Dengan berbagai pertimbangan, Kris mengijinkan kepada kiki untuk menginap di kamar Monica. “Sebenarnya aku mau kau pulang ke rumahmu sendiri, tetapi mengingat ini sudah lewat tengah malam. Dengan terpaksa, aku mengijinkan kau menginap di sini,” kata Kris.
“Ih, kakak kok begitu sih! Jahat sekali sama aku!” sahut Kiki.
Kris mengabaikan protes Kiki. Ia dengan terpaksa memapah Monica menaiki tangga menuju kamar gadis itu, yang terletak di lantai dua.
“Masih kecil saja sudah berlagak mabuk-mabukan! Mau jadi apa besar nanti?” gerutu Kris.
“Mau jadi Orang Besar dong, Kak!” sahut Kiki.
Mereka pun sampai di depan pintu kamar Monica dengan selamat tanpa insiden, ketahuan kedua orang tua Monica.
Diletakkannya dengan perlahan Monica di atas tempat tidur. “Besok pagi, pasti kamu merasa sakit kepala! Selamat menikmati ulahmu sendiri!” ucap Kris. Ia kemudian ke luar dari kamar Monica dan mengabaikan permintaan dari Kiki, yang mengajaknya untuk mengobrol dahulu.
Masuk ke dalam kamarnya, yang berada tepat di sebelah kamar Monica. Kris berjalan menuju wastafel dan mencucinya wajah.
‘Ternyata tidak mengenakkan sekali, tinggal di sini. Diriku harus menjadi pengasuh gadis bandel, yang banyak ulah!’ batin Kris, sambil melihat pantulan wajahnya di cermin wastafel.
selesai membersihkan wajahnya, Kris berjalan menuju kamar tidur dan merebahkan badannya di sana. Dengan kepala berbantalkan kedua tangannya dan pandangan yang terarah ke langit-langit kamar.
‘Aku harus bisa menghafal nama jalan dan tempat menuju ke kampusku. Aku juga harus punya motor sendiri, tapi macam mana aku bisa membeli motor? Mama dan bapakku di kampung pastinya tidak mempunyai duit. Sementara aku sendiri, rasanya sulit sekali kalau harus terus bersama gadis nakal itu,’ monolog Kris.
Lelah berpikir kantukpun menyerang dirinya. Kris pun jatuh tertidur. Namun, baru sebentar saja ia terlelap. Dari kamar sebelah didengarnya suara umpatan, yang terdengar nyaring dan seperti ada benda yang jatuh.
Sontak saja Kris pun bangun dari tidur dan gegas ke luar kamarnya menuju kamar Monica. Terlalu khawatir, dengan kemungkinan buruk yang terjadi. Membuat Kris lupa bersikap sopan, mengetuk pintu kamar Monica.
Monica yang tersadar dari mabuknya, tidak sengaja kakinya menginjak botol yang ada di lantai, hingga dirinya jatuh tergelincir.
Kris terdiam di depan pintu, ketika matanya melihat Monica yang hanya mengenakan tanktop, serta hot pants saja. sementara, Monica begitu mendengar ada suara yang masuk ke dalam kamarnya langsung saja menoleh.
Betapa terkejutnya ia ketika melihat ada Kris, yang sudah masuk ke dalam kamarnya. “Apa yang kau lakukan di kamarku! Ternyata, selain kampungan kau ini juga m***m!” bentak Monica, dengan tangan yang memijit kepalanya.
Kris mencibirkan bibir ke arah Monica. “Dasar gadis tidak tahu terima kasih sudah ditolong, malah berulah. Seharusya tadi kubiarkan saja, kau berdua dengan temanmu di dalam mobil dan kamu dimangsanya!”
Monica memijat pelipisnya yang terasa berdenyut nyeri. “Temanku itu tidak sepertimu, yang pikirannya m***m. Kami sudah terbiasa bersama dan aku selalu merasa aman, ketika bersama dengannya!”
Kris melipat tangan di depan d**a dan dengan nada suara yang sinis, ia pun berkata, “Tubuhmu itu tidak menarik minat kaum lelaki, tentu saja temanmu tidak akan sudi menyentuhmu, kecuali ia dalam keadaan mabuk berat!”
Air mata Monica menetes, karena penghinaan Kris. Dilemparnya vas bunga yang kebetulan berada didekatnya. “Keluar, kau! Aku membencimu!” teriak Monica.
Beruntung Kris berhasil menghindari dari lemparan vas tersebut. Sedikit saja ia terlambat berkelit, kepalanya akan terluka. “Dasar Gadis Manja, tidak bisa mendengar kebenaran merajuk.”
Begitu Kris akan ke luar dari kamar Monica. Ia berhadapan dengan ayah dari paribannya itu, yang menatapnya dengan galak.
“Apa yang kau lakukan di kamar Monica malam-malam begini? Apa yang kau lakukan kepadanya, sampai terdengar suara berisik dari kamarnya?” tanya Papi Monica.
Kris tentu saja menjadi terkejut melihat Papi Monica berdiri tepat di hadapannya. “Saya tidak melakukan apapun kepada Monica, Om! Saya tadi ke kamarnya, karena mendengar suara umpatan dan saya pun gegas ke kamarnya,” terang Kris.
Papi Monica mengatakan, kalau ia akan memeriksa secara langsung, apakah memang benar apa yang dikatakan oleh Kris. Ia masuk ke dalam kamar Monica, untuk melihat keadaan putrinya.
Masuk ke dalam kamar putrinya, bersamaan dengan Monica yang sedang muntah-muntah di dalam kamar mandi. Papi Monica menjadi berpikir negatif, mendengarnya. Ditunggunya dengan tidak sabar, ketika Monica ke luar dari dalam kamar mandi.
Beberapa menit kemudian, Monica pun ke luar dari kamar mandi, dengna wajah pucat. Dan ia pun menjadi terkejut, ketika melihat ada ayahnya dan menatapnya dengan galak.
“Apakah kamu sedang hamil?” tanya Papi Monica dingin.
Monica menggeleng dengan cepat. “Aku tidak hamil, Pi!”
“Untuk saat ini, Papi percaya dengan apa yang kamu katakan, tetapi kalau Papi mendengar kamu muntah-muntah lagi dan tidak bisa makan. Papi akan menikahkah kamu dengan Kris!”
“Oh, tidak! Papi tidak bisa begitu dong! Aku tidak suka dengan Kris, dia itu seperti orang kampungan saja. Dan aku juga tetap pada pendirianku, tidak mau satu kampus dengan Kris.”
Papi Monica melotot marah. “Keputusan ada di tangan Papi dan bukan ada di tangamu! Kamu harus mengikuti apa yang sudah Papi dan Mami rancang, demi masa depanmu!”
Monica menghentakkan kakinya, karena kesal dan marah. “Papi jahat! Papi, seperti dictator saja dan aku membenci Papi!”
“Kamu bisa berkata seperti itu, karena kamu belum dewasa dan masih memikirkan untuk bersenang-senang saja! Sekarang, istirahatlah! Bukankah hari ini kamu akan merayakan pesta kelulusan di sekolahmu!” kata Papi Monica.
Keluar dari kamar Monica, wajah Papi Monica terlihat gusar dan ia hampir saja menabrak Kiki, yang baru ke luar dari kamar tamu.
“Siapa kamu? Dan kenapa kamu bisa berada di rumah saya? Apakah kamu tadi dari kamar Kris? Dasar pemuda tidak tahu terima kasih!” omel Papi Monica.
Kiki mengangkat kedua tangannya dan berkata, “Om salah faham. Saya datang ke sini, karena tadi mobil saya yang dipakai untuk mengantarkan Monica yang sedang mabuk, Dan saya sama seklai tidak tidur di kamar Kris, seperti yang Om tuduhkan.”
Papi Monica mengernyitkan keningnya, dalam hatinya bergumam. “Jadi tadi itu sebenarnya Monica itu sedang mengalami efek dari mabuknya dan aku mengabaikan aroma alkohol yang menyengat di tubuh Monica tadi.”
“Om terima penjelasan darimu dan Om harap, kamu sebagai teman seharusnya bisa mencegah Monica agar jangan mabuk! Teman macam apa kamu ini sebenarnya, yang membiarkan temannya melakukan kesalahan!” ucap Papi Monica galak.
“Hah! Kok Saya malah disalahkan sih, Om? Seharusnya Om berterima kasih, karena saya sudah berbaik hati mengantarkan Monica pulang. Coba Om bayangkan seandainya saya membiarkan saja Monica tadi, terbaring di parkiran kafe? Apa Om maunya seperti itu? Seandainya bisa diulang, Saya akan mengembalikan Monica ke sana dan biar Saya dengan kak Kris berduaan,” sahut Kiki berani.