Di salah satu rumah yang cukup besar, terlihat banyak kendaraan yang terparkir di pinggir jalan dengan begitu rapi, bahkan membuat jalan kendaraan yang lewat hampir sempit karena hari ini adalah hari yang paling di tunggu oleh seorang laki-laki yang terlihat terus tersenyum manis menatap cermin melihat dirinya sedang memakai jas merah maroon di tubuh nya.
"Aku memang begitu tampan," ucap laki-laki itu yang tidak lain Bally sendiri, ia menjadi tidak sabar lagi untuk menikahi orang yang paling ia cintai dari kecil dulu, bahkan dirinya sudah membayangkan betapa cantiknya wajah Layra memakai gaun pengantin yang sebelumnya sudah ia siapkan dengan sebaik-baiknya.
"Layra, sebentar lagi kau akan menjadi milik ku untuk selamanya!" ucap Bally dengan penuh percaya diri.
Saat Bally ingin pergi keluar dari kamar, tiba-tiba ia dikejutkan dengan kehadiran seseorang yang ternyata itu adalah ibu dari Layra sendiri.
"Ada apa?!" tanya Bally dengan nada yang begitu dingin.
"Layra, kabur!" ucap ibu Layra dengan raut wajah yang begitu kecewa terhadap anak nya.
Mendengar hal itu, raut wajah Bally seketika memerah padam. Ia tidak menyangka Layra bisa senekad itu pergi meninggalkan sebuah pernikahan yang sebentar lagi dimulai.
"Layra! Tunggu saja kau!" gumam Bally dalam hatinya sambil mengepalkan kedua tangannya dengan sangat erat.
"Aku akan mencarinya!" ucap Bally yang langsung saja pergi keluar lewat pintu belakang untuk mencari keberadaan calon istrinya itu.
Sedangkan para tamu undangan sudah berkumpul untuk menunggu kedua mempelai hadir dalam pernikahan itu. Terutama kedua orangtua Layra sendiri terlihat tidak tenang di dalam kamar untuk menunggu kabar dari Bally, ayah Layra juga sudah memerintahkan seluruh pengawalnya untuk mencari anak mereka yang kabur itu.
***
Disisi lain, terlihat di dalam sebuah hutan yang begitu gelap tampak sosok gadis sedang berlari ketakutan sambil memakai gaun pengantin nya yang sangat merepotkan baginya. Ya, dialah Layra, gadis yang sebentar lagi akan menikah dengan Bally, ia tidak bisa membayangkan bagaimana nasib dirinya yang akan menikah dengan orang yang tidak pernah ia cintai itu, hingga ia lebih baik memilih kabur dari pernikahan itu.
Walaupun Layra tahu, apa resikonya jika diri nya yang kabur dari pernikahan itu. Namun, ia lebih baik tidak menikah dengan Bally ketimbang hidup nya menderita bersama laki-laki yang menurutnya sangat menjijikkan dan tidak pantas untuk mendapatkan dirinya.
"Hah! Sangat ... melelahkan juga," gumam Layra sambil menyeka keringat nya yang bercucuran. Bahkan gaunnya terlihat sangat kotor dan terdapat banyak robekan di gaun tersebut, Layra tidak perduli dengan gaun yang ia pakai saat ini sangatlah mahal. Ia lebih perduli kemana dirinya harus pergi saat ini, di sekitar sekeliling nya hanya terlihat pohon besar dan rimbun, hingga membuat dirinya ketakutan namun ia tidak ingin menyerah. Layra jelas akan melawan rasa takut itu dengan berusaha berpikir positif saja karena jika dirinya membayangkan hal yang tidak-tidak, justru ia akan semakin takut.
"Sebaiknya ... aku beristirahat saja ... " Nafas Layra tampak ngos-ngosan, belum lagi dirinya merasa sangat kehausan, ia mencoba untuk melihat di sekitar sekeliling nya berharap menemukan sungai kecil tapi sayangnya, apa yang ia inginkan malah tidak ada dan sekarang ia akhirnya menyerah saja, lalu memilih untuk duduk bersandar di bawah sebuah pohon beringin yang lebat.
