MONICA MABUK

1056 Kata
Sontak saja Kris membalikkan badannya dan melihat ke arah Kiki dengan sorot mata yang tajam dan raut wajah dingin. “Kamu ini sebenarnya sahabat Monica ataukah musuhnya? Atau jangan-jangan kamu ini musuh dalam selimut!” Kris kemudian mengetuk kaca jendela mobil Monica dengan keras beberapa kali. Hingga akhirnya pintu mobil pun terbuka dan Kris pun dapat melihat apa yang terjadi di dalam mobil tersebut. Dilihatnya Monica berpakaian utuh, begitu pula dengan teman prianya yang berada di dalam mobil tersebut. Hanya saja, ada botol minuman yang terletak di atas dashboard mobil. Dirinya pun mengerti kenapa tadi mobil bergoyang-goyang, ternyata Monica sedang mencari-cari sepatunya yang terlepas. Kris berjalan menuju sisi pintu penumpang, lalu dibukanya pintu itu dengan kasar. Ditariknya keluar teman Monica, hingga terjatuh ke tanah. Kris kemudian mencekal kerah kemeja remaja itu dan mengguncang badanya dengan kasar. “Dasar b******k! Kenapa kamu ajak Monica untuk mabuk denganmu?” Kris lalu menghajar pemuda itu, saking emosinya. Bagaimana nanti penilaian Paman dan Tantenya, kalau ia tidak bisa menjaga Paribannya. Lengan Kris ditarik Kiki, yang sudah berdiri di sampingnya. “Sudah, kak! Kasihan Miko, dia sudah tidak sadarkan diri karena mabuk, jangan kakak tambah lagi, dengan memukulnya.” Kris melepaskan kepalan tangannya, yang sudah teracung di udara. Ditatapnya Miko, yang tergeletak di tanah dan terlihat tidak berdaya. “Sekali lagi kulihat kau mendekati Monica dan mengajaknya untuk mabuk, kubuat kau macam kambing guling nanti!” Ia kemudian masuk ke dalam mobil dan memindah posisi tubuh tak berdaya Monica, yang bersandar pada sandaran jok mobil, ke sisi penumpang. Ketika ia akan memasangkan sabuk pengaman ke pinggang Monica, tangannya ditepis dengan kasar oleh gadis itu. “Sedang mabuk saja kau coba untuk melawanku! Nanti, kalau kau sudah sadar baru boleh melawan. Sekarang jadilah gadis baik dan berhenti bersikap memberontak.” Kris lanjut memasangkan sabuk pengaman di tubuh Monica. Setelahnya Kris pun ke luar dari mobil dan menutup pintu sisi penumpang, lalu berjalan memutar untuk duduk di sisi sopir. Kris melongokkan kepalanya ke luar jendela mobil memanggil Kiki. “Ikutlah dengan kami dan jadikan dirimu sebagai guideku untuk malam ini,” ucap Mark. Kiki sedang berjongkok di dekat Miko menoleh ke arah Kris. “Bagaimana dengan Miko? Kasihan, kalau ia terbaring di sini seorang diri.” Kris melirik ke arah Miko, yang masih terbaring di atas tanah. “Kau masuklah ke dalam kafe dan panggil kawanmu, untuk mengurus Miko. Aku yang akan mengawasinya dari dalam mobil.” “Baik, Kak!” Kiki lalu beranjak dari jongkoknya dan berjalan dengan cepat masuk ke dalam kafe, untuk memanggil teman-temannya. Tak berapa lama berselang, Kiki pun ke luar dari kafe dengan dua orang temannya. Mereka lalu membawa Miko masuk ke dalam mobil salah seorang dari mereka. Sementara itu, Kiki pun masuk ke dalam mobil Monica dan duduk di jok belakang. “Katakan kepadaku rute yang harus kutempuh, untuk sampai ke rumah Monica,” ucap Kris. “Kakak yakin bisa mengemudi? Bagaimana kalau aku saja? Daripada kita nanti masuk ke dalam selokan,” sahut Kiki. Kris mengumpat dalam hatinya. ‘Pasti Monica telah mengatakan sesuatu dan menjelekkan diriku,’ batin Kris dalam hatinya. “Kau tak perlu takut aku akan mencelakakan kita bertiga. Aku bisa mengemudi, kalau itu maksud dari perkataanmu tadi,” kata Kris kesal. Kiki