Prolog
Seorang gadis cantik sedang termenung di kursi kerjanya, gadis yang sudah berusia 24 tahun itu tidak bisa fokus melakukan semua pekerjaannya karena dirinya terus memikirkan nasibnya yang begitu menyedihkan. Kedua orang tuanya selalu mengungkit tentang perjodohan dengan laki-laki culun yang benar-benar tidak ia cintai sama sekali karena ia merasa dirinya dengan laki-laki itu benar-benar tidak cocok.
Disisi lain, ia gadis yang sangat menjaga penampilannya dan tentunya ia harus mendapatkan jodoh yang selevel dengan wajahnya yang menurutnya sangatlah cantik bak Dewi. Gadis itu biasanya akan di sapa Layra, nama yang cantik semakin membuat dirinya merasa ia gadis yang sangat beruntung memiliki kelebihannya selama ini.
Layra sosok gadis yang tidak mudah dekat dengan laki-laki manapun. Ia selalu memandang ketampanan laki-laki itu jika dirinya ingin menjadikan laki-laki itu sebagai kekasihnya namun, itu tidak akan berlangsung lama karena Layra sosok gadis yang mudah bosan jika menjalin hubungan dengan para laki-laki di luar sana.
"Layra kenapa bengong saja?" tanya seorang gadis yang tidak lain sahabat Layra sendiri.
"Meira, aku hanya sedang pusing saja saat ini."
"Pusing kenapa?"
Meira sosok gadis yang berusia 24 tahun, ia dan Layra sudah bersahabat cukup lama di kantor itu. Susah senang kedua gadis itu selalu tetap bersama dan tidak pernah untuk saling menghindar.
"Masalah itu!"
"Perjodohan lagi? Sudah, terima saja laki-laki itu."
"Cih! Kau tahu sendiri selera ku tidak seperti laki-laki jelek itu!"
"Ya, aku tahu. Hanya saja kamu harus bagaimana? Bukankah kedua orang tua kamu selalu memaksa untuk tetap menikah dengan laki-laki itu?"
"Meira, bantu aku. Kamu bisa, kan?"
"Sebentar, aku akan berpikir terlebih dahulu."
Meira membisik sesuatu di telinga Layra, gadis itu seketika mengernyitkan keningnya karena ia rasa dengan cara kabur dari pernikahannya tidak akan membuat hidupnya akan semakin tenang. Malahan ia akan semakin membuat kedua orang tuanya mengekang dirinya supaya tidak akan pergi kemana-mana lagi karena kedua orang tua Layra selalu memiliki ribuan cara untuk menangkap dirinya.
"Aku harus pergi kemana?"
"Terserah kamu saja! Kalau ke rumahku tentu saja di siang bolong kamu bakal di seret lagi!" jelas Meira.
Kepala Layra semakin pusing memikirkan semua masalahnya, ia berharap dirinya bisa kabur dengan mudah di hari pernikahannya nanti, walaupun Layra tidak tahu kemana arah dirinya pergi yang terpenting dirinya tidak sampai menikah laki-laki culun dan jelek itu.
"Layra! Berhentilah bengong begitu saja! Ayo, kita mengikuti meeting sekarang! CEO sudah menuju ke ruang meeting saat ini," ucap Meira menyadarkan lamunan sahabat nya.
"Hah, baiklah." Dengan lesu, Layra bangkit berdiri sambil membawa laptop nya menuju ke ruang meeting karena dirinya memang di haruskan untuk ikut meeting hari ini.
Di perusahaan PT. Royal Brand, Layra di telah di percaya kan sebagai manajer keuangan yang baru saja 2 tahun lamanya. Sejak dirinya menjadi manager keuangan, Layra sangat bertanggung jawab serta konsisten dalam pengambilan keputusan dengan memberi nasihat keuangan yang sesuai.
Tiba di ruang meeting, Layra duduk di kursi tempat biasa dirinya ikut meeting. Layra merebahkan kepalanya sebentar karena CEO di perusahaan itu masih belum kunjung datang, ia kembali memikirkan tentang perjodohan yang tidak ia inginkan itu selama ini.
"Dari pada aku menikahi pria jelek, culun dan menjijikkan seperti itu. Lebih baik aku menikahi sosok monster saja!" gumam Layra dalam hatinya yang entah kenapa dirinya bisa berpikiran hal yang seperti itu saat ini, mungkin karena dirinya terlalu banyak beban dan merasa frustasi, sehingga dirinya mengatakan hal yang tidak-tidak saat ini.
"Ah! Sudahlah!" ucap Layra kesal sambil mengacak-ngacak rambutnya frustasi.
"Apa yang kamu lakukan, hah?" tanya seorang laki-laki tampan yang tidak lain CEO di perusahaan itu.
Dari tadi pemilik perusahaan itu sudah sampai di ruang meeting namun, ketika dirinya ingin mengucapkan salam. Tiba-tiba saja karyawan nya berbicara begitu nyaring dan terdengar tidak sopan sama sekali.
"Ma—maafkan saya, Pak." Layra menjadi merasa sangat bersalah namun, di dalam hatinya ia terus memaki Bally calon suaminya yang culun karena ia rasa Bally lah yang sudah membuatnya seperti itu sekarang.
Bagaimana tidak Bally sejak itu tiba-tiba melamar dirinya. Di saat ada acara keluarga di rumah Layra, padahal mereka berdua pertama kalinya bertemu dan itu saja hanyalah sebuah kebetulan menurut Layra karena waktu itu Layra tidak sengaja menabrak Bally dan menyebabkan laki-laki itu terjatuh hingga masuk kedalam kolam renang. Bally yang tidak bisa berenang membuat Layra terpaksa menolong nya dan memberikan nafas buatan untuk laki-laki itu.
Merasakan sentuhan bibir gadis itu, tentu saja Bally merasa jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Layra hingga pada akhirnya ia bertekad untuk menikah gadis itu. Ia ingin Layra menjadi istrinya dan hidup bersamanya namun, Layra tentu saja menolak pernikahan itu secara terang-terangan.
Bally tidak menyerah begitu saja, ia pun berbicara empat mata dengan kedua orang tua Layra, hingga kedua orang tuanya pun setuju untuk menjodohkan mereka berdua. Layra tentu saja marah besar sehingga ia pun sangat membenci laki-laki culun itu yang terlalu memaksa kehendak nya dan sampai sekarang rasa kebencian itu masih tidak bisa hilang, malahan rasa benci itu semakin bertambah dan menumpuk ingin meledak.
Alasan Layra membenci Bally bukanlah hanya sekedar memaksa dirinya menikah. Melainkan Bally sudah tega membunuh anjing kesayangan nya di depan matanya dengan begitu sadis. Layra masih teringat dengan kalimat yang di ucapkan Bally saat itu yang mengatakan bahwa 'aku lah calon suamimu jadi, anjing ini tidak pantas merasakan kasih sayang dari mu, anjing ini pantas mati karena sudah merebut apa yang aku miliki'. Kalimat itu tentu saja masih teringat jelas di pikiran Layra, belum lagi teringat dengan darah anjing kesayangan nya berada di tangan Billy semakin Layra tidak akan pernah memberikan laki-laki itu kesempatan untuk menikahi dirinya.
"Belum menikah saja! Si culun itu sudah berbuat seperti itu!" gumam Layra dalam hatinya yang kembali terhanyut dalam lamunannya.
"Auh!" Tiba-tiba Layra memekik kesakitan, ketika merasakan keningnya mengenai sesuatu yang cukup keras.
"Layra! Apa Anda tidak berniat sama sekali bekerja? Silahkan keluar dari ruang meeting ini, saya tidak memerlukan karyawan seperti Anda disini!" Pria yang sudah berusia 27 tahun itu tentu sangat marah besar kepada Layra yang dari tadi tidak pernah memperhatikan apa yang ia sampaikan dari awal, sehingga ia pun menjadi geram kepada Layra.
"Maafkan saya, Pak." Setelah meminta maaf kepada CEO yang bernama Akaraksa Junadi Putra pemilik perusahaan itu, Layra langsung saja keluar dari ruang meeting dengan perasaan yang tidak enak sama sekali.
Setelah melihat kepergian Layra dari ruang meeting nya Akaraksa Junadi Putra, laki-laki itu menyerah kan meeting itu kepada sekretaris nya karena dirinya sudah tidak mood lagi untuk berbicara dan tentunya itu semua karena ulah karyawannya yang bekerja di bagian keuangan itu.