Namun, entah kenapa Layra tiba-tiba merasa sangat mengantuk ketika mencium bau aroma yang begitu harum. Ia berusaha untuk tetap terjaga, tapi semuanya sia-sia hingga pada akhirnya Layra langsung saja tertidur di bawah pohon beringin itu. Sosok yang berada di balik pohon beringin itu langsung saja keluar dan melihat Layra sudah tidak berdaya lagi, itu semuanya tentu karena ulah dirinya sendiri. Kini sosok tersebut berhasil membawa Layra ke tempat nya dan dengan segera merebahkan tubuh Layra di sebuah ranjang yang terbuat dari bambu namun diberikan alas yang cukup empuk untuk berbaring di atasnya.
"Kau memang cantik, aku rasa aku tidak akan menyesal menjadikan mu perempuan ku!" ucap sosok itu dengan nada sinis sambil tersenyum devil.
Sosok monster itu terus menatap lekukan tubuh Layra yang terlihat begitu mengoda, apa lagi ketika melihat pakain pengantin yang Layra pakai saat ini benar-benar membuat hasrat nya sangat menggebu-gebu. Bahkan tanpa sadar sosok monster itu meraba bahu Layra yang putih mulus itu.
"Tubuh yang sangat mengoda, aku rasa aku akan puas menikmatinya!" ucap sosok monster itu sambil pikirannya sudah liar memikirkan bagaimana dirinya menikmati tubuh Layra dengan penuh gairah.
Layra yang merasakan sentuhan di tubuh nya membuat dirinya merasa sangat terganggu, ia pun seketika terbangun dan Layra sangat terkejut sekaligus merasa ketakutan ketika melihat sosok yang mengerikan ada di depan matanya sambil tersenyum padanya.
"Si—singkirkan tangan mu! Monster aneh!" teriak Layra sambil terbata-bata, lalu tatapan matanya beralih ke arah pakain yang sedang ia pakai saat ini ternyata sudah di ganti dengan gaun berwarna merah, hingga semakin membuat Layra takut kepada sosok monster tersebut
"Ap—apa yang telah ... kamu lakukan pada tu—tubuh ku?!" Layra menatap monster itu dengan tatapan tajam dan sekaligus merasa sangat jijik melihatnya.
"Aku belum melakukan apapun pada mu! Jadi, kau tenang saja!"
Mendengar ucapan sosok monster yang seperti itu, membuat Layra semakin takut dan berniat untuk kabur dari tempat itu sejauh mungkin. Tapi sayangnya, apa yang ia lakukan akan menjadi sia-sia saja karena tempat tersebut sudah diberikan pelindung sehingga tidak ada satupun yang dapat menerobos masuk ataupun keluar dari tempat itu.
"Jangan mendekat!" peringat Layra sambil salah satu tangannya berusaha mengapai apa saja benda yang berada di sekitarnya untuk memukul sosok tersebut namun, ia malah tidak menemukan benda satupun, hingga membuat Layra hanya bisa memundurkan tubuhnya kebelakang secara perlahan-lahan dan hampir membuatnya terjatuh ke belakang dari atas ranjang itu. Tapi, untungnya sosok monster itu dengan sekejap mata menolong Layra.
"Singkirkan tangan mu!" Layra berusaha untuk memberontak sekuat tenaga nya, sedangkan sosok monster itu dengan begitu santai saja merasakan pukulan demi pukulan dari tangan Layra.
"Diamlah! Jika kamu tidak ingin aku santap hidup-hidup!" peringat sosok tersebut.
"Aku tidak perduli!" Layra masih belum berhenti memberontak hingga sampai membuat sosok monster itu sudah sangat murka dengan Layra.
"Jika itu mau mu! Baiklah! Aku akan melakukannya!" Layra dengan sekejap melototkan kedua bola matanya, bahkan seperti ingin keluar saking ketakutan mendengar ucapan sosok monster itu.
Setelah berbaring kembali di atas kasur, wajah Layra terlihat benar-benar sangat pucat pasih. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana sosok monster itu akan menyiksa dirinya.
"Jangan lakukan itu! Jangan lakukan itu!"
"Bukankah ... kau tidak perduli sama sekali? Hem?"
"Monster menjijikkan! Sebaiknya kau entahlah!"