mengulas senyum ia lalu mengacungkan dua jarinya membentuk tanda damai. “Kakak galak sekali, sih! Tapi aku suka kok, biar galak kakak tetap gannteng." Kris mengabaikan apa yang dikatakan oleh Kiki. Ia menyalakan mesin mobil dan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Kiki. “Kakak percaya, kalau aku menyebutkan jalan menuju rumahnya Monica dan bukannya ke hotel? Kakak naif sekali, ya! Mudah percaya dengan orang,” ucap Kiki usil. Ia dengan sengaja mengatakan hal itu, hanya untuk membuat Kris menjadi gusar saja. Mendengar penuturan Kiki, Kris merem mendadak dan membuat Monica, yang tidak mengenakan sabuk pengaman menjadi terjatuh. Hingga terdengar suaranya mengaduh kesakitan. Kris melihat ke arah Monica yang berada di lantai mobil. Ia telah melakukan kesalahan tadi, karena lupa memasangkan sabuk pengaman di bada Monica. Ia pun membungkukkan badannya, untuk membantu Monica kembali duduk di kursinya kembali. Terdengar gumaman Monica, yang mengumpat. “b******k, kau!” Kris mengabaikannya dan ketika ia akan memasangkan sabuk pengaman di tubuh Monica. Tangannya dipukul dengan lemah oleh Monica, yang sudah kehilangan tenaganya karena mabuk. “Tenanglah kau, Monica! Aku tidak akan memperkosa kau, karena kau itu bukan tipe wanita untukku. Sekalipun kau dalam keadaan tidak berdaya seperti ini. Aku tidak akan sudi menyentuhmu, kalau tidak karena terpaksa,” ucap Kris kasar. Mendengar apa yang dikatakan oleh Kris kepada Monica, Kiki menjadi senang. Ia memiliki peluang besar untuk memikat hati pariban Monica. Selesai dengan Monica, Kris memalingkan wajahnya menghadap ke arah Kiki. “Katakan kepadaku dan jangan berbohong. Apakah jalan yang kau katakan ini menuju ke rumah Monica atau bukan? Kalau kau tidak mau menunjukkan jalan yang benar. Kau boleh turun dari mobil ini dan aku akan menggunakan mesin pintar saja!” Kiki memanyunkan bibirnya mendengar ultimatum dari Kris. “Ih, Kak Kris, masa begitu saja marah! Ya, iyalah ini jalan menuju rumah Monica, meskipun sebenarnya aku mau lebih lama lagi berada di mobil ini bersama Kak Kris. Sayangnya jarak kita dengan rumah Monica hanya beberapa meter saja lagi.” Kris lalu membalikkan badannya kembali dan lanjut mengemudi menuju ke rumah Monica. Tak berapa lama kemudian mobil yang dikemudikan Kris berhenti di halaman rumah Monica. Kris turun dari mobil dan berjalan memutar, untuk mengeluarkan Monica dari dalam mobil. “Dasar gadis manja! Bisanya menyusahkan saja, kau ini!” gerutu Kris. Ia lalu menggendong Monica menuju ke depan pintu rumah. ‘Sial! Apa aku harus membunyikan bel dan membuat kedua orangtua Monica menjadi kecewa, karena aku gagal menjaga putri mereka?’ batin Kris dalam hatinya. “Kak! Biasanya Monica membawa sendiri kunci rumah, mungkin ada di dalam tas, seperti biasanya,” ucap Kiki. Kiki lalu membuka tas Monica dan benar saja memang ada kunci di dalam tasnya. Pintu pun dapat dibuka dengan mudahnya oleh Kiki, sehingga mereka bertiga bisa masuk ke dalam rumah. Kris menyerahkan kunci mobil Monica kepada Kiki. “Kau bisa pulang dengan menggunakan mobil Monica dan besok pagi-pagi sekali, kau datang kemari untuk mengembalikan mobil tersebut!” Kiki menatap tidak percaya ke arah Kris. “Hah! Kakak serius? Mengusirku untuk pulang dan mengemudi malam-malam seperti ini! Bagaimana kalau ada yang menculikku, Kak? Kakak mau bertanggung jawab, kalau ada orang jahat yang nanti akan memperkosaku?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN