. “Kamu bener-bener, ya!” “Heh! Kamu gak sopan banget sih sama atasan,” ujar Billy menatapnya tajam saat Jessica menunjuk dirinya dengan tatapan membunuh namun tak membuat wanita itu takut sedikitpun. “Sekarang udah jam pulang kamu bukan atasan aku lagi,” cibir Jessica. “Tapi kan masih di kantor.” Jessica memutar bola matanya mendengar jawaban Billy. “Enggak ada etika, ya? Main masuk ruangan gitu aja. Atasan mana yang kayak gitu?” “Kamu selalu aja ngejawab, heran.” Billy menatapnya lelah sambil menghela nafas, sedangkan Jessica hanya mengangkat bahunya acuh. Memang jika mereka sudah bertemu, akan ada yang namanya perdebatan bukan perdamaian. “Kemarin aku sama Azka ke apertemen. Kamu gak ada,” ujar Jessica. “Pulang ke rumah,” ujar Billy acuh “Gak biasanya. Tumben,” ujar Jessica dengan tatapan menyelidik. “Ada beberapa hal yang aku bicarain sama Bang Edy tentang kontrak baru. Terus maksud kamu apa gak biasanya, itu juga rumah aku kali. Sah sah aja kan kalau aku mau pulang,” ujar Billy dengan dahi yang berkerut. “Oiya gimana meeting kemarin? Bu Wanda cakep, ya?” Tanya Jessica tanpa mempedulikan rengekan Billy. “Aku Billy Wesphal, ya jelas lancar lah. Wanda cakep banget malah,” ujar Billy dengan seringainya membuat Jessica berdecih memutar bola matanya. “Kamu mau pulang?” Tanya Billy melihat Jessica merapikan barang-barangnya. “Ya iyalah. Kamu pikir aku mau nginep di sini. Mau ladies night bareng Audrey sama Stacie dong,” ujar Jessica berbinar. Sudah lumayan lama ia tidak menghabiskan waktu dengan kedua sahabatnya yang sama sibuk dengannya. “Aku-” Billy menghentikan ucapannya ketika mendengar pintu ruangan terbuka. Keduanya menoleh ke arah pintu dimana Aurora menyembulkan kepalanya di sana. “Kak.” Tiba-tiba tubuh Billy menegang mendengar suara yang baru kemarin ia dengar itu. Sungguh, setelah tidak sengaja mendengar pengakuan Joshep malam itu ia tidak siap untuk bertemu Aurora sekarang. Billy merasa bersalah pada keduanya. “Masuk, Ra. Sebentar ya, Ra. Kakak ngerapiin ini dulu,” ujar Jessica sambil merapikan mejanya yang berserakan dengan kertas-kertas. “Iya, Kak.” Aurora dengan ragu masuk ke dalam ruangan itu. Melihat Billy yang duduk diam di sana, membuatnya gugup. Terlebih lagi pria itu hanya diam, bahkan tidak menyapanya. Tidak seperti biasa. ‘Kok Kak Billy kayak ngindarin tatapan gue ya.’ “Duduk dulu gih, Ra.” Jessica menunjuk ke arah sofa tempat dimana Billy duduk. “E-eh aku duluan ya.” Tepat saat Aurora baru saja melangkahkan kakinya, Billy malah bangkit dari duduknya. “Lah? Gak barengan turunnya?” Tanya Jessica heran karena dari tadi Billy terlihat santai menunggunya. “Sorry, aku lagi buru-buru.” “Halah emang kamu mau kemana sih? Sok buru-buru segala. Jomblo juga,” ujar Jessica dengan senyum remehnya. Lagi-lagi membuat Billy jengkel saat Jessica membahas status jomblonya. “Ngedate,” ujar Billy singkat lalu hilang di balik pintu itu. Satu kata yang membuat Aurora terdiam. “Apa? Ngedate? Lah sama siapa?” Gumaman Jessica masih dapat di dengar Aurora. Dahi mulus gadis itu mulai berkerut. ‘Ngedate? Apa sama tante kemarin itu ya?’ “Ra?” Panggil Jessica yang melihat Aurora melamun. “Aah iya, Kak? Udah?” Aurora lalu berdiri dari duduknya. “Kamu ngelamun?” “Gak kok, Kak. Udak selesai kan, Kak? Ke bawah sekarang yuk,” ujar Aurora memasakan senyumnya. “Udah nih, yuk.” *** Kezie dan Joshep menatap Aurora yang dari tadi hanya mengaduk-aduk makanannya. Hari ini Aurora tidak seperti biasanya. Ia lebih banyak diam. Bahkan tidak terhitung berapa kali ia menghembuskan nafas kasar, seolah memikirkan sesuatu. “Ra?” Panggil Kezie namun tak membuat Aurora memandangnya. “Hm? Kenapa?” Tanya Aurora hanya menatap kosong makanan yang ada di depannya. “Oi! kutu monyet! Lihat sini elah, kita gak ada di makanan lo,” ujar Kezie membuat Aurora mendengus pelan. “Apaan sih?” Tanya Aurora dengan lesu. Kali ini ia mengangkat kepalanya, menatap kedua sahabatnya itu. “Malah balik nanya pembokat Jungkook. Seharusnya gue sama Josh yang nanya. Lo kenapa? Dari tadi bengong aja. Mie ayam lo udah segede cacing Alaska tuh,” ujar Kezie. Sedangkan Aurora tiba-tiba menatap jijik mie ayam di hadapannya yang dari tadi hanya di aduk-aduk. “Lo kenapa? Kalau ada masalah bilang. Kan lo sendiri yang pernah bilang tentang berbagi masalah,” ujar Joshep. Tentu Joshep sudah tau apa penyebab Aurora tampak tidak bersemangat hari ini. “Josh, apa... apa Kak Billy udah punya pacar, ya?” Tanya Aurora menggigit bibir bawahnya. Pertanyaan itu membuat Joshep tersenyum miris. Benar Omnya lah penyebab Aurora menjadi murung, bahkan ini pertama kalinya ia melihat Aurora begini. “Josh?” Ulang Aurora yang melihat Joshep malah termenung. “Ya? Oh itu gue gak tau sih. Tapi gue rasa gak ada. Soalnya gak pernah dikenalin, bawa ke rumah juga enggak. Kenapa emang?” Tanya Joshep sambil memakan pocky pocky. ”Kemarin kan gue ke kantor keluarga lo jemput Kak Jessie. Pas gue baru dateng dia malah pergi gitu aja, enggak nyapa gue juga. Dia bilang buru-buru. Kak Jessie nanya mau kemana, trus di jawab Kak Billy mau ngedate. Gak tau deh, gue rasa kok dia kayak ngehindar gitu dari gue, cuek. Jangankan disapa, dilirik aja nggak!” Aurora menceritakan panjang lebar meluapkan kekesalannya pada Joshep dan Kezie. “Kenapa lo bisa mikir Kak Billy ngindarin lo, Ra?” Tanya Kezie yang sesekali mencomot pocky pocky milik Joshep. “Ya gue bisa rasain lah, Zie. Emang lo gak peka gitu kalau misalnya tiba-tiba gue atau Josh ngejauhin lo. Apa lagi itu orang yang udah narik sebagian besar perhatian lo,” ujar Aurora sambil cemberut. “Kalau itu yang ganggu lo, lebih baik lo tanyain aja langsung sama Om gue. Biar jelas,” ujar Joshep membuat Kezie menoleh padanya. “Gitu ya? Apa gapapa?” gumam Aurora pelan sambil menggigiti kukunya dengan rasa cemas. “Iya... gue gak mau nenek sihir berubah jadi putri malu yang pemurung dan sedih terus,” ujar Joshep sambil tertawa membuat Kezie juga ikut tertawa kecil. Hal itu benar adanya, ternyata melihat Aurora murung seperti ini karena Omnya juga membuat hati kecilnya sedih. Plakk “Sialan lo.” Aurora menghadiahkan satu pukulan tepat di kepala Joshep yang hanya meringgis sambil mengusap kepalanya. “Rasain,” cibirnya. “Hadehh lo udah balik lagi jadi Aurora yang gue kenal. Medusa,” ujar Joshep terkekeh. “Yaudah, kalau gitu gue mau nemuin Kak Billy dulu.” “Sekarang!?” Kompak kedua sahabatnya dengan mata yang melotot.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN