Korban Keegoisan Orang Tua

1203 Kata
Beberapa hari kemudian di rumah Regi. Pertengkaran Erina dan Regi akan berdampak pada psikologis keempat anak itu, terlihat dari putri mereka yang beranjak remaja, ia mengunci diri di kamar tidak keluar dari sana, ia habiskan waktu sepanjang hari hanya menonton, tapi tontonan yang belum layak ditonton seusianya. Kayana Ardina anak kedua Regi dan Erina baru duduk dibangku kelas tiga SMP. Diusianya yang beranjak remaja ia ingin mencoba banyak hal, termasuk soal pacaran. Saat anak-anak di kelasnya bercerita sudah punya kekasih Kayana penasaran, ia juga ingin punya kekasih. Saat ia ingin curhat dan ingin meminta pendapat dari Maminya, wanita itu selalu sibuk dengan geng sosialitanya, tidak ada waktu untuk Kayana. Lalu anak remaja itu mengikuti saran teman satu bangkunya, Kayana berkenalan dengan seorang teman laki-laki di media sosial, ia tertipu dengan foto profil karena menggunakan foto profil laki-laki tampan berseragam polisi dan mengaku seorang polisi. Kayana percaya karena selalu mengirim foto kegiatan saat bertugas. Ia juga meminta Kayana mengirim foto dirinya. Dengan polos gadis remaja yang sedang puber itu mengirim foto-foto cantik miliknya, bahkan foto kegiatan di sekolah. Lalu setelah beberapa lama saling kenal, si lelaki itu merayu Kayana untuk melakukan hal yang tak terduga. Kanaya diminta pacarnya yang di media sosial untuk memperlihatkan bagian tubuhnya dan ia menurutinya. Awalnya anak remaja itu tidak mau dan ingin meminta pendapat dari maminya, tapi lelaki kenalannya tersebut melarang dan digombal dengan berbagai rayuan. Kayana akhirnya menurut ia melepaskan pakaiannya dan diminta menari tanpa pakaian di depan laptopnya, lalu direkam si pelaku, ia tidak tahu bahaya apa yang sudah mengincarnya. Regi dan Erina tidak tahu apa yang sudah dilakukan anak-anaknya karena mereka berdua terlalu sibuk mengurusi kehidupan mereka. Regi terlalu sibuk membuat rencana bagaimana melenyapkan Gemma. Kedua orang tuanya mengabaikan anak-anak mereka. Genta anak laki-laki yang paling besar, ia juga mengunci diri dalam kamar, ia menghabiskan hari-harinya di depan layar komputernya hanya bermain game online bahkan berjudi online. Genta anak pertama Regi duduk dibangku SMA, anak lelaki itu juga sudah mulai jalan. Beberapa waktu yang lalu setelah ia melihat bagaimana kedua orang tuanya menyiksa Gemma yang sedang hamil, ia merekam tapi sejak saat itu ia jadi berubah. Genta menjual jam tangan mahal milik Papinya untuk membeli chip untuk game online. Diusia mereka yang butuh perhatian, kalau kedua orang tuanya tidak memperhatikan anak-anaknya, maka keempat anak-anak itu akan salah jalan. Hari itu kedua orang tuanya kembali bertengkar, karena Erina menggunakan uang simpanan Regi untuk membeli tas mahal. Barang-barang kembali berterbangan, tidak tahan mendengar pertengkaran mereka pengasuh anak-anak itu pun keluar dari sana. Kayana dan Genta tidak peduli lagi mereka masuk ke kamar dan mengunci pintu lalu melakukan kegiatan terlarang itu lagi. “Kalau kamu terus bersikap seperti ini, aku lebih baik pergi dari rumah ini,” ujar Regi. “Aku hanya menghabiskan sedikit uangmu kenapa kamu semarah itu. Kamu tinggal minta dari orang tuamu,” ujar Erina dengan santai. “Aku sudah meminta banyak dari mereka bulan lalu Erina. Masa aku harus minta lagi?” “Kalau begitu biarkan aku yang minta.” Kedua orang tua Regi sayang sama Erina karna mereka tahu kalau menantunya tersebut anak orang kaya. Maka untuk mendapatkan uang dari ibu mertuanya mereka berdua menyusun rencana menjadikan Gemma jadi kambing hitam. Erina memfitnah Gemma mencuri uangnya dan uang Regi satu miliar dan sekarang mereka tidak punya uang lagi. “Gemma melarikan diri sama pria lain dan membawa kabur uangku dan uang Regi,” ujar Erina ia berakting nangis di telepon. “Bagaimana dia melakukan itu! Berani sekali dia,” ucap orang tua Regi di kampung. “Dia ingin hamil, tapi Regi menolak agar dia jangan hamil dulu. Ternyata dia lari dengan pria lain dan membawa uang kami,” ujar Erina. “Kurang ajar, aku akan memberi pelajaran untuk keluarganya.” “Ibu tolong bantu kami, kirim uang untuk kami pakai.” “Baiklah Nak, Ibu akan jual dua sapi dua ekor untuk kalian.” ‘Yes’ Erina mengepal tangannya membuat tanda cayo dan Regi juga terlihat senang karena berhasil mendapatkan uang dengan cara menipu orang tuanya sendiri. Setelah telepon ditutup mereka berdua melakukan tos. “Kamu harus memberikan bagianku.” “Untuk apa lagi sih sayang,” ucap Regi, ia kembali bersikap manis karena sebentar lagi akan mendapatkan uang. “Dagu kurang tirus, aku ingin seperti teman-temanku yang memiliki dagu lancip,” ujar Erina, “Rin, kamu itu sudah terlalu sering operasi plastik, itu tidak baik untuk kesehatan, aku lebih suka kamu alami,” ujar Regi. “Ellah …! Bilang saja kamu gak mau bayarin. Kamu mau bilang lebih suka si Gemma induk gajah yang alami itu,” ledek Erina lagi. “Sudah, jangan membahas dia lagi, mendengar namanya saja membuatku emosi.” “Pokoknya papi harus kasih aku uang dari orang tuamu titik!” pekik Erina memaksa. “Baiklah, aku akan memberikannya, tapi tidak bisa banyak-banyak ya. Perusahaanku juga butuh dana, aku belum bayar gaji karyawan,” ujar Regi. Regi ingin berangkat menemui seseorang, tapi saat ia membuka laci jam tangan mahal miliknya tidak ditemukan, Padahal ia ingin menjualnya pada temannya untuk menambah modal. “Mi! Apa kamu memindahkan jam tangan dari sini?” “Tidak,” sahut Erina “Bantu cari, dua minggu yang lalu masih disini, aku masih ambil gambar dan kirim lihat ke temanku,” ujar Regi. “Coba ingat lagi, pakai gak,” ujar Erina. “Kotaknya juga tidak ada sama surat-suratnya. Siapa yang mengambil! Panggil si bibi ke sini!” Wanita paruh baya itu diinterogasi, ia dibentak dan dimaki-maki dan dipaksa untuk mengaku. Karena bukan ia yang mengambil ia tidak mengakuinya. Genta mendengar tapi ia pura-pura tidak tahu. Regi sampai pusing mencari ke semua tempat, lalu anaknya ketiga Regi yang duduk di bangu SD memberitahukan kalau ia melihat abangnya masuk ke kamar orang tuanya dan memasukkan kotak ke dalam tas sekolahnya. Regi diam, selama ini Genta dikenal anak yang pendiam jarang bertingkah, ia tidak tahu justru anak yang pendiam itu justru yang berbahaya. “Apa kamu yakin Nak?” tanya Regi. “Putri lihat kok Pi, dia memasukkan kotak berwarna hitam dalam tasnya, lalu keluar buru-buru dari rumah,” ujar anak perempuan Regi. Dengan wajah menegang mereka naik ke lantai dua dan mengetuk pintu kamar anak laki-laki tersebut. Pintu terbuka ia mengeluarkan sedikit kepalanya dan menahan pintu kamar. “Apa papi boleh masuk?” “Untuk apa?” “Papi hanya ingin bicara sebentar,” ujar Regi, hubungan anak dan bapak tidak akur. Genta tidak menghormati ayahnya sejak ia membawa Gemma ke rumah mereka, karena Genta tahu apa yang sebenarnya, ia memilih diam. “Nanti saja sedang sibuk.” “Genta! Aku hanya bicara sebentar.” Regi mendorong pintu kamar itu dengan marah dan pintu terbuka lebar, maka pemandangan yang mengerikan pun terlihat, kamar Genta dipenuhi coretan –coretan di semua dinding. Apa yang ia lihat selama ini ia tuangkan dalam bentuk coretan di dinding kamar. Regi melongo saat melihat gambar seorang wanita hamil dirantai dan diberi makan seperti anjing. Ia tidak tahu kalau putranya mengetahui semuanya, Karena selama ini ia selalu melarang orang untuk turun ke gudang bawah. “A--astaga. A-apa ini.” Erina kaget melihat hasil karya putra mereka. Genta meluapkan semua kemarahan dalam coretan itu termasuk kejahatan kedua orang tuanya selama ini. Regi hanya bisa melongo karena kaget, ia bahkan melupakan tujuan menemui Genta. